Komputer Terbatas, Terpaksa Digelar 3 Kali
A
A
A
TEGAL - Dua sekolah di Kota Tegal termasuk di antaranya tujuh sekolah di Jawa Tengah yang dapat melaksanakan Ujian Nasional (UN) Computer Based Test (CBT) tingkat SMP.
Sarana prasarana di dua sekolah itu dinilai mendukung untuk melaksanakan UN berbasis komputer. Pada hari pertama dengan mata pelajaran Bahasa Indonesia kemarin, pelaksanaannya berlangsung tanpa kendala. Namun peserta harus menjalani waktu pelaksanaan UN dari pagi hingga sore karena keterbatasan jumlah komputer. Salah satu sekolah yang melaksanakan UN CBT atau biasa disebut UN Online di Kota Tegal, yakni SMPN 7.
Sekolah yang berada di Jalan Kapten Sudibyo ini dulu adalah sekolah rintisan bertaraf internasional (RSBI). Sekolah ini melaksanakan UN CBT dalam tiga gelombang mulai pukul 07.30 hingga pukul 16.00 WIB. Gelombang pertama dilaksanakan mulai pukul 07.30-10.00 WIB, gelombang kedua pukul 10.30-12.30 WIB, dan gelombang tiga pukul 14.00-16.00 WIB.
Kepala SMPN 7 Faris Muzayin mengatakan, jumlah siswa peserta UN mencapai 139 siswa, sedangkan jumlah komputer yang tersedia 56 unit. “Antara jumlah siswa dengan komputer itu tidak mencukupi. Jumlah komputer ada 56 sehingga dibagi tiga sesi waktu. Tiap sesi 46 siswa,” kata Faris, kemarin. Para peserta mengikuti di UN CBT di dua ruang laboratorium komputer yang dimiliki sekolah. Masing-masing ruang itu memiliki 28 unit komputer. “Jadi komputer yang digunakan 23 dan sisanya untuk cadangan jika terjadi kendala teknis,” ujar Faris.
Menurut Faris, para siswa bergantian mengikuti tiap sesi waktu pelaksanaan sehingga seluruh siswa mendapat giliran mengikuti UN pada pagi maupun siang. “Tetap dibuat bergantian agar semua siswa mengalami,” ucapnya.
Selain keterbatasan komputer, Faris berujar, pelaksanaan UN hari pertama tidak mengalami kendala teknis apa pun. Hal ini karena sudah dipersiapkan sarana prasarana pendukungnya. “Untuk listrik disiapkan 77.000 watt. Sedangkan internet 8 mbps dengan jaringan fiber optik agar lebih cepat,” ungkapnya.
Sementara salah satu peserta UN, Widia Intan, mengaku tidak mengalami kesulitan ketika mengerjakan soal pada hari pertama pelaksanaan UN CBT. “Tadi mengerjakannya lancar. Tidak cepat atau lambat. Sesuai waktu yang disediakan, 120 menit,” katanya, kemarin. Menurut Widia, sebelum pelaksanaan UN sudah diuji sebanyak empat kali.
Meski sempat terkendala pemadaman listrik bergilir, uji coba tersebut bermanfaat pada saat hari H pelaksanaan UN. “Sudah tidak kaget jadi mengerjakannya tidak masalah,” tuturnya. Disinggung waktu pelaksanaan UN yang berbedabeda, Widia mengaku tidak masalah. “Paling mungkin kalau pas giliran waktunya yang siang bisa mengantuk,” ujarnya.
Widia mengaku tidak merasakan kekhawatiran menjelang pelaksanaan UN. Tidak semata karena hasil UN tahun tidak menentukan kelulusan, namun juga karena persiapan menghadapi UN sudah dilakukan sejak kelas 7. “Jadi belajarnya tidak hanya pas mau UN saja,” kata dia.
Hal senada diungkapkan peserta lainnya, Bintang Alhadad. Menurut dia, pelaksanaan UN dengan menggunakan komputer bukan hal menyulitkan. “Pakai komputer juga lebih enak, tidak usah mbuleti jawaban dan waktunya lebih efisien,” ucapnya.
Farid firdaus
Sarana prasarana di dua sekolah itu dinilai mendukung untuk melaksanakan UN berbasis komputer. Pada hari pertama dengan mata pelajaran Bahasa Indonesia kemarin, pelaksanaannya berlangsung tanpa kendala. Namun peserta harus menjalani waktu pelaksanaan UN dari pagi hingga sore karena keterbatasan jumlah komputer. Salah satu sekolah yang melaksanakan UN CBT atau biasa disebut UN Online di Kota Tegal, yakni SMPN 7.
Sekolah yang berada di Jalan Kapten Sudibyo ini dulu adalah sekolah rintisan bertaraf internasional (RSBI). Sekolah ini melaksanakan UN CBT dalam tiga gelombang mulai pukul 07.30 hingga pukul 16.00 WIB. Gelombang pertama dilaksanakan mulai pukul 07.30-10.00 WIB, gelombang kedua pukul 10.30-12.30 WIB, dan gelombang tiga pukul 14.00-16.00 WIB.
Kepala SMPN 7 Faris Muzayin mengatakan, jumlah siswa peserta UN mencapai 139 siswa, sedangkan jumlah komputer yang tersedia 56 unit. “Antara jumlah siswa dengan komputer itu tidak mencukupi. Jumlah komputer ada 56 sehingga dibagi tiga sesi waktu. Tiap sesi 46 siswa,” kata Faris, kemarin. Para peserta mengikuti di UN CBT di dua ruang laboratorium komputer yang dimiliki sekolah. Masing-masing ruang itu memiliki 28 unit komputer. “Jadi komputer yang digunakan 23 dan sisanya untuk cadangan jika terjadi kendala teknis,” ujar Faris.
Menurut Faris, para siswa bergantian mengikuti tiap sesi waktu pelaksanaan sehingga seluruh siswa mendapat giliran mengikuti UN pada pagi maupun siang. “Tetap dibuat bergantian agar semua siswa mengalami,” ucapnya.
Selain keterbatasan komputer, Faris berujar, pelaksanaan UN hari pertama tidak mengalami kendala teknis apa pun. Hal ini karena sudah dipersiapkan sarana prasarana pendukungnya. “Untuk listrik disiapkan 77.000 watt. Sedangkan internet 8 mbps dengan jaringan fiber optik agar lebih cepat,” ungkapnya.
Sementara salah satu peserta UN, Widia Intan, mengaku tidak mengalami kesulitan ketika mengerjakan soal pada hari pertama pelaksanaan UN CBT. “Tadi mengerjakannya lancar. Tidak cepat atau lambat. Sesuai waktu yang disediakan, 120 menit,” katanya, kemarin. Menurut Widia, sebelum pelaksanaan UN sudah diuji sebanyak empat kali.
Meski sempat terkendala pemadaman listrik bergilir, uji coba tersebut bermanfaat pada saat hari H pelaksanaan UN. “Sudah tidak kaget jadi mengerjakannya tidak masalah,” tuturnya. Disinggung waktu pelaksanaan UN yang berbedabeda, Widia mengaku tidak masalah. “Paling mungkin kalau pas giliran waktunya yang siang bisa mengantuk,” ujarnya.
Widia mengaku tidak merasakan kekhawatiran menjelang pelaksanaan UN. Tidak semata karena hasil UN tahun tidak menentukan kelulusan, namun juga karena persiapan menghadapi UN sudah dilakukan sejak kelas 7. “Jadi belajarnya tidak hanya pas mau UN saja,” kata dia.
Hal senada diungkapkan peserta lainnya, Bintang Alhadad. Menurut dia, pelaksanaan UN dengan menggunakan komputer bukan hal menyulitkan. “Pakai komputer juga lebih enak, tidak usah mbuleti jawaban dan waktunya lebih efisien,” ucapnya.
Farid firdaus
(ftr)