Bubarkan Tawuran Mahasiswa, Polisi Sita Senjata Rakitan
A
A
A
MAKASSAR - Aparat kepolisian dari jajaran Polsek Tamalate, Makassar, berhasil menggagalkan tawuran mahasiswa, di kampus Universitas Negeri Makassar (UNM) Parangtambung, Kecamatan Tamalate, Makassar.
Satu senjata rakitan diamankan berikut perangkatnya, seperti kelereng yang biasanya digunakan sebagai amunisi, berikut bahan bakar avtur dalam botol parfum, 17 anak busur, satu pelontar, dan sebilah parang panjang.
Semua barang bukti ini ditemukan polisi saat menggeledah lokasi-lokasi mencurigakan dalam kampus. Antara lain di bawah kotak panggung kecil, di aula seni dan di semak-semak belakang gedung laboratorium seni pertunjukan.
Kapolsek Tamalate Kompol Suaeb A Majid menjelaskan, mahasiswa yang berkumpul di beberapa titik dalam kampus dibubarkan. Mereka diduga hendak merencanakan keributan. Sehari sebelumnya, di kampus ini ada tawuran.
"Rektor meminta kami untuk mengantisipasi tawuran susulan, sehingga jika tampak ada mahasiswa yang berkumpul dengan gelagat mencurigakan segera dibubarkan," katanya, kepada wartawan, Kamis (23/4/2015).
Ditambahkan dia, atas perintah rektor pihaknya membubarkan kelompok-kelompok mahasiswa memiliki gelagat mencurigakan dan telah berkumpul hendak melakukan tawuran.
"Lalu anggota kami menggeledah lokasi, dan benar adanya ditemukan barang-barang yang seharusnya tidak ada di tempat pendidikan, seperti di kampus ini. Kuat dugaan, senjata itu akan digunakan tawuran," jelasnya.
Karena mahasiswa di kampus ini kerap terlibat bentrok, baik sesama mahasiswa maupun dengan warga sekitar, pihaknya akan menempatkan enam personelnya di kampus selama 24 jam. Hal ini telah mendapat izin pihak rektorat.
Sementara Pembantu Rektor III UNM Prof Heri Thahir mengatakan, pihaknya sengaja memanggil polisi untuk mengantisipasi terjadinya tawuran mahasiswa.
"Dalam kampus ini selalu ada polisi. Kami berharap bapak polisi ini benar-benar stay, tidak sekadar on call agar gejala keributan bisa langsung tercium. Karena kalau sudah terlanjur terjadi gesekan, maka konflik susah dikendalikan," katanya.
Soal tawuran yang baru saja terjadi, Prof Heri Tahir mengaku, pihaknya menerima laporan jika ada sekelompok orang berkumpul di depan kampus sekitar pukul 13.00 Wita. Tapi tawuran tidak sampai meledak.
"Kami tidak tahu mereka yang berkumpul dan dibubarkan polisi itu mahasiswa atau warga, karena terjadi di depan kampus. Saat ini, sudah sulit untuk diidentifikasi," jelasnya.
Soal pemicu konflik, dia menjelaskan masih masalah klasik. Katanya, ada mahasiswa yang dipukul. Lalu mahasiswa lain hendak membalas. Meski dalam sepekan, kampus UNM disibukan dengan keributan, pihak kampus tidak akan meliburkan mahasiswa.
"Kami imbau ke mahasiswa agar tidak mudah terprovokasi, jangan sampai itu semua ulah pihak luar yang punya kepentingan sendiri atas kejadian ini," jelasnya.
Kampus, katanya, akan diliburkan jika situasi dan kondisi kampus sudah tidak terkendali. Soal libur ini, jika sedikit-sedikit diliburkan, mahasiswa sendiri yang akan rugi.
Satu senjata rakitan diamankan berikut perangkatnya, seperti kelereng yang biasanya digunakan sebagai amunisi, berikut bahan bakar avtur dalam botol parfum, 17 anak busur, satu pelontar, dan sebilah parang panjang.
Semua barang bukti ini ditemukan polisi saat menggeledah lokasi-lokasi mencurigakan dalam kampus. Antara lain di bawah kotak panggung kecil, di aula seni dan di semak-semak belakang gedung laboratorium seni pertunjukan.
Kapolsek Tamalate Kompol Suaeb A Majid menjelaskan, mahasiswa yang berkumpul di beberapa titik dalam kampus dibubarkan. Mereka diduga hendak merencanakan keributan. Sehari sebelumnya, di kampus ini ada tawuran.
"Rektor meminta kami untuk mengantisipasi tawuran susulan, sehingga jika tampak ada mahasiswa yang berkumpul dengan gelagat mencurigakan segera dibubarkan," katanya, kepada wartawan, Kamis (23/4/2015).
Ditambahkan dia, atas perintah rektor pihaknya membubarkan kelompok-kelompok mahasiswa memiliki gelagat mencurigakan dan telah berkumpul hendak melakukan tawuran.
"Lalu anggota kami menggeledah lokasi, dan benar adanya ditemukan barang-barang yang seharusnya tidak ada di tempat pendidikan, seperti di kampus ini. Kuat dugaan, senjata itu akan digunakan tawuran," jelasnya.
Karena mahasiswa di kampus ini kerap terlibat bentrok, baik sesama mahasiswa maupun dengan warga sekitar, pihaknya akan menempatkan enam personelnya di kampus selama 24 jam. Hal ini telah mendapat izin pihak rektorat.
Sementara Pembantu Rektor III UNM Prof Heri Thahir mengatakan, pihaknya sengaja memanggil polisi untuk mengantisipasi terjadinya tawuran mahasiswa.
"Dalam kampus ini selalu ada polisi. Kami berharap bapak polisi ini benar-benar stay, tidak sekadar on call agar gejala keributan bisa langsung tercium. Karena kalau sudah terlanjur terjadi gesekan, maka konflik susah dikendalikan," katanya.
Soal tawuran yang baru saja terjadi, Prof Heri Tahir mengaku, pihaknya menerima laporan jika ada sekelompok orang berkumpul di depan kampus sekitar pukul 13.00 Wita. Tapi tawuran tidak sampai meledak.
"Kami tidak tahu mereka yang berkumpul dan dibubarkan polisi itu mahasiswa atau warga, karena terjadi di depan kampus. Saat ini, sudah sulit untuk diidentifikasi," jelasnya.
Soal pemicu konflik, dia menjelaskan masih masalah klasik. Katanya, ada mahasiswa yang dipukul. Lalu mahasiswa lain hendak membalas. Meski dalam sepekan, kampus UNM disibukan dengan keributan, pihak kampus tidak akan meliburkan mahasiswa.
"Kami imbau ke mahasiswa agar tidak mudah terprovokasi, jangan sampai itu semua ulah pihak luar yang punya kepentingan sendiri atas kejadian ini," jelasnya.
Kampus, katanya, akan diliburkan jika situasi dan kondisi kampus sudah tidak terkendali. Soal libur ini, jika sedikit-sedikit diliburkan, mahasiswa sendiri yang akan rugi.
(san)