Mulai Mewahnya Moge hingga Motor Bebek
A
A
A
Tampil perlente, jaga penampilan depan klien, mengendarai kenderaan mewah seperti sudah menjadi gaya hidup para pengacara papan atas yang sering tampil di televisi.
Mereka biasa mengadvokasi para selebritis dan pengusaha kenamaan yang sedang bermasalah dengan persoalan hukum. Lalu bagaimana dengan kehidupan pengacara di Medan? Boleh jadi pengacara di Indonesia ini sebagian besar berasal dari Medan, Sumatera Utara. Bahkan yang paling top markotop di Jakarta sekali pun biasanya melekat embel-embel marga suku Batak atau pun Mandailing di belakang namanya.
Mungkin kita masih belum begitu familiar dengan kehidupan dan gaya hidup para pengacara di Medan. Menurut Charles Silalahi, Ketua Perhimpunan Advokat Indonesia (Peradi) Medan, seorang advokat harus seperti artis. Mulai dari gaya hidup, bergaul di masyarakat hingga berhubungan dengan klien.
“Pengacara itu harus seperti bintang film atau artis. Karena dia harus tampil memukau ditengah masyarakat. Beda dengan jaksa, polisi atau hakim. Karena meski sesama penegak hukum, gaya mereka ini ya begitu-begitu saya. Ini sistem popularitas, nah yang bisa populer itu ya adokat,” kata Charles, ketika berbincang dengan KORAN SINDO MEDAN, di gedung Peradi Medan, Jalan Sei Rokan, Medan, Kamis (16/4) lalu.
Soal gaya hidup pengacara, kata Charles, dia tidak mempermasalahkan advokat bergaya parlente. Sebab seorang pengacara memang harus tampil meyakinkan di depan klien. Charles sendiri mengoleksi dua unit motor gede (moge) bermerk Harley Davidson. Tak tanggung-tanggung, untuk satu unitnya, motor pabrikan Amerika Serikat itu dibeli oleh pengacara kondang di Medan seharga Rp500 juta.
“Saya senang saja memakai moge, bahkan kita ada perkumpulannya. Sesama pengacara banyak yang memiliki moge, bahkan sudah hampir kewajiban memiliki moge demi gengsi,” kata pengacara senior di Medan ini sambil tertawa. Charles mengaku jika sehari- hari, dia memang tidak mengendarai moge ke kantor atau ke pengadilan untuk bersidang. Moge tersebut biasanya digunakan di akhir pekan atau malam hari, jika berkumpul dengan sesama pengacara parlente.
“Kalau kerja hari-hari atau ke kantor, ya kadang pakai Marcedes Benz saja, ada juga Alphard dan Landcruiser, ya mana nyamannya saja mau dikendarai,” bebernya. Sebagai Ketua Peradi Medan, Charles memang termasuk jajaran pengacara yang diperhitungkan di Kota Medan. Tak ayal, jika dia mengoleksi banyak kendaraan mewah.
Setiap harinya, Charles juga kerap terlihat menggunakan aksesori cincin yang berharga hingga ratusan juta rupiah. Ditanya soal harga cincin yang kerap dipakainya, Charles pun menolak menjawabnya. “Wah, kalau kata orang bisa beli mobil (harga cincinnya) itu,” katanya sambil tertawa. Selain kenderaan mewah dan perhiasaan, gaya hidup Charles sebagai pengacara sukses juga terlihat dengan kantor hukum Charles Silalahi and Associates miliknya di wilayah Komplek Perkantoran Serdang, Medan.
Di kawasan elit ini, dia memiliki kantor beracara setinggi empat lantai. Gaya perlente pengacara memang juga terlihat dari kantornya. Sebab, kemewahan kantor tersebut tentu meningkatkan daya tawar dihadapan klien. “Ya, harus kita akui itu kantor megah harus perlu untuk meyakinkan klien. Ya, bisa untuk jaga gengsi juga. Makanya saya juga sekarang sedang menggagas pembangunan kantor pengacara bernilai Rp5 miliar,” katanya sambil tertawa.
Namun meski begitu, kata Charles, seorang pengacara harus menjunjung tinggi bahwa profesi itu mulia (officium nobile). Dan meski memiliki popularitas tinggi, seorang pengacara tidak boleh mengabaikan fungsinya sebagai penegak hukum dan pelayan sosial. Pengacara kondang di Kota Medan ini juga menyatakan, menjadi seorang pengacara jangan sampai menghalalkan segala cara.
Pengacara harus berani mengatakan yang benar itu benar dan begitu juga sebaliknya. “Jangan ada pengacara yang moneyoriented. Dalammenangani sebuah kasus itu, pengacara memang berhak mendapat fee, dan itu diatur undangundang, namun soal jumlah itu kesepakatan. Tapi jangan lupa, pengacara adalah penegak hukum, jadi hukum yang adil harus diutamakan,” kata pengacara Sekda Pemprov Sumut, Hasban Ritonga, ini.
Gaya hidup parlente ini juga tampak dilakoni oleh pengacara Hasrul Benni Harahap. Siapa yang tidak mengenal nama Hasrul Benni Harahap. Khususnya di kalangan pengacara di Kota Medan, nama Hasrul Benni melambung tinggi. Pria yang memecahkan rekor vonis bebas perkara korupsi di Pengadilan Tipikor Medan ini adalah salah satu pengacara populer dan sukses di Medan.
Ya, di tangan pria kelahiran Tapanuli Selatan inilah, mantan Wali Kota Medan Rahudman Harahap divonis bebas di Pengadilan Tipikor Medan dari perkara kasus korupsi APBD Pemkab Tapteng tahun 2005. Meski akhirnya Rahudman Harahap divonis 5 tahun penjara oleh Mahkamah Agung, namun keberhasilannya pada sidang tingkat pertama itu telah melambungkan namanya dijajaran pengacara ngetop Medan. Soal gaya hidup, dia pun tidak ketinggalan dengan pengacara- pengacara top Tanah Air.
Setidaknya Benni juga ada mengoleksi mobil Marcedes Benz S Coupe. Marcedes Benz sporty ini kerap parkir di depan Kantor Hukum Hasrul Benni Harahap, Jalan Sei Galang, Medan. Selain itu, Benni juga tak ketinggalan soal moge. Dia juga mengoleksi sepeda motor Harley Davidson.” Gaya itu menurut saya juga tuntutan profesi supaya tampil meyakinkan,” katanya sambil tertawa. Tampil mewah dengan gaya bak artis memang tak semua dilakukan oleh pengacara di Kota Medan.
Dari ribuan pengacara yang ada di Medan, beberapa diantara mereka ada juga yang lebih menyukai tampil sederhana. Sebut saja Muslim Muis, seorang pengacara yang telah lama malang melintang di dunia praktisi hukum tersebut. Muslim Muis mengaku kerap hanya mengendarai sepeda motor jenis Honda Supra X jika ingin ke pengadilan atau pun menemui kliennya. Muslim tak mempermasalahkan tampilan mewah, baginya bergaya sederhana saja juga bisa membuat kliennya yakin kepada dia.
“Saya rasa kalau soal gaya hidup itu hanya pilihan. Saya setuju saya seorang pengacara itu harus seperti artis, itu tergantung kepribadian. Namun, yang terpenting kita bisa beracara dengan aturan hukum yang berlaku. Tampil sederhana dengan rapi lebih membuat saya percaya diri. Saya cuma pakai sepeda motor bebek saja, tidak masalah itu,” kata mantan Wakil Direktur LBH Medan ini.
Muslim mengaku dia tidak minder jika hanya mengendarai sepeda motor untuk menemui kliennya. Dan dia sendiri melihat, banyak pengacara yang memilih gaya hidup seperti dilakukannya itu. Meski memang tidak sedikit yang bergaya mewah dengan perhiasan mahal di badan.
“Seperti yang saya bilang tadi, itu tergantung kepribadian. Selama ini saya merasa lancar-lancar saja. Pengacara itu profesi mulia, jadi seorang pengacara juga harus berhati mulia. Harus siap memberikan bantuan kepada semua orang, jangan hanya mengejar materi saja,” tandasnya.
Panggabean hasibuan
Mereka biasa mengadvokasi para selebritis dan pengusaha kenamaan yang sedang bermasalah dengan persoalan hukum. Lalu bagaimana dengan kehidupan pengacara di Medan? Boleh jadi pengacara di Indonesia ini sebagian besar berasal dari Medan, Sumatera Utara. Bahkan yang paling top markotop di Jakarta sekali pun biasanya melekat embel-embel marga suku Batak atau pun Mandailing di belakang namanya.
Mungkin kita masih belum begitu familiar dengan kehidupan dan gaya hidup para pengacara di Medan. Menurut Charles Silalahi, Ketua Perhimpunan Advokat Indonesia (Peradi) Medan, seorang advokat harus seperti artis. Mulai dari gaya hidup, bergaul di masyarakat hingga berhubungan dengan klien.
“Pengacara itu harus seperti bintang film atau artis. Karena dia harus tampil memukau ditengah masyarakat. Beda dengan jaksa, polisi atau hakim. Karena meski sesama penegak hukum, gaya mereka ini ya begitu-begitu saya. Ini sistem popularitas, nah yang bisa populer itu ya adokat,” kata Charles, ketika berbincang dengan KORAN SINDO MEDAN, di gedung Peradi Medan, Jalan Sei Rokan, Medan, Kamis (16/4) lalu.
Soal gaya hidup pengacara, kata Charles, dia tidak mempermasalahkan advokat bergaya parlente. Sebab seorang pengacara memang harus tampil meyakinkan di depan klien. Charles sendiri mengoleksi dua unit motor gede (moge) bermerk Harley Davidson. Tak tanggung-tanggung, untuk satu unitnya, motor pabrikan Amerika Serikat itu dibeli oleh pengacara kondang di Medan seharga Rp500 juta.
“Saya senang saja memakai moge, bahkan kita ada perkumpulannya. Sesama pengacara banyak yang memiliki moge, bahkan sudah hampir kewajiban memiliki moge demi gengsi,” kata pengacara senior di Medan ini sambil tertawa. Charles mengaku jika sehari- hari, dia memang tidak mengendarai moge ke kantor atau ke pengadilan untuk bersidang. Moge tersebut biasanya digunakan di akhir pekan atau malam hari, jika berkumpul dengan sesama pengacara parlente.
“Kalau kerja hari-hari atau ke kantor, ya kadang pakai Marcedes Benz saja, ada juga Alphard dan Landcruiser, ya mana nyamannya saja mau dikendarai,” bebernya. Sebagai Ketua Peradi Medan, Charles memang termasuk jajaran pengacara yang diperhitungkan di Kota Medan. Tak ayal, jika dia mengoleksi banyak kendaraan mewah.
Setiap harinya, Charles juga kerap terlihat menggunakan aksesori cincin yang berharga hingga ratusan juta rupiah. Ditanya soal harga cincin yang kerap dipakainya, Charles pun menolak menjawabnya. “Wah, kalau kata orang bisa beli mobil (harga cincinnya) itu,” katanya sambil tertawa. Selain kenderaan mewah dan perhiasaan, gaya hidup Charles sebagai pengacara sukses juga terlihat dengan kantor hukum Charles Silalahi and Associates miliknya di wilayah Komplek Perkantoran Serdang, Medan.
Di kawasan elit ini, dia memiliki kantor beracara setinggi empat lantai. Gaya perlente pengacara memang juga terlihat dari kantornya. Sebab, kemewahan kantor tersebut tentu meningkatkan daya tawar dihadapan klien. “Ya, harus kita akui itu kantor megah harus perlu untuk meyakinkan klien. Ya, bisa untuk jaga gengsi juga. Makanya saya juga sekarang sedang menggagas pembangunan kantor pengacara bernilai Rp5 miliar,” katanya sambil tertawa.
Namun meski begitu, kata Charles, seorang pengacara harus menjunjung tinggi bahwa profesi itu mulia (officium nobile). Dan meski memiliki popularitas tinggi, seorang pengacara tidak boleh mengabaikan fungsinya sebagai penegak hukum dan pelayan sosial. Pengacara kondang di Kota Medan ini juga menyatakan, menjadi seorang pengacara jangan sampai menghalalkan segala cara.
Pengacara harus berani mengatakan yang benar itu benar dan begitu juga sebaliknya. “Jangan ada pengacara yang moneyoriented. Dalammenangani sebuah kasus itu, pengacara memang berhak mendapat fee, dan itu diatur undangundang, namun soal jumlah itu kesepakatan. Tapi jangan lupa, pengacara adalah penegak hukum, jadi hukum yang adil harus diutamakan,” kata pengacara Sekda Pemprov Sumut, Hasban Ritonga, ini.
Gaya hidup parlente ini juga tampak dilakoni oleh pengacara Hasrul Benni Harahap. Siapa yang tidak mengenal nama Hasrul Benni Harahap. Khususnya di kalangan pengacara di Kota Medan, nama Hasrul Benni melambung tinggi. Pria yang memecahkan rekor vonis bebas perkara korupsi di Pengadilan Tipikor Medan ini adalah salah satu pengacara populer dan sukses di Medan.
Ya, di tangan pria kelahiran Tapanuli Selatan inilah, mantan Wali Kota Medan Rahudman Harahap divonis bebas di Pengadilan Tipikor Medan dari perkara kasus korupsi APBD Pemkab Tapteng tahun 2005. Meski akhirnya Rahudman Harahap divonis 5 tahun penjara oleh Mahkamah Agung, namun keberhasilannya pada sidang tingkat pertama itu telah melambungkan namanya dijajaran pengacara ngetop Medan. Soal gaya hidup, dia pun tidak ketinggalan dengan pengacara- pengacara top Tanah Air.
Setidaknya Benni juga ada mengoleksi mobil Marcedes Benz S Coupe. Marcedes Benz sporty ini kerap parkir di depan Kantor Hukum Hasrul Benni Harahap, Jalan Sei Galang, Medan. Selain itu, Benni juga tak ketinggalan soal moge. Dia juga mengoleksi sepeda motor Harley Davidson.” Gaya itu menurut saya juga tuntutan profesi supaya tampil meyakinkan,” katanya sambil tertawa. Tampil mewah dengan gaya bak artis memang tak semua dilakukan oleh pengacara di Kota Medan.
Dari ribuan pengacara yang ada di Medan, beberapa diantara mereka ada juga yang lebih menyukai tampil sederhana. Sebut saja Muslim Muis, seorang pengacara yang telah lama malang melintang di dunia praktisi hukum tersebut. Muslim Muis mengaku kerap hanya mengendarai sepeda motor jenis Honda Supra X jika ingin ke pengadilan atau pun menemui kliennya. Muslim tak mempermasalahkan tampilan mewah, baginya bergaya sederhana saja juga bisa membuat kliennya yakin kepada dia.
“Saya rasa kalau soal gaya hidup itu hanya pilihan. Saya setuju saya seorang pengacara itu harus seperti artis, itu tergantung kepribadian. Namun, yang terpenting kita bisa beracara dengan aturan hukum yang berlaku. Tampil sederhana dengan rapi lebih membuat saya percaya diri. Saya cuma pakai sepeda motor bebek saja, tidak masalah itu,” kata mantan Wakil Direktur LBH Medan ini.
Muslim mengaku dia tidak minder jika hanya mengendarai sepeda motor untuk menemui kliennya. Dan dia sendiri melihat, banyak pengacara yang memilih gaya hidup seperti dilakukannya itu. Meski memang tidak sedikit yang bergaya mewah dengan perhiasan mahal di badan.
“Seperti yang saya bilang tadi, itu tergantung kepribadian. Selama ini saya merasa lancar-lancar saja. Pengacara itu profesi mulia, jadi seorang pengacara juga harus berhati mulia. Harus siap memberikan bantuan kepada semua orang, jangan hanya mengejar materi saja,” tandasnya.
Panggabean hasibuan
(ars)