Bukan Sekadar Batu Loncatan
A
A
A
SEBAGIAN dari para penyiar yang sudah kenyang makan asam garam menganggap profesi sebagai penyiar bukan hanya sekedar batu loncatan untuk mencari pekerjaan lain yang lebih baik.
“Sebenarnya (batu loncatan) seperti yang dilakukan oleh sebagian public figurebukanlah hal yang dilarang. Nilai dan kemampuan yang dimiliki seseorang yang bekerja di radio justru dapat diaplikasikan untuk berbagai macam pekerjaan lain. Misalnya, untuk menjadi seorang public relation,MC, presenter bahkan aktor/aktris. Jadi sah-sah saja menggunakan pengalaman kerja di radio,” ujar Rian Apridhani, penyiar RRI Palembang.
Hanya saja, lanjutnya, untuk seseorang yang benarbenar menjiwai bekerja di radio, karier penyiar tidak hanya untuk profesi, melainkan pembentukan karakter sebagai seorang angkasawan. Hal yang sama juga dilontarkan Didi Faldian. Meski dirinya setuju dengan ungkapan “batu loncatan”, namun harus kembali kepada kualitas penyiar itu sendiri. Jika sang penyiar tidak kreatif, monoton bahkan tidak seimbang antara kemampuan dan bakat yang dimiliki, tetap saja percuma.
“Penyiar itu harus percaya diri, sociable,gaul serta paham tentang pengetahuan di dunia musik dan informasi,” jelasnya. Sementara itu, praktisi radio sekaligus mantan penyiar radio senior di Palembang, Pascal Dago melihat penyiar itu merupakan profesi yang menjanjikan karena secara public speaking, sudah terasah untuk tampil dan mengasah pola pikir kita maju satu langkah bahkan lebih.
“Kondisi industri radio di Sumsel sebenarnya cukup baik. Terbukti radio masih dilirik oleh pengguna jasanya untuk menggunakanjasaiklandansosialisasi. Jadicukupbisa bertahan,” kataPascalyangsaat inimenjabat sebagaiManager Store disalah satu perusahaan ritel terkemuka di Indonesia.
Andhiko tungga alam
“Sebenarnya (batu loncatan) seperti yang dilakukan oleh sebagian public figurebukanlah hal yang dilarang. Nilai dan kemampuan yang dimiliki seseorang yang bekerja di radio justru dapat diaplikasikan untuk berbagai macam pekerjaan lain. Misalnya, untuk menjadi seorang public relation,MC, presenter bahkan aktor/aktris. Jadi sah-sah saja menggunakan pengalaman kerja di radio,” ujar Rian Apridhani, penyiar RRI Palembang.
Hanya saja, lanjutnya, untuk seseorang yang benarbenar menjiwai bekerja di radio, karier penyiar tidak hanya untuk profesi, melainkan pembentukan karakter sebagai seorang angkasawan. Hal yang sama juga dilontarkan Didi Faldian. Meski dirinya setuju dengan ungkapan “batu loncatan”, namun harus kembali kepada kualitas penyiar itu sendiri. Jika sang penyiar tidak kreatif, monoton bahkan tidak seimbang antara kemampuan dan bakat yang dimiliki, tetap saja percuma.
“Penyiar itu harus percaya diri, sociable,gaul serta paham tentang pengetahuan di dunia musik dan informasi,” jelasnya. Sementara itu, praktisi radio sekaligus mantan penyiar radio senior di Palembang, Pascal Dago melihat penyiar itu merupakan profesi yang menjanjikan karena secara public speaking, sudah terasah untuk tampil dan mengasah pola pikir kita maju satu langkah bahkan lebih.
“Kondisi industri radio di Sumsel sebenarnya cukup baik. Terbukti radio masih dilirik oleh pengguna jasanya untuk menggunakanjasaiklandansosialisasi. Jadicukupbisa bertahan,” kataPascalyangsaat inimenjabat sebagaiManager Store disalah satu perusahaan ritel terkemuka di Indonesia.
Andhiko tungga alam
()