Ojak dan Ospi Dikubur di Satu Liang
A
A
A
DOLOKSANGGUL - Pasangan calon pengantin yang menjadi korban pembunuhan sadis, Ojak purba, 33; dan Ospi Simbolon, 28; dimakamkan dalam satu liang di Desa Lumban Tobing, Kecamatan Dolok Sanggul, Humbang Hasundutan (Humbahas), kemarin.
Seribuan warga mengantarkan pasangan yang telah bertunangan ini ke peristirahatan terakhir. Warga yang diliputi kesedihan berjalan beriringan sejak peti jenazah dibawa dari rumah duka di Jalan Sisingamangaraja menuju tempat pemakaman. Pemakaman kedua jemaat Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) tersebut dipimpin langsung Pendeta HKBP Pargodungan, Pendeta Tohonan Silaen.
“Kedua korban dimakamkan sesuai aturan gereja. Keduanya dimakamkan satu liang,” kata Pendeta Tohonan kepada KORAN SINDO MEDAN sebelum acara ibadah pemakaman dilakukan, kemarin. Pimpinan gereja tempat Ojak Purbadan Ospi menjalani proses martupol atau pertunangan dalam konsep Protestan itu mengungkapkan, pihak gereja tidak menemukan kejanggalan selamaproses martupol.
Bahkan, kedua calon mempelai tersebut menjalaniprosesdiGerejaHKBP Pargodungan tanpa ada masalah. “Secara tegas dari aspek gereja tidak ada masalah. Pihak gereja juga akan melayani proses pemberian sakramen kepada kedua korban pembunuhan tersebut,” katanya. Silaen memaparkan, gereja sudah mengumumkan pemberkatan kedua calon mempelai tersebut.
Semestinya pada Minggu 19 April lalu, untuk kedua kalinya gereja mengumumkan proses pemberkatan yang akan diterima kedua mempelai. “Dari proses martupol hingga proses pemberkatan pernikahan jika ada yang keberatan dapat disampaikan ke gereja. Namun, hingga kami mengetahui kematian kedua jemaat itu, kami tidak menerima pernyataan keberatan dari siapa pun.
Jadi, pihak gereja mengharapkan kematian kedua pasangan tersebut tidak dikaitkan dengan proses gereja yang sudah dijalani mereka,” kata Pendeta Silaen. Sementara Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah (Polda) Sumut, Komisaris Besar (Kombes) Pol Helfi Assegaf mengatakan, penyidik sudah menemukan petunjuk penyidikan untuk mengungkap motif dibalik pembunuhan sadis itu.
“Bukti petunjuknya sudah ada, tinggal kami perlu waktu menganalisis sehingga petunjuk yang ditemukan di lapangan bisa menunjukkan siapa pelaku dan motifnya apa,” katanya. Kasat Reskrim Polres Humbahas AKP Hendro Sutarno mengatakan, mereka belum bisa memberikan keterangan terkait perkembangan hasil penyelidikan kasus pembunuhan sadis pasangan calon pengantin tersebut.
Sebab masih mengumpulkan petunjuk dari lapangan untuk mengungkap misteri dibalik kematian Ojak dan Ospi. “Sudah lima saksi yang kami mintai keterangan. Namun, keluarga korban belum bisa dimintai keterangan karena masih dalam suasana berduka,” katanya.
Sekadar diketahui, sepasang kekasih yang sudah memasuki pertunangan atau acara adat martupol dibantai di rumah calon mempelai pria. Kedua korban warga Jalan Sisingamangaraja, Doloksanggul, itu ditemukan tewas dengan kondisi mengenaskan, Minggu (19/4) dini hari. Tubuh Ojak P Purba kekasih hatinya pertama kali ditemukan adiknya, Marzuki Purba, 28, terkapar bersimbah darah di kamar.
Saat itu pintu kamar didapati dalam keadaan terbuka, namun tidak terdapat kerusakan di kuncinya. Kedua korban sudah memasuki tahapan tingting parbogason atau pengumuman pernikahan oleh gereja. Keduanya secara adat sudah menjalani proses martupol di gereja. Korban pria juga sudah melakukan penjemputan mempelai wanita dari pihak keluarga lewat proses mangalua.
Pihak calon mempelai pria sudah menyerahkan mahar yang disebut dengan istilah sinamot . Kerabat Ojak, Jimmy Togu Purba mengatakan, pemakaman kedua korban dalam satu liang yang sama merupakan permintaan keluarga. Sementara lokasi pemakaman merupakan tanah milik keluarga yang berlokasi di sekitar perkampungan Purba di Desa Lumban Tobing, Doloksanggul.
“Kita berharap kasus pembunuhan ini segera terkuak dan pelakunya diberi hukuman setimpal. Kami juga mengimbau masyarakat yang memiliki informasi sekecil apa pun terkait kasus ini segera memberitahukan ke kepolisian,” kata pria yang juga menjabat Wakil Ketua DPRD Humbahas itu. Menurut dia, warga bermarga Purba, khususnya di Humbahas, saat ini sedang mengalami duka cukup dalam.
Sebab dua warga Purba telah menjadi korban pembunuhan dalam satu bulan terakhir. Dua pekan lalu, Norita Purba, 17, pelajar SMK, tewas karena dibunuh tiga pelaku yang telah ditangkap. Demikian juga dengan Ojak Purba yang dibantai bersama calon istrinya. Perwakilan Persatuan Simbolon Boru Bere se-Indonesia (PSBI) Humbahas, Erikson Simbolon mengatakan, kematian Ospi Simbolon telah menimbulkan luka yang sangat besar kepada keluarga besarnya.
Kriminolog Nursariani Simatupang mengatakan, jika sebuah pembunuhan dilakukan dengan cara sadis atau tidak manusiawi serta tidak diikuti dengan tindakan pidana lainnya, seperti pencurian, maka ada beberapa dugaan menjadi motif pembunuhan itu. Pertama, pembunuhan itu bisa dilakukan karena ada unsur sakit hati. Menurut dia, sakit hati bukan karena ada kesalahan dalam berucap atau kesalahan sikap.
Namun, bisa saja orang lain sakit hati karena tidak bisa menerima bersatunya pasangan ini menjadi suami istri. “Saat ini, ada saja individu yang merasa tidak bisa senang atau tidak bahagia ketika melihat orang lain senang atau bahagia. Dia merasa sakit hati walau tidak disakiti. Apalagi orang itu sedang berbahagia,” katanya kepada KORAN SINDO MEDAN, kemarin.
Kedua, bisa jadi korban yang menjadi sasaran sebenarnya bukan kedua calon pengantin itu, melainkan orang lain. Sebab menurut informasi di media massa, ada orang lain di rumah tersebut.“Bisa jadi, sebenarnya pelaku mengincar korban yang lain. Tapi, karena kondisi rumah gelap atau tidak begitu paham atau belum mengenal bagaimana sasaran korbannya, si pelaku malah melakukan kepada kedua calon pengantin itu,” ucapnya.
Ketiga, kemungkinan sebenarnya pelaku pembunuhan tidak hanya mengincar korban, tapi juga ingin membawa barang- barang yang ada di rumah. Namun, bisa saja karena pelaku mendengar orang terbatuk atau terbangun sehingga pergi tidak membawa barang-barang itu.
“Tapi, kalau polisi menduga pelakunya seperti sudah mengenal rumah itu. Saya cenderung menduga motifnya yang pertama, yakni ada unsur sakit hati. Saya menduga sebelum bertindak, pelakunya sudah mempelajari di mana posisi ruangan di rumah itu. Di mana calon pengantinnya tidur sehingga pelaku bisa tidak salah kamar,” kata Nursariani.
Eko agustyo fb/ frans marbun
Seribuan warga mengantarkan pasangan yang telah bertunangan ini ke peristirahatan terakhir. Warga yang diliputi kesedihan berjalan beriringan sejak peti jenazah dibawa dari rumah duka di Jalan Sisingamangaraja menuju tempat pemakaman. Pemakaman kedua jemaat Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) tersebut dipimpin langsung Pendeta HKBP Pargodungan, Pendeta Tohonan Silaen.
“Kedua korban dimakamkan sesuai aturan gereja. Keduanya dimakamkan satu liang,” kata Pendeta Tohonan kepada KORAN SINDO MEDAN sebelum acara ibadah pemakaman dilakukan, kemarin. Pimpinan gereja tempat Ojak Purbadan Ospi menjalani proses martupol atau pertunangan dalam konsep Protestan itu mengungkapkan, pihak gereja tidak menemukan kejanggalan selamaproses martupol.
Bahkan, kedua calon mempelai tersebut menjalaniprosesdiGerejaHKBP Pargodungan tanpa ada masalah. “Secara tegas dari aspek gereja tidak ada masalah. Pihak gereja juga akan melayani proses pemberian sakramen kepada kedua korban pembunuhan tersebut,” katanya. Silaen memaparkan, gereja sudah mengumumkan pemberkatan kedua calon mempelai tersebut.
Semestinya pada Minggu 19 April lalu, untuk kedua kalinya gereja mengumumkan proses pemberkatan yang akan diterima kedua mempelai. “Dari proses martupol hingga proses pemberkatan pernikahan jika ada yang keberatan dapat disampaikan ke gereja. Namun, hingga kami mengetahui kematian kedua jemaat itu, kami tidak menerima pernyataan keberatan dari siapa pun.
Jadi, pihak gereja mengharapkan kematian kedua pasangan tersebut tidak dikaitkan dengan proses gereja yang sudah dijalani mereka,” kata Pendeta Silaen. Sementara Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah (Polda) Sumut, Komisaris Besar (Kombes) Pol Helfi Assegaf mengatakan, penyidik sudah menemukan petunjuk penyidikan untuk mengungkap motif dibalik pembunuhan sadis itu.
“Bukti petunjuknya sudah ada, tinggal kami perlu waktu menganalisis sehingga petunjuk yang ditemukan di lapangan bisa menunjukkan siapa pelaku dan motifnya apa,” katanya. Kasat Reskrim Polres Humbahas AKP Hendro Sutarno mengatakan, mereka belum bisa memberikan keterangan terkait perkembangan hasil penyelidikan kasus pembunuhan sadis pasangan calon pengantin tersebut.
Sebab masih mengumpulkan petunjuk dari lapangan untuk mengungkap misteri dibalik kematian Ojak dan Ospi. “Sudah lima saksi yang kami mintai keterangan. Namun, keluarga korban belum bisa dimintai keterangan karena masih dalam suasana berduka,” katanya.
Sekadar diketahui, sepasang kekasih yang sudah memasuki pertunangan atau acara adat martupol dibantai di rumah calon mempelai pria. Kedua korban warga Jalan Sisingamangaraja, Doloksanggul, itu ditemukan tewas dengan kondisi mengenaskan, Minggu (19/4) dini hari. Tubuh Ojak P Purba kekasih hatinya pertama kali ditemukan adiknya, Marzuki Purba, 28, terkapar bersimbah darah di kamar.
Saat itu pintu kamar didapati dalam keadaan terbuka, namun tidak terdapat kerusakan di kuncinya. Kedua korban sudah memasuki tahapan tingting parbogason atau pengumuman pernikahan oleh gereja. Keduanya secara adat sudah menjalani proses martupol di gereja. Korban pria juga sudah melakukan penjemputan mempelai wanita dari pihak keluarga lewat proses mangalua.
Pihak calon mempelai pria sudah menyerahkan mahar yang disebut dengan istilah sinamot . Kerabat Ojak, Jimmy Togu Purba mengatakan, pemakaman kedua korban dalam satu liang yang sama merupakan permintaan keluarga. Sementara lokasi pemakaman merupakan tanah milik keluarga yang berlokasi di sekitar perkampungan Purba di Desa Lumban Tobing, Doloksanggul.
“Kita berharap kasus pembunuhan ini segera terkuak dan pelakunya diberi hukuman setimpal. Kami juga mengimbau masyarakat yang memiliki informasi sekecil apa pun terkait kasus ini segera memberitahukan ke kepolisian,” kata pria yang juga menjabat Wakil Ketua DPRD Humbahas itu. Menurut dia, warga bermarga Purba, khususnya di Humbahas, saat ini sedang mengalami duka cukup dalam.
Sebab dua warga Purba telah menjadi korban pembunuhan dalam satu bulan terakhir. Dua pekan lalu, Norita Purba, 17, pelajar SMK, tewas karena dibunuh tiga pelaku yang telah ditangkap. Demikian juga dengan Ojak Purba yang dibantai bersama calon istrinya. Perwakilan Persatuan Simbolon Boru Bere se-Indonesia (PSBI) Humbahas, Erikson Simbolon mengatakan, kematian Ospi Simbolon telah menimbulkan luka yang sangat besar kepada keluarga besarnya.
Kriminolog Nursariani Simatupang mengatakan, jika sebuah pembunuhan dilakukan dengan cara sadis atau tidak manusiawi serta tidak diikuti dengan tindakan pidana lainnya, seperti pencurian, maka ada beberapa dugaan menjadi motif pembunuhan itu. Pertama, pembunuhan itu bisa dilakukan karena ada unsur sakit hati. Menurut dia, sakit hati bukan karena ada kesalahan dalam berucap atau kesalahan sikap.
Namun, bisa saja orang lain sakit hati karena tidak bisa menerima bersatunya pasangan ini menjadi suami istri. “Saat ini, ada saja individu yang merasa tidak bisa senang atau tidak bahagia ketika melihat orang lain senang atau bahagia. Dia merasa sakit hati walau tidak disakiti. Apalagi orang itu sedang berbahagia,” katanya kepada KORAN SINDO MEDAN, kemarin.
Kedua, bisa jadi korban yang menjadi sasaran sebenarnya bukan kedua calon pengantin itu, melainkan orang lain. Sebab menurut informasi di media massa, ada orang lain di rumah tersebut.“Bisa jadi, sebenarnya pelaku mengincar korban yang lain. Tapi, karena kondisi rumah gelap atau tidak begitu paham atau belum mengenal bagaimana sasaran korbannya, si pelaku malah melakukan kepada kedua calon pengantin itu,” ucapnya.
Ketiga, kemungkinan sebenarnya pelaku pembunuhan tidak hanya mengincar korban, tapi juga ingin membawa barang- barang yang ada di rumah. Namun, bisa saja karena pelaku mendengar orang terbatuk atau terbangun sehingga pergi tidak membawa barang-barang itu.
“Tapi, kalau polisi menduga pelakunya seperti sudah mengenal rumah itu. Saya cenderung menduga motifnya yang pertama, yakni ada unsur sakit hati. Saya menduga sebelum bertindak, pelakunya sudah mempelajari di mana posisi ruangan di rumah itu. Di mana calon pengantinnya tidur sehingga pelaku bisa tidak salah kamar,” kata Nursariani.
Eko agustyo fb/ frans marbun
(bbg)