Dimainkan pada Bulan Syawal Tahun Jawa
A
A
A
Tangan renta Saniyem, 85, masih tampak tegar memegang gagang Wayang Krucil Malangan. Sosok tokoh Damarwulan yang dipegangnya terlihat begitu indah.
Warna-warna yang menghiasi tubuh wayang berbahan Kayu Pule itu tidak terasa memudar, meski usianya mencapai ratusan tahun. Mak Yem, sapaan akrab Saniyem, merupakan warga RT 22/4 Dusun Wiloso Desa Gondowangi, Kecamatan Wagir, Malang. Perempuan yang sudah memasuki usia senja ini merupakan generasi ketujuh sebagai ahli waris dari Wayang Krucil Malangan.
“Seluruhnya masih aslinya. Itu warisan turun- temurun. Selama ini, tempatnya, ya ada di kotaknya. Hanya bisa dibuka kalau bulan Syawal tahun Jawa saja,” ujar Mak Yem dengan penuh keramahan khas masyarakat pedesaan di lereng Gunung Katu. Wanita sederhana ini masih kuat untuk bekerja di sawah, meski usianya sudah tidak lagi terbilang muda. Bahkan, dia masih kuat menjalani ritual yang dipercaya untuk menjaga kelestarian Wayang Krucil Malangan.
Salah satunya, harus berpuasa pada hari-hari tertentu dan memberikan sesajian di sekitar kotak wayang. Dalam satu kotak wayang, tercatat ada sekitar 70 tokoh Wayang Krucil Malangan. Wayang Krucil Malangan memiliki bentuk dua dimensi. Tidak seperti wayang kulit. Wayang Krucil Malangan dibuat dari bahan kayu pule. Tebalnya sekitar 2 cm. Tokoh-tokohnya sama persis dengan cerita Panji.
Wayang Krucil Malangan yang diwariskan secara turuntemurun di dusun itu sejak ratusan tahun silam, juga tidak memiliki duplikasi. Bahkan, nuansa magis masih menyertai benda-benda itu. Warga desa tersebut percaya, apabila tidak dilakukan pagelaran pada bulan Syawal tahun Jawa, bisa terjadi bencana bagi warga desa. Adanya kepercayaan itu membuat warga desa dengan bergotong royong serta sukarela selalu menggelar pagelaran Wayang Krucil Malangan.
“Biasanya pementasannya dilakukan pada satu minggu setelah pelaksanaan Hari Raya Idul Fitri,” ujar salah satu tokoh Dusun Wiloso, Karahajo, 51. Wayang yang lebih banyak menceritakan soal Panji dan kebudayaan lokal itu, tidak banyak dikenal warga desa.
Kepala Dusun atau Kamituwo Dusun Wiloso, Samiran, 46, mengaku, pementasan atau Gebyak Wayang Krucil Malangan dimainkan sedikitnya 15 orang, yang terdiri dari 1 dalang, 2 sinden, dan 12 wiyogo atau pemain gamelan pengiring pertunjukan.
Yuswantoro
Malang
Warna-warna yang menghiasi tubuh wayang berbahan Kayu Pule itu tidak terasa memudar, meski usianya mencapai ratusan tahun. Mak Yem, sapaan akrab Saniyem, merupakan warga RT 22/4 Dusun Wiloso Desa Gondowangi, Kecamatan Wagir, Malang. Perempuan yang sudah memasuki usia senja ini merupakan generasi ketujuh sebagai ahli waris dari Wayang Krucil Malangan.
“Seluruhnya masih aslinya. Itu warisan turun- temurun. Selama ini, tempatnya, ya ada di kotaknya. Hanya bisa dibuka kalau bulan Syawal tahun Jawa saja,” ujar Mak Yem dengan penuh keramahan khas masyarakat pedesaan di lereng Gunung Katu. Wanita sederhana ini masih kuat untuk bekerja di sawah, meski usianya sudah tidak lagi terbilang muda. Bahkan, dia masih kuat menjalani ritual yang dipercaya untuk menjaga kelestarian Wayang Krucil Malangan.
Salah satunya, harus berpuasa pada hari-hari tertentu dan memberikan sesajian di sekitar kotak wayang. Dalam satu kotak wayang, tercatat ada sekitar 70 tokoh Wayang Krucil Malangan. Wayang Krucil Malangan memiliki bentuk dua dimensi. Tidak seperti wayang kulit. Wayang Krucil Malangan dibuat dari bahan kayu pule. Tebalnya sekitar 2 cm. Tokoh-tokohnya sama persis dengan cerita Panji.
Wayang Krucil Malangan yang diwariskan secara turuntemurun di dusun itu sejak ratusan tahun silam, juga tidak memiliki duplikasi. Bahkan, nuansa magis masih menyertai benda-benda itu. Warga desa tersebut percaya, apabila tidak dilakukan pagelaran pada bulan Syawal tahun Jawa, bisa terjadi bencana bagi warga desa. Adanya kepercayaan itu membuat warga desa dengan bergotong royong serta sukarela selalu menggelar pagelaran Wayang Krucil Malangan.
“Biasanya pementasannya dilakukan pada satu minggu setelah pelaksanaan Hari Raya Idul Fitri,” ujar salah satu tokoh Dusun Wiloso, Karahajo, 51. Wayang yang lebih banyak menceritakan soal Panji dan kebudayaan lokal itu, tidak banyak dikenal warga desa.
Kepala Dusun atau Kamituwo Dusun Wiloso, Samiran, 46, mengaku, pementasan atau Gebyak Wayang Krucil Malangan dimainkan sedikitnya 15 orang, yang terdiri dari 1 dalang, 2 sinden, dan 12 wiyogo atau pemain gamelan pengiring pertunjukan.
Yuswantoro
Malang
(ars)