Cerita Wali Kota Jambi Tutup Lokalisasi yang Sudah 46 Tahun Berdiri

Jum'at, 24 April 2015 - 21:43 WIB
Cerita Wali Kota Jambi Tutup Lokalisasi yang Sudah 46 Tahun Berdiri
Cerita Wali Kota Jambi Tutup Lokalisasi yang Sudah 46 Tahun Berdiri
A A A
JAKARTA - Memberantas praktik prostitusi atau pelacuran, bukanlah perkara gampang, apalagi kegiatan tersebut berjalan secara masif dan terorganisir.

Seperti praktik prostitusi dilokalisasi Payo Sigadung atau yang akrab disapa Pucuk di Kota Jambi. Mungkin tidak ada yang menyangka jika lokalisasi yan sudah 46 tahun berdiri itu bakal ditutup oleh Pemerintah Kota Jambi.

Adalah Syarif Fasha, Wali Kota Jambi yang mengukir sejarah, karena mampu menutup lokalisasi yang konon dibekingi juga oleh oknum-oknum aparat.

Saat berkunjung ke Gedung Sindo di Jalan KH Wahid Hasyim No 38, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (24/42015), Fasha berbagi cerita kepada tim redaksi SINDO mengenai langkahnya menutup dua lokalisasi terkenal di Kota Jambi.

Menurut Wali Kota Jambi periode 2014-2019 itu , saat dirinya baru menjabat delapan bulan, ia melihat ada Perda Prostitusi yang sudah dua tahun terbengkalai.

"Kemudian saya tanya ke dewan, mereka mengatakan percuma dibahas, karena eksekutif tidak akan menindaklanjuti," ujar Fasha.

Mendengar jawabah Dewan, Fasha langsung mengumpulkan para pejabat SKPD Kota Jambi.

"Saya tanyai mereka mengenai apa yang sudah mereka perbuat selama bekerja. Mereka menjawab tidak ada selain bekerja sesuai dengan birokrasi. Lalu saya ajak mereka berbuat untuk akhirat yaitu menutup lokalisasi," sebut ketua AMPG Golkar Jambi ini.

Dikatakan, di Kota Jambi ada dua lokalisasi yang sangat terkenal yaitu Payo Sigadung atau Pucuk dengan 500 lebih penghuninya dan lokalisasi Langit Biru.

"Untuk yang Langit Biru jumlahnya sedikit, dan mayoritas PSK nya sudah berumur sepertinya buangan dari Payo Sigadung. Namun praktik mereka sangat berbahaya karena menyasar para pemula yang ingin mengenal seks," terangnya.

Langkah awal yang dilakukan lanjut Fasha, berkoordinasi dengan unsur Muspida, seperti Polresta dan Korem. Sebab berhembus kabar jika lokalisasi diduga dibekingi oknum aparat.

"Jadi saya berkoordinasi dengan Polisi dan TNI, karena saya mendengar ada oknum aparat yang jadi beking. Sehingga dengan adanya koordinasi bersama polisi dan TNI penutupan bisa berjalan aman," sebutnya.

Sebelum melakukan eksekusi penutupan, Fasha menyebutkan terlebih dahulu dirinya memasang spanduk propaganda guna menyerang pikiran para penghuni lokalisasi Payo Sigadung dan Langit Biru.

"Jadi kami ajak masyarakat memasang spanduk dimana-mana yang berisi penutupan lokalisasi. Sehingga para PSK merasa dirinya tidak mendapat ruang di masyarakat," jelasnya.

Tidak hanya itu, Fasha juga melibatkan sang istri untuk ikut mensosialisasikan Perda Prostitusi.

"Bahkan Istri saya ikut terjun langsung mensosialisasikan ini. Kepada para pejabat juga saya berpesan supaya mereka tebal kuping jika menghadapi para PSK. Karena saya yakin omongan yang keluar dari para PSK pasti kotor," katanya.

Fasha juga mengaku santai dan tidak ambil pusing dengan demo yang dilakukan oleh para PSK dan mucikari , termasuk mereka yang kontra dengan rencana penutupan lokalisasi.

"Saya sudah sadar dengan resiko ini. Saya didemo, dicaci maki, namun semuanya saya tanggapi dengan santai. Pokoknya tebal kuping saja," sebutnya.

Kemudian lanjut Fasha, setelah dirasa siap, pada 13 Oktober 2014 baru eksekusi penutupan lokalisasi dilakukan dan semuanya berjalan lancar.

"Sempat ada yang bilang jika saya melakukan pencitraan. Lalu saya jawab, kalau pencintraan tentu saya akan lakukan diujung jabatan untuk bekal maju kembali. Tapi niat saya ini murni untuk ibadah dan bekal akhirat," pungkasnya.
(nag)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.5155 seconds (0.1#10.140)