Sampah Berserakan Kotori Pantai Timur Pangandaran
A
A
A
PANGANDARAN - Pantai Tinmur Pangandaran kotor dengan sampah berserakan. Sampah itu berasal dari muara yang terbawa hanyut aliran sungai ke pantai timur.
Akibatnya, tempat wisata itu tampak kumuh dan terkesan tak dirawat. Wanto, 45, warga setempat mengatakan, sampah kiriman yang berserakan di sepanjang pantai Pangandaran itu kerap muncul saat musim hujan. “Saat ini tumpukan sampah mulai menggunung, karena seringnya hujan,” kata Wanto. Sehingga, lanjut dia, kondisi seperti itu membuat pengunjung tidak nyaman. Bahkan, nelayan kerap terganggu, karena ja ringnya sering tersangkut sam pah. “Kami berharap, dinas terkait bisa mengantisipasi sampah tersebut. Kalau bisa dari dinas kebersihan secepatnya mem bersihkan sampah-sampah yang ada di pantai,” harap Wanto.
Sementara Muslih, salah satu nelayanmengungkapkan, selain sampah kiriman dari muara yang mengalir ke pantai, hotel dan restoran juga acapkali menjadi penyumbang tumpukan sampah. “Karena dari hotel dan restoran yang ada belum memiliki amdal, sehingga banyak pengelola yang membuang sampah ke pantai,” ungkap Muhlis. Untuk itu, pihaknya men desak Persatuan Hotel Restoran Seluruh Indonesia (PHRI) mem berikan pembinaan kepada pengelola hotel agar ramah lingkungan.
“Kami juga berharap, pe merintah daerah dalam hal ini Badan Penanggulangan Lingkung an Hidup (BPLH) Kabupaten Pangandaran segera me nin - dak pengusaha hotel dan restoran yang tidak beramdal,” tambahnya. Sementara itu, Kepala Bidang Konservasi Sumber Daya Alam BPLH Kabupaten Pangandaran Atus Kustiman menyatakan, pihaknya belum mempunyai data hotel dan restoran yang mempunyai amdal.
“Kami baru berdiri enam bulan, dan sampai saat ini belum bisa melaksanakan program terkait penanganan masalah lingkungan,” kata Atus. Atus berharap, peran aktif masyarakat sangat dibutuhkan terkait gejala lingkungan yang terjadi, dan segera ber koordinasi dengan pihak pemerintah apabila terdapat persoalan ling - kungan.
Syamsul ma’arif
Akibatnya, tempat wisata itu tampak kumuh dan terkesan tak dirawat. Wanto, 45, warga setempat mengatakan, sampah kiriman yang berserakan di sepanjang pantai Pangandaran itu kerap muncul saat musim hujan. “Saat ini tumpukan sampah mulai menggunung, karena seringnya hujan,” kata Wanto. Sehingga, lanjut dia, kondisi seperti itu membuat pengunjung tidak nyaman. Bahkan, nelayan kerap terganggu, karena ja ringnya sering tersangkut sam pah. “Kami berharap, dinas terkait bisa mengantisipasi sampah tersebut. Kalau bisa dari dinas kebersihan secepatnya mem bersihkan sampah-sampah yang ada di pantai,” harap Wanto.
Sementara Muslih, salah satu nelayanmengungkapkan, selain sampah kiriman dari muara yang mengalir ke pantai, hotel dan restoran juga acapkali menjadi penyumbang tumpukan sampah. “Karena dari hotel dan restoran yang ada belum memiliki amdal, sehingga banyak pengelola yang membuang sampah ke pantai,” ungkap Muhlis. Untuk itu, pihaknya men desak Persatuan Hotel Restoran Seluruh Indonesia (PHRI) mem berikan pembinaan kepada pengelola hotel agar ramah lingkungan.
“Kami juga berharap, pe merintah daerah dalam hal ini Badan Penanggulangan Lingkung an Hidup (BPLH) Kabupaten Pangandaran segera me nin - dak pengusaha hotel dan restoran yang tidak beramdal,” tambahnya. Sementara itu, Kepala Bidang Konservasi Sumber Daya Alam BPLH Kabupaten Pangandaran Atus Kustiman menyatakan, pihaknya belum mempunyai data hotel dan restoran yang mempunyai amdal.
“Kami baru berdiri enam bulan, dan sampai saat ini belum bisa melaksanakan program terkait penanganan masalah lingkungan,” kata Atus. Atus berharap, peran aktif masyarakat sangat dibutuhkan terkait gejala lingkungan yang terjadi, dan segera ber koordinasi dengan pihak pemerintah apabila terdapat persoalan ling - kungan.
Syamsul ma’arif
(ars)