Wali Kota Bawa Novita Berobat

Selasa, 21 April 2015 - 10:43 WIB
Wali Kota Bawa Novita Berobat
Wali Kota Bawa Novita Berobat
A A A
MEDAN - Novita Anggreni, bocah perempuan berusia sepuluh tahun ini hanya bisa pasrah dengan penyakit yang menggerogoti tubuh kurusnya. Akibat benjolan sebesar telur ayam yang tumbuh di leher sebelah kirinya sejak setahun lalu, kondisi kesehatannya semakin memburuk.

Selain berat badannya semakin menyusut, Novita pun mudah diserang demam dan batuk-batuk. Untuk mengobati penyakitnya rasanya seperti mimpi karena orang tuanya tidak punya pekerjaan tetap. Jangankan untuk berobat, memenuhi kebutuhan makan sehari-hari saja sudah kesulitan, dan hanya mengharapkan belas kasihan warga yang iba. Kemiskinan itu membuat Novita hanya bisa menangis.

Selain tidak mampu berobat, anak ketujuh dari delapan bersaudara ini pun tidak pernah mengecap bangku sekolah. Kemiskinan itu jugalah yang membuat abang kandungnya berusia 23 tahun, harus menghadap Sang Khalik akibat penyakit yang sama. Air mata Novita pun sudah mengering, dia pun pasrah seandainya harus menyusul abang tercinta menghadap Sang Pencipta.

Di tengah kepasrahan Novita, Wali Kota Medan, Dzulmi Eldin, mendengar penderitaan bocah kurus berkulit sawo matang itu, termasuk kemiskinan yang dialami keluarganya. Senin (19/4), Eldin langsung menyambangi kediamannya di Jalan Perumahan Bumi Permai Gang Mekar, Kelurahan Labuhan Deli, Kecamatan Medan Marelan. Di rumah sewa sangat sederhana berukuran lebih kurang 4x6 meter dan berdinding tepas, Novita tinggal bersama keluarganya.

Ketika wali kota datang, Novita tidur di lantai semen beralas tikar kumuh didampingi Syafril, 50, ayahanda tercinta, beserta beberapa saudaranya. Mantan sekda Kota Medan itu pun tak kuasa menahan rasa haru melihat kondisi Novita, termasuk kemiskinan yang menggerus hidup mereka. Eldin pun tidak banyak berkatakata, matanya terlihat memerah.

Setelah memeriksa kondisi tubuh Novita, dia pun langsung memerintahkan petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) segera membawa Novita ke Rumah sakit Bandung di Jalan Mistar Medan, guna mendapatkan perawatan intensif. Berhubung mobil tidak bisa masuk akibat jalan menuju rumah Novita sangat kecil dan hanya bisa dilalui sepeda motor, Novita pun harus digendong ayahnya menuju mobil ambulans yang sudah menunggu di jalan besar yang berjarak sekitar 200 meter dari rumahnya dituntun langsung wali kota.

Puluhan warga sekitar pun tak kuasa menahan rasa haru saat wali kota membawa bocah malang itu berobat. Sebab, mereka pun sudah tidak tega lagi menyaksikan penderitaan yang dialami Novita. Wali kota terus mendampingi Novita sampai tiba di Rumah Sakit Bandung. Begitu turun dari mobil ambulans, Eldin langsung meminta petugas medis yang ada segera membawanya ke ruang ICU.

Novita kemudian menjalani perawatan intensif dan ditangani dr Alex Tarigan. Sebelum diperiksa lebih mendalam, Novita diberi obat untuk menurunkan demam dan diinfus, lalu dibawa ke ruang inap. Wali kota mengatakan, benjolan yang ada di leher terjadi sejak satu tahun lalu. Orang tuanya mengira benjolan itu hanya bisul biasa dan dibiarkan saja. Lama kelamaan benjolan itu semakin membesar, dan kini sebesar telur ayam kampung.

“Saya telah berbicara dengan pihak rumah sakit. Saya minta Novita supaya benar-benar dirawat dan benjolan di lehernya diperiksa agar diketahui apa penyakit sebenarnya,” ujarnya. Eldin berharap penyakit Novita dapat disembuhkan sehingga dia dapat beraktivitas kembali. Eldin tidak mau kejadian yang menimpa abang Novita kembali terulang. Untuk itulah dirinya akan terus memantau perkembangan kesehatan Novita.

Sebab, masalah kesehatan saat ini merupakan salah satu prioritas utamanya. “Insya Allah dengan perawatan yang dilakukan, penyakit Novita dapat disembuhkan,” ujarnya. Wali kota mengimbau seluruh masyarakat, terutama dari kalangan kurang mampu yang membutuhkan perawatan medis namun tidak memiliki uang, segera laporkan kepada lurah maupun camat di wilayah tinggalnya masing-masing.

Laporan itu akan segera ditindaklanjuti, dan yang bersangkutan akan mendapatkan perawatan medis. “Walaupun warga tidak memiliki BPJS, kami siap membantunya. Untuk itu segera laporkan kepada camat dan lurah setempat. Saya tidak mau ada warga yang tidak berobat akibat ketiadaan dana,” ungkapnya.

Sementara itu, dr Alex Tarigan yang menangani penyakit Novita mengatakan, berdasarkan hasil pemeriksaan sementara dan gejala-gejala yang dialami seperti demam tinggi dan batuk, dugaan sementara Novita terkena penyakit tubercolosis kelenjar. Alex akan memeriksa cairan dari benjolan di leher Novita.

“Untuk sementara kita turunkan dulu demamnya, termasuk mengobati batuknya. Setelah itu kita lakukan patalogi anatomi untuk memastikan apakah benjolan itu tubercolosis kelenjar atau tumor. Jika pun tumor, kita pastikan apakah itu ganas atau tidak. Setelah itu baru kita lakukan langkah-langkah penyembuhannya,” ungkap Alex.

Sementara Syafril sebelumnya hanya bisa pasrah dengan penyakit yang diderita putrinya tersebut. Sebab, pria bertubuh kurus ini tidak punya uang akibat dirinya tidak memiliki pekerjaan tetap. Akibat ketiadaan dana itulah, Syafril pun mengaku abang Novita meninggal dunia setelah menyakit yang sama menggerogoti tubuhnya lantaran tidak pernah sekalipun mendapatkan perawatan medis.

Dijelaskannya Syafril, harus merawat Novita sendiri sejak berusia tiga bulan setelah istri tercinta meninggal dunia. Sebelum istrinya meninggal, mereka sempat berjualan untuk memenuhi kebutuhan hidup seharihari. “Setelah istri meninggal, saya tidak berjualan lagi. Saya harus mengurus anak-anak.

Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, saya kerja apa saja yang bisa menghasilkan uang, dan mengharapkan belas kasihan warga yang merasa iba. Jadi, saya sangat berterima kasih atas bantuan Bapak Wali Kota ini. Semoga penyakit anak saya bisa disembuhkan,” ujar Syafril.

Lia anggia nasution
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4756 seconds (0.1#10.140)