Liontin Pancawarna Garut KAA Senilai Rp1 M
A
A
A
GARUT - Batu akik pancawarna untuk para tamu undangan Konferensi Asia Afrika (KAA) ke-60 di Bandung, mencapai total nilai Rp1 miliar. Namun, para tamu undangan itu akan diberikan gratis.
“Tidak ada nilai kontrak. Tidak ada obrolan soal harga dengan Pak Ridwan Kamil (Walikota Bandung)," kata Ketua Paguyuban Lasminingrat Gemstone Yudi Nugraha, kepada wartawan, Rabu (15/4/2015).
Ditambahkan dia, pemberian batu akik sebagai souvenir itu tidak dimasukan ke dalam APBD. Untuk itu, sifat pemberian batu akik ini adalah hibah. "Kami ikhlas,” ungkapnya.
Ditambahkan Yudi, kerelaan untuk menghibahkan batu akik yang bernilai ekonomis ini didasarkan atas rasa ingin memberikan yang terbaik untuk bangsa dan negara.
“Tidak sebanding jika dibandingkan dengan pahlawan. Namun, kami ingin memberikan yang terbaik dari yang terbaik. Semua orang yang terlibat dalam proses pembuatannya pun ikhlas dan rela. Mereka tidak dibayar selama pengerjaan,” terangnya.
Yudi menyebut, proses pembuatan liontin batu akik pancawarna untuk kenang-kenangan tamu undangan KAA tersebut berjumlah 10 orang, terdiri dari enam orang tenaga ahli pemolesan batu dari Kecamatan Caringin, dan empat orang dari perkotaan Garut.
“Saya yang memeriksa, mengawasi, dan menyeleksinya. Teman-teman ahli yang lain yang mengerjakan. Saat berangkat dari rumah masing-masing pun mereka menggunakan ongkos pribadi,” jelasnya.
Meski demikian, Yudi memaparkan, nilai batu akik pancawarna ini. Batu akik tersebut didapat dari bongkahan (bahan) batu seberat 60 kg dari Desa Sukarame, Kecamatan Caringin.
“Waktu kami mendapatkannya, kami mengganti ongkos ganti penggalian per kg-nya itu Rp5 juta. Bila 60 kg, maka batu ini kami beli dengan uang sebanyak Rp300 juta," bebernya.
Dilanjutkan, setelah menjadi liontin, biasanya batu itu ditawarkan Rp15 juta. "Kalau ada yang nawar, paling mentok Rp10 juta. Tinggal dikalikan 109 keping, maka nilainya setara dengan Rp1 miliar lebih," tegasnya.
Batu liontin yang dibuat Yudi dan Lasminingrat Gemstone untuk gelaran KAA pada 24 April 2015, memiliki diameter 3,5 cm. Tahapan pembuatannya dimulai dari pembelahan, pemotongan, pengepingan, pembentukan, dan gosok poles hingga mengkristal.
Warna dasar batu akik ini hitam. Di atas warna dasar tersebut, terdapat bercak seperti cat tumpah yang berwarna putih, orange, kuning, merah hati, dan cokelat.
Baca juga:
Liontin Pancawarna Garut Jadi Souvenir KAA
“Tidak ada nilai kontrak. Tidak ada obrolan soal harga dengan Pak Ridwan Kamil (Walikota Bandung)," kata Ketua Paguyuban Lasminingrat Gemstone Yudi Nugraha, kepada wartawan, Rabu (15/4/2015).
Ditambahkan dia, pemberian batu akik sebagai souvenir itu tidak dimasukan ke dalam APBD. Untuk itu, sifat pemberian batu akik ini adalah hibah. "Kami ikhlas,” ungkapnya.
Ditambahkan Yudi, kerelaan untuk menghibahkan batu akik yang bernilai ekonomis ini didasarkan atas rasa ingin memberikan yang terbaik untuk bangsa dan negara.
“Tidak sebanding jika dibandingkan dengan pahlawan. Namun, kami ingin memberikan yang terbaik dari yang terbaik. Semua orang yang terlibat dalam proses pembuatannya pun ikhlas dan rela. Mereka tidak dibayar selama pengerjaan,” terangnya.
Yudi menyebut, proses pembuatan liontin batu akik pancawarna untuk kenang-kenangan tamu undangan KAA tersebut berjumlah 10 orang, terdiri dari enam orang tenaga ahli pemolesan batu dari Kecamatan Caringin, dan empat orang dari perkotaan Garut.
“Saya yang memeriksa, mengawasi, dan menyeleksinya. Teman-teman ahli yang lain yang mengerjakan. Saat berangkat dari rumah masing-masing pun mereka menggunakan ongkos pribadi,” jelasnya.
Meski demikian, Yudi memaparkan, nilai batu akik pancawarna ini. Batu akik tersebut didapat dari bongkahan (bahan) batu seberat 60 kg dari Desa Sukarame, Kecamatan Caringin.
“Waktu kami mendapatkannya, kami mengganti ongkos ganti penggalian per kg-nya itu Rp5 juta. Bila 60 kg, maka batu ini kami beli dengan uang sebanyak Rp300 juta," bebernya.
Dilanjutkan, setelah menjadi liontin, biasanya batu itu ditawarkan Rp15 juta. "Kalau ada yang nawar, paling mentok Rp10 juta. Tinggal dikalikan 109 keping, maka nilainya setara dengan Rp1 miliar lebih," tegasnya.
Batu liontin yang dibuat Yudi dan Lasminingrat Gemstone untuk gelaran KAA pada 24 April 2015, memiliki diameter 3,5 cm. Tahapan pembuatannya dimulai dari pembelahan, pemotongan, pengepingan, pembentukan, dan gosok poles hingga mengkristal.
Warna dasar batu akik ini hitam. Di atas warna dasar tersebut, terdapat bercak seperti cat tumpah yang berwarna putih, orange, kuning, merah hati, dan cokelat.
Baca juga:
Liontin Pancawarna Garut Jadi Souvenir KAA
(san)