Jalur Kretek-Imogiri Ambles
A
A
A
BANTUL - Jalan penghubung antara Kecamatan Kretek dengan Imogiri, tepatnya di Dusun Kalipakem, ambles. Aktivitas penambangan pasir uruk untuk Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) dalam tiga pekan terakhir membuat jalan di kawasan itu tak kuat menahan beban.
Kepala Dukuh Kalipakem, Desa Seloharjo, Kecamatan Pundong, Rustanto mengatakan, aktivitas penambangan liar di kawasan sepanjang Jalan Siluk-Kretek itu baru terlihat tiga bulan. Namun, dampaknya cukup signifikan dari aktivitas tersebut. Jalan yang semula tak menunjukkan tanda-tanda kerusakan mulai terlihat memburuk ketika ratusan truk pembawa pasir bertonase besar melintas setiap hari.
“Gorong-gorong air sedalam empat meter kini ambles sepanjang lima meter,” kata Rustanto, kemarin. Rustanto menambahkan, gorong-gorong sedalam empat meter yang dibangun pada 1980-an, sebelumnya tak menunjukkan kerusakan. Namun, sejak tidak ada ketegasan dari Satpol PP Bantul terkait penambangan pasir uruk mengakibatkan beban jalan semakin besar.
Diduga karena uzur, gorong- gorong di Dusun Kalipakem ambles tak kuat menahan beban setiap hari. Khawatir akan mengakibatkan kecelakaan dan kerusakan semakin parah, warga setempat lantas berinisiatif menutup jalan sejak Minggu (26/4) petang. Kendati demikian, dia mengaku belum melaporkan kejadian itu ke pemerintah setempat.
Kini warga berharap agar aparat berwenang segera menghentikan aktivitas penambangan tersebut. “Selain mengakibatkan ambles, warga juga mengeluhkan soal debu,” tuturnya. Saat ini warga Selopamioro, Kecamatan Imogiri, yang ingin ke Parangtritis harus memutar sejauh 10 kilometer jika menggunakan mobil.
Sementara bagi yang menggunakan roda dua masih diperkenankan melintas walaupun harus bergiliran melalui bahu jalan atau warga bisa memanfaatkan jembatan kecil penghubung antara Imogiri dengan Kecamatan Pundong. Sementara Kepala Seksi (Kasi) Pemeliharaan Jalan dan Jembatan Bidang Bina Marga Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan dan Energi Sumber Daya Manusia (DPU ESDM) DIY, Harwanto, menyayangkan amblesnya jalan antara Siluk-Kretek itu.
Pemerintah setempat seharusnya tegas soal kendaraan yang melewati di atasnya, apalagi amblesnya jalan itu karena penambangan pasir liar. Apalagi kekuatan goronggorong itu hanya sebesar 6 ton. “Belum lama memang jalan tersebut dilimpahkan ke kami (DPU DIY), lha kok keduluan amblesnya,” katanya.
Tahun ini, pihaknya menganggarkan dana sebesar Rp20 miliar untuk pemeliharaan jalan itu. Saat ini masih tahap lelang dan rencananya pada Juni mendatang akan ada penandatanganan kontrak dengan pemenang tender. Kemungkinan pada Juni atau Juli, jalan tersebut sudah kembali normal digunakan.
Erfanto linangkung
Kepala Dukuh Kalipakem, Desa Seloharjo, Kecamatan Pundong, Rustanto mengatakan, aktivitas penambangan liar di kawasan sepanjang Jalan Siluk-Kretek itu baru terlihat tiga bulan. Namun, dampaknya cukup signifikan dari aktivitas tersebut. Jalan yang semula tak menunjukkan tanda-tanda kerusakan mulai terlihat memburuk ketika ratusan truk pembawa pasir bertonase besar melintas setiap hari.
“Gorong-gorong air sedalam empat meter kini ambles sepanjang lima meter,” kata Rustanto, kemarin. Rustanto menambahkan, gorong-gorong sedalam empat meter yang dibangun pada 1980-an, sebelumnya tak menunjukkan kerusakan. Namun, sejak tidak ada ketegasan dari Satpol PP Bantul terkait penambangan pasir uruk mengakibatkan beban jalan semakin besar.
Diduga karena uzur, gorong- gorong di Dusun Kalipakem ambles tak kuat menahan beban setiap hari. Khawatir akan mengakibatkan kecelakaan dan kerusakan semakin parah, warga setempat lantas berinisiatif menutup jalan sejak Minggu (26/4) petang. Kendati demikian, dia mengaku belum melaporkan kejadian itu ke pemerintah setempat.
Kini warga berharap agar aparat berwenang segera menghentikan aktivitas penambangan tersebut. “Selain mengakibatkan ambles, warga juga mengeluhkan soal debu,” tuturnya. Saat ini warga Selopamioro, Kecamatan Imogiri, yang ingin ke Parangtritis harus memutar sejauh 10 kilometer jika menggunakan mobil.
Sementara bagi yang menggunakan roda dua masih diperkenankan melintas walaupun harus bergiliran melalui bahu jalan atau warga bisa memanfaatkan jembatan kecil penghubung antara Imogiri dengan Kecamatan Pundong. Sementara Kepala Seksi (Kasi) Pemeliharaan Jalan dan Jembatan Bidang Bina Marga Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan dan Energi Sumber Daya Manusia (DPU ESDM) DIY, Harwanto, menyayangkan amblesnya jalan antara Siluk-Kretek itu.
Pemerintah setempat seharusnya tegas soal kendaraan yang melewati di atasnya, apalagi amblesnya jalan itu karena penambangan pasir liar. Apalagi kekuatan goronggorong itu hanya sebesar 6 ton. “Belum lama memang jalan tersebut dilimpahkan ke kami (DPU DIY), lha kok keduluan amblesnya,” katanya.
Tahun ini, pihaknya menganggarkan dana sebesar Rp20 miliar untuk pemeliharaan jalan itu. Saat ini masih tahap lelang dan rencananya pada Juni mendatang akan ada penandatanganan kontrak dengan pemenang tender. Kemungkinan pada Juni atau Juli, jalan tersebut sudah kembali normal digunakan.
Erfanto linangkung
(bbg)