Omzet Sektor Ritel Anjlok

Senin, 04 Mei 2015 - 12:49 WIB
Omzet Sektor Ritel Anjlok
Omzet Sektor Ritel Anjlok
A A A
PALEMBANG - Rendahnya daya beli masyarakat di triwulan I/2015 berimbas pada penurunan omzet usaha ritel hingga 18% dari periode sama tahun sebelumnya.

“Kondisi ekonomi saat ini sangat memukul pengusaha ritel yang ditandai dengan rendahnya daya beli masyarakat. Bayangkan saja, sudah ada beberapa pengusaha ritel yang menutup usahanya, seperti mini market di Jalan Merdeka dan lainnya. Jika kondisi ekonomi tetap begini, dipastikan akan banyak pengusaha lagi yang menutup usahanya,” kata Ketua DPD Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Sumsel Gotti Situmorang, kemarin.

Menurut dia, rendahnya daya beli masyarakat itu dipicu oleh harga komoditas Sumsel yang anjlok sehingga berdampak kepada masyarakat yang mengandalkan dari hasil komoditas. Selain ditengarai harga komoditas rendah, lanjut dia, ada pemicu lain yang membuat pendapatan pengusaha ritel melorot. Seperti banyaknya peng gunaan produk impor didalam negeri seperti produk elektronik, bahan baku dan lainnya.

“Di tengah penguatan dolar, seharusnya pemerintah dapat meningkatkan ekspor keluar negeri. Penggunaan komponen impor harus dikurangi. Tentunya dengan meningkatkan penggunaan produk dalam negeri,” tuturnya. Dia memprediksi by safeweb">bisnis ritel pada triwulan II/2015 akan menopang pendapatan yang di terima peritel. Ada beberapa indikator yang mampu mendongkrak sales ritel yakni momentum puasa dan Lebaran nanti.

Pada momen itu, dipastikan tingkat konsumsi masyarakat cenderung meningkat signifikan seiring dengan pemenuhan kebutuhan memasuki Lebaran mendatang. “Peningkatan dimulai pada triwulan II hingga berjalan akhir tahun nanti. Sebab, berda sarkan pengalaman, daya beli masyarakat jelang Lebaran akan naik drastis, mulai dari pemenuhan fesyen, makanan dan minuman, elektronik rumah tangga dan lainnya,” jelasnya.

Terkait dengan peringatan May Day, lanjut dia, hampir 50% sektor ritel dijadikan pekerja sebagai batu loncatan untuk mengembangkan usaha sendiri menjadi supplier maupun home industry. “Khusus sektor ritel, sebenarnya pekerja tidak begitu banyak tuntutannya. Bahkan, sektor ritel ini hanya dijadikan sebagai pelajaran bagi mereka yang ingin membuka usaha sendiri hingga menjadi supplier,” katanya.

Sementara itu, Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sumsel Sumarjono Saragih membenarkan pelaku usaha ritel yang mengalami penurunan pendapatan hingga 18% akibat lemahnya daya beli masyarakat. “Bahkan, ada sebagian pengusaha sektor ritel yang menutup usahanya karena terus merugi.

Kondisi ini belum berhenti dan kemungkinan masih akan ada toko-toko ritel lainnya yang menyusul tutup jika perekonomian Indonesia dan Sumsel khu susnya tidak pulih,” katanya.

Darfian jaya suprana
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7490 seconds (0.1#10.140)