Sebelum Belajar, Siswa Bersihkan Lumpur
A
A
A
Para siswa SD Sungapan 3 Galur tampak asyik bercengkerama saat kerja bakti membersihkan sekolah. Selain membersihkan sekolah, mereka juga harus menjemur buku-buku pelajaran yang basah akibat banjir.
Kegiatan awal pekan juga terpaksa meniadakan upacara bendera yang biasanya digelarnya setiap Senin pagi. Kegiatan awal belajar kali ini adalah kerja bakti. Salah seorang siswa SD 3 Sungapan, Wisnu Aji, mengaku senang sudah tidak ada lagi banjir, khususnya di sekolahnya.
Sebelumnya, Sabtu (25/4), dia dan temantemannya terpaksa belajar di rumah karena sekolahnya terendam banjir. Tetapi mulai Minggu (26/4), hujan reda dan air juga surut, sehingga kemarin pagi dia sudah bisa kembali bersekolah. “Tadi kerja bakti bersih-bersih sebelum pelajaran,” ujarnya, kemarin. Banjir yang merendam sejumlah sekolah di Kabupaten Kulonprogo memang menghambat proses pendidikan.
Setelah sempat diliburkan pada Sabtu (25/4) lalu, Senin (27/4) pagi para siswa sudah mulai masuk sekolah. Mengingat ruangan kelas dan halaman masih kotor akibat banjir, mereka untuk sementara tidak belajar tapi harus kerja bakti. SD Sungapan 3 Galur contohnya. Banjir merendam ruangan kelas dan halaman sekolah ini.
Karena itu pihak sekolah untuk sementara meniadakan upacara bendera. Seluruh siswa bersama guru membersihkan ruangan kelas yang masih berlumpur. Selain ruangan, beberapa buku dan karya siswa juga basah terkena air hujan. Para guru dan siswa terpaksa menjemur buku-buku pelajaran di halaman sekolah.
“Hari ini KBM (kegiatan belajar mengajar) sudah bisa dilakukan. Tapi ada beberapa buku yang basah dan harus dijemur,” ucap Kepala SD 3 Sungapan, Siswanto. Sekolah ini memang kerap menjadi langganan banjir. Pascabanjir, seluruh siswa selalu diajak melakukan kerja bakti dan bersih-bersih ruang kelas. Pihak sekolah juga telah meminta pemerintah menormalisasi sungai yang ada di depan sekolah ini.
Kegiatan yang sama dilakukan di SD Banasara Kecamatan Lendah. Di sini, proses bersih-bersih ruangan kelas tidak hanya dilakukan guru dan siswa, tidak sedikit orang tua siswa juga ikut kerja bakti. Alhasil, mulai pukul 08.00 WIB siswa sudah bisa mengikuti pelajaran. “Kami juga dibantu wali siswa saat membersihkan ruangan agar ruangan ini bisa segera dipakai,” tutur Kepala SD Banasara, Sri Wiyanti.
SD yang berlokasi di Bumirejo, Lendah ini juga sudah kerap menjadi langganan banjir. Lokasinya yang agak rendah membuat aliran air menggenangi kompleks sekolah. Terpisah, Fraksi PDIP DPRD Kulonprogo mendesak pemkab menata saluran irigasi di wilayah Panjatan sampai Galur.
Banjir yang merendam kawasan ini terjadi akibat sedimentasi di aliran Sungai Gun Sheiro dan anak sungai yang ada di selatan. Jadi, perlu dikeruk dan menormalisasi saluran. “Kami akan mendesak mengalokasikan anggaran untuk normalisasi saluran itu,” kata Ketua Fraksi PDIP, DPRD Kulonprogo, Aji Pangaribawa, usai melakukan kunjungan ke wilayah Panjatan yang sempat terendam banjir.
Kuntadi
Kulonprogo
Kegiatan awal pekan juga terpaksa meniadakan upacara bendera yang biasanya digelarnya setiap Senin pagi. Kegiatan awal belajar kali ini adalah kerja bakti. Salah seorang siswa SD 3 Sungapan, Wisnu Aji, mengaku senang sudah tidak ada lagi banjir, khususnya di sekolahnya.
Sebelumnya, Sabtu (25/4), dia dan temantemannya terpaksa belajar di rumah karena sekolahnya terendam banjir. Tetapi mulai Minggu (26/4), hujan reda dan air juga surut, sehingga kemarin pagi dia sudah bisa kembali bersekolah. “Tadi kerja bakti bersih-bersih sebelum pelajaran,” ujarnya, kemarin. Banjir yang merendam sejumlah sekolah di Kabupaten Kulonprogo memang menghambat proses pendidikan.
Setelah sempat diliburkan pada Sabtu (25/4) lalu, Senin (27/4) pagi para siswa sudah mulai masuk sekolah. Mengingat ruangan kelas dan halaman masih kotor akibat banjir, mereka untuk sementara tidak belajar tapi harus kerja bakti. SD Sungapan 3 Galur contohnya. Banjir merendam ruangan kelas dan halaman sekolah ini.
Karena itu pihak sekolah untuk sementara meniadakan upacara bendera. Seluruh siswa bersama guru membersihkan ruangan kelas yang masih berlumpur. Selain ruangan, beberapa buku dan karya siswa juga basah terkena air hujan. Para guru dan siswa terpaksa menjemur buku-buku pelajaran di halaman sekolah.
“Hari ini KBM (kegiatan belajar mengajar) sudah bisa dilakukan. Tapi ada beberapa buku yang basah dan harus dijemur,” ucap Kepala SD 3 Sungapan, Siswanto. Sekolah ini memang kerap menjadi langganan banjir. Pascabanjir, seluruh siswa selalu diajak melakukan kerja bakti dan bersih-bersih ruang kelas. Pihak sekolah juga telah meminta pemerintah menormalisasi sungai yang ada di depan sekolah ini.
Kegiatan yang sama dilakukan di SD Banasara Kecamatan Lendah. Di sini, proses bersih-bersih ruangan kelas tidak hanya dilakukan guru dan siswa, tidak sedikit orang tua siswa juga ikut kerja bakti. Alhasil, mulai pukul 08.00 WIB siswa sudah bisa mengikuti pelajaran. “Kami juga dibantu wali siswa saat membersihkan ruangan agar ruangan ini bisa segera dipakai,” tutur Kepala SD Banasara, Sri Wiyanti.
SD yang berlokasi di Bumirejo, Lendah ini juga sudah kerap menjadi langganan banjir. Lokasinya yang agak rendah membuat aliran air menggenangi kompleks sekolah. Terpisah, Fraksi PDIP DPRD Kulonprogo mendesak pemkab menata saluran irigasi di wilayah Panjatan sampai Galur.
Banjir yang merendam kawasan ini terjadi akibat sedimentasi di aliran Sungai Gun Sheiro dan anak sungai yang ada di selatan. Jadi, perlu dikeruk dan menormalisasi saluran. “Kami akan mendesak mengalokasikan anggaran untuk normalisasi saluran itu,” kata Ketua Fraksi PDIP, DPRD Kulonprogo, Aji Pangaribawa, usai melakukan kunjungan ke wilayah Panjatan yang sempat terendam banjir.
Kuntadi
Kulonprogo
(bbg)