Perbanyak Sekolah Musik dengan Konsep Waralaba

Sabtu, 02 Mei 2015 - 10:57 WIB
Perbanyak Sekolah Musik dengan Konsep Waralaba
Perbanyak Sekolah Musik dengan Konsep Waralaba
A A A
SEPERTI halnya sekolah formal, sekolah musik juga mendidik bibitbibit berbakat di bidang musik agar menjadi pemusik andal.

Keterbatasan modal, fasilitasdan peralatan musik tidak menyurutkanRickyFebriansyah mendirikan sekolah musik. Tercatat saat ini sudah ada dua cabang sekola hmusik yang didirikan yakni Calista Jazz Music School dan Audrey Music School yang berada dikawasan Jalan MIsa Palembang. Ke depan, Ricky pun memimpikan membuka hingga tujuh cabang sekolah musik di Sumsel dengan nama Calista.

Bahkan kesempatan terbuka lebar bagi investor yang ingin membangun bisnis sekolah musik ini dengan sistem waralaba (franchise). Bagaimana strategi yang diadopsi Ricky dalam mentransformasikan ilmu musik maupun menggapai impiannya membuka cabang baru? Berikut kutipan wawancara khusus reporterKORAN SINDO PALEMBANG Darfian Mahar Jaya dengan ownerCalista Jazz Music School, Ricky Febriansyah, belum lama ini.

Bagaimana awalnya Anda tertarik mendirikan sekolah musik?

Ketertarikansaya pada duniamusik sebenarnya sudah ada sejak berusia empat tahun. Pada waktuitu, saya menyukai bermainalat musikpianodan keyboard. Hobi bermain piano dan keyboard akhirnya menjadi kebiasaan sampai saat ini. Semua didapat secara autodidak. Pada waktu itu pula saya bercita-cita ingin memiliki sekolah musik sendiri. Namun impian itu belum terlaksana denganbaik. Termasuk belum mendapatkan dukungan dari orangtua. Bahkan orangtua pun menganggap musik tidak memiliki masa depan. Namun perlahan pandangan seperti itu terkikis dengan sendirinya.

Mendirikan sekolah musik jelas butuh modal yang tidak sedikit. Bagaimana Anda mengumpulkan modal?

Seiring dengan berjalannya waktu, saat saya masihsebagaipelajarSMP, saya membulatkan tekad untuk mengajarmusik secara privat dengan mendatangi rumah ke rumah. Kompensasi yang saya terima sedikit demi sedikit disisihkan untuk mewujudkan cita-cita membuka sekolah musik. Alhasil gaji yang ditabung menggunung hingga Rp2 juta.

Tepat tahun 2000, saya memberanikan diri membuka sekolah musik Calista Jazz Music School. Uang yang terkumpul itu saya belikan alat musik seperti gitar, drum, bass, piano, keyboarddari berbagai merek. Namun kini semua alat musik yang saya gunakan di sekolah music sudah standar Yamaha Jepang.

Bagaimana menurut Anda prospek sekolah musik ke depan?

Bagi saya prospek sekolah musik masih sangat bagus. Pandangan publik sekarang ini sudah mulai menyadari kekuatan dari musik sebagai pemersatu dan penyejuk hati. Apalagi saat ini mulai banyak minat anak-anak yang ingin berkonsentrasi pada dunia musik. Tuntutan itu semua perlu diakomodir dengan adanya sekolah musik. Memang gelar sarjana ekonomi yang saya sandang tidak berhubungan langsung dengan dunia musik. Tapi satu hal yang sudah saya dapat berikan ialah dengan mendirikan sekolah musik ini, saya dapat memberikan ilmu bermanfaat bagi semua orang. Bahkan jiwa mengayomi dan mendidik tidak akan sirna selama musik tetap ada.

Mengapa Anda fokus pada sekolah musik jazz?

Saya melihat rata-rata sekarang ini sekolah musik hanya memfokuskan pada genre pop dan klasik. Padahal jazz itu pelajaran yang paling susah. Bahkan level pelajaran jazz pun berada di atas pop dan klasik.

Sistem pembelajaran seperti apa yang diberikan?

Dalam sistem pembelajaran, saya mengadopsi sistem 95% praktik dan 5 % merupakan teori. Langkah pertama mereka harus menghafal semuanya, baik tangga nada, chord, dan lainnya. Pembelajaran teori itu memang diperlukan, tapi jangan berlama-lama. Dikhawatirkan praktik yang diberikan akan kurang. Makanya kami kemas teori dalam bentuk cara cepat yakni menghafal. Kami menerapkan seperti belajar matematika, ada rumusan dan cara cepat untuk menghafal.

Berapa banyak siswa sekolah musik Anda?

Sekarang ini jumlah siswa ada sekitar 200 orang berusia dari 3,5 tahun hingga 35 tahun. Angka ini diluar dari jumlah siswa yang mendapatkan privat rumah ke rumah. Begitupun instruktur ada sekitar 20 orang. Instruktur musik memang didatangkan dari Jakarta seperti Institute Music Indonesia. Bahkan sebagian alumni kami pernah mengiringi pianis Jepang pada suatu program televisi hingga mengajar di Institut Seni Yogyakarta.

Berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk belajar musik di Calista Jazz Music School?

Di Calista dan Audrey Music School biaya yang dikenakan flat. Paket belajar musik untuk kelas reguler, biaya kursus gitar, vokal, biola, bass hanya Rp200.000 per bulan. Dalam satu bulan 4 kali pertemuan dengan asumsi satu kali pertemuan selama satu jam. Begitu pula untuk biaya kursus piano sebesar Rp800.000 per bulan dengan 12 kali pertemuan. Untuk kelas privat piano 1 guru 1 murid sebesar Rp350.000 per bulan. Kelas privat yakni 1 guru 1 murid berlaku untuk semua alat musik. Semua siswa akan mendapatkan sertifikat internasional seperti ABRSM (Royal) dan TRINITY College London.

Apa ambisi Anda yang belum tercapai?

Kami berencana ingin total pada sekolah musik. Tentunya dengan terus ekspansi sekolah musik hingga minimal tujuh cabang, sesuai dengan nama Calista. Sekarang ini baru dua cabang dimiliki. Cabangketiga nanti, kami membidik marketdi Plaju karena prospekdi kawasanitucukup bagusdan berkembang. Kami membuka kesempatan bagi investor yangberminat membuka sekolahmusik dengansistem franchise. Investasi dengansistem franchisehanya Rp50juta. Semua alat musik, manajemen, traineratau guru disiapkan.
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8045 seconds (0.1#10.140)