Selamatkan Bumi dengan Aksi Nyata
A
A
A
PALEMBANG - Peringatan Hari Bumi di Palembang diwarnai dengan beragam aksi dari berbagai kalangan, mulai dari Sekolah Alam Palembang (SAPA), aliansi Gerakan Pen cinta Alam Peduli Bumi (GPAB) hingga Walhi.
Tidak hanya itu, di beberapa tem pat sejumlah perusahaan juga menggelar peringatan seperti de ngan aksi menanam pohon. Aksi dari berbagai organisasi di berba gai tempat tersebut menggugah dan mengajak untuk peduli dan mulai bergerak untuk menyela mat kan bumi dengan aksi nyata.
Di Bundaran Air Mancur Palembang, aksi damai yang dibum - bui dengan teaterikal, puisi, serta pembagian bibit tanaman pelindung oleh Walhi. Berbagai poster dan banner juga tidak terlewat sebagai pernak-pernik aksi oleh anak-anak SAPA pada pagi harinya. Koordinator Aksi Walhi dan Sa habat Walhi Sumsel Afik Indawan mengatakan, pihaknya menggelar aksi Hari Bumi untuk mengetuk kepedulian masyarakat agar lebih sadar menjaga dan melestarikan alam. Mengingat Sumsel merupakan wilayah yang ren tan terhadap bencana ekologis seperti kabut asap, banjir, pencemaran sungai, dan longsor.
“Kami ingatkan masyarakat untuk peduli bumi kita. Di sini kami bawa planet bumi buatan yang seakan menunjukkan kondisinya yang sudah tereksploitasi oleh tangan-tangan manusia,” ujarnya. Pihaknya juga mendorong pemerintah untuk menelaah kembali kebijakan tata ruang serta pemberian izin setiap pembangunan.
“Pemerintah harus me lakukan audit lingkungan dan mencabut izin pembangunan jika ditemui merugikan lingkungan. Ra wa misalnya, bukan untuk ditimbun dan dibangun, tapi untuk menampung air hujan,” tukas dia. Direktur Sekolah Alam Palembang Nurbaiti Eka Sari mengatakan, penanaman akhlak untuk mencintai bumi sejalan dengan po la pembelajaran yang diterapkan di sekolah alam.
Keseharian sis wa diajarkan untuk tidak membuang sampah sembarangan, tidak menebang pohon, mengurangi penggunaan sampah yang sulit diurai tanah (reduse), memanfaatkan barang bekas tanpa mengubah bentuk (reuse), dan berkreasi dengan barang bekas untuk menjadi sesuatu yang bernilai (recycle). “Hampir 80% metode belajar kami bersama alam. Jadi, bukan sekadar aksi damai di jalan, tapi anak-anak memang sudah diajarkan melestarikan alam secara nyata,” ungkapnya.
Dia mengingatkan bumi se - ma kin tua dan panas, namun makin banyak masyarakat yang tidak peduli. Melalui momen Hari Bumi inilah pihaknya bersama anak didik menyosialisasikan pelestarian lingkungan. “Hari ini (kemarin) kami membagikan 250 bibit tanaman kepada pengendara di seputaran Bundaran Air Mancur. Lalu dilanjutkan dengan penanaman tanaman produktif khas Sumatera di lingkungan sekolah, seperti manggis, jambu bol, belimbing, duku dan lainnya,” terang dia.
Sering Banjir Pencinta Alam Tebar Bibit Pohon
Sementara itu, para pencinta alam yang menamakan diri Aliansi Gerakan Pencinta Alam Peduli Bumi (GPAPB), lakukan aksi Hari Bumi dengan memberikan bibit pohon tanjung dan balon kepada pengendara yang melintas Simpang Polda, kemarin.
Para pencinta alam memulai ak si dengan long marchdari Kampus Palcomtech di Jalan Basuki Rahmat. Mereka yang terdiri dari Mapala, Sispala, dan KPA menuju lampu merah membawa replika gedung, balon dan spanduk. Koordinator Aksi Hendro Adi Su seno mengatakan, aksi tersebut merupakan bentuk kepedulian mereka terhadap bumi. “Kita memberikan bibit pohon secara simbolis kepada pengendara, guna mengingatkan masyarakat, agar peduli terhadap lingkungan, jangan sampai terjadi banjir kembali setiap hujan turun,” katanya.
Menurut dia, seringkali terjadi kebakaran hutan dan juga ba - nyaknya masyarakat yang belum sadar arti kebersihan, serta pembangunan yang tidak meninggalkan kawasan resapan dan membuat drainase, mengakibatkan ban jir makin para setiap tahunnya.
“Ini peringatan Hari Bumi, jadi ketika membangun sebaiknya mereka sesuaikan tempatnya dan harus ada resapan air. Masyarakat juga harus buang sampah pada tempatnya. Cintai bumi,” sebutnya.
Yulia savitri/ bubun kurniadi
Tidak hanya itu, di beberapa tem pat sejumlah perusahaan juga menggelar peringatan seperti de ngan aksi menanam pohon. Aksi dari berbagai organisasi di berba gai tempat tersebut menggugah dan mengajak untuk peduli dan mulai bergerak untuk menyela mat kan bumi dengan aksi nyata.
Di Bundaran Air Mancur Palembang, aksi damai yang dibum - bui dengan teaterikal, puisi, serta pembagian bibit tanaman pelindung oleh Walhi. Berbagai poster dan banner juga tidak terlewat sebagai pernak-pernik aksi oleh anak-anak SAPA pada pagi harinya. Koordinator Aksi Walhi dan Sa habat Walhi Sumsel Afik Indawan mengatakan, pihaknya menggelar aksi Hari Bumi untuk mengetuk kepedulian masyarakat agar lebih sadar menjaga dan melestarikan alam. Mengingat Sumsel merupakan wilayah yang ren tan terhadap bencana ekologis seperti kabut asap, banjir, pencemaran sungai, dan longsor.
“Kami ingatkan masyarakat untuk peduli bumi kita. Di sini kami bawa planet bumi buatan yang seakan menunjukkan kondisinya yang sudah tereksploitasi oleh tangan-tangan manusia,” ujarnya. Pihaknya juga mendorong pemerintah untuk menelaah kembali kebijakan tata ruang serta pemberian izin setiap pembangunan.
“Pemerintah harus me lakukan audit lingkungan dan mencabut izin pembangunan jika ditemui merugikan lingkungan. Ra wa misalnya, bukan untuk ditimbun dan dibangun, tapi untuk menampung air hujan,” tukas dia. Direktur Sekolah Alam Palembang Nurbaiti Eka Sari mengatakan, penanaman akhlak untuk mencintai bumi sejalan dengan po la pembelajaran yang diterapkan di sekolah alam.
Keseharian sis wa diajarkan untuk tidak membuang sampah sembarangan, tidak menebang pohon, mengurangi penggunaan sampah yang sulit diurai tanah (reduse), memanfaatkan barang bekas tanpa mengubah bentuk (reuse), dan berkreasi dengan barang bekas untuk menjadi sesuatu yang bernilai (recycle). “Hampir 80% metode belajar kami bersama alam. Jadi, bukan sekadar aksi damai di jalan, tapi anak-anak memang sudah diajarkan melestarikan alam secara nyata,” ungkapnya.
Dia mengingatkan bumi se - ma kin tua dan panas, namun makin banyak masyarakat yang tidak peduli. Melalui momen Hari Bumi inilah pihaknya bersama anak didik menyosialisasikan pelestarian lingkungan. “Hari ini (kemarin) kami membagikan 250 bibit tanaman kepada pengendara di seputaran Bundaran Air Mancur. Lalu dilanjutkan dengan penanaman tanaman produktif khas Sumatera di lingkungan sekolah, seperti manggis, jambu bol, belimbing, duku dan lainnya,” terang dia.
Sering Banjir Pencinta Alam Tebar Bibit Pohon
Sementara itu, para pencinta alam yang menamakan diri Aliansi Gerakan Pencinta Alam Peduli Bumi (GPAPB), lakukan aksi Hari Bumi dengan memberikan bibit pohon tanjung dan balon kepada pengendara yang melintas Simpang Polda, kemarin.
Para pencinta alam memulai ak si dengan long marchdari Kampus Palcomtech di Jalan Basuki Rahmat. Mereka yang terdiri dari Mapala, Sispala, dan KPA menuju lampu merah membawa replika gedung, balon dan spanduk. Koordinator Aksi Hendro Adi Su seno mengatakan, aksi tersebut merupakan bentuk kepedulian mereka terhadap bumi. “Kita memberikan bibit pohon secara simbolis kepada pengendara, guna mengingatkan masyarakat, agar peduli terhadap lingkungan, jangan sampai terjadi banjir kembali setiap hujan turun,” katanya.
Menurut dia, seringkali terjadi kebakaran hutan dan juga ba - nyaknya masyarakat yang belum sadar arti kebersihan, serta pembangunan yang tidak meninggalkan kawasan resapan dan membuat drainase, mengakibatkan ban jir makin para setiap tahunnya.
“Ini peringatan Hari Bumi, jadi ketika membangun sebaiknya mereka sesuaikan tempatnya dan harus ada resapan air. Masyarakat juga harus buang sampah pada tempatnya. Cintai bumi,” sebutnya.
Yulia savitri/ bubun kurniadi
(ars)