Sarjana Wajib Berbagi Ilmu
A
A
A
SEMARANG - Sebagai seorangzsarjana perguruan tinggi (PT) dan seorang muslim, diwajibkan tak hanya mengembangkan ilmu yang diperoleh selama duduk di bangku kuliah, tapi juga memiliki kewajiban membagikan ilmunya kepada yang lain.
Hal itu disampaikan dosen Pascasarjana Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Walisongo Semarang M Nafis ketika menjadi pembicara pada pembekalan 1.380 calon wisudawan di Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang kemarin. "Jadi, bukan hanya berkiblat pada hal yang bersifat duniawi, melainkan juga menyeimbangkannya dengan kebutuhan akhirat melalui pengamalan ilmu-ilmu tersebut," katanya.
Keseimbangan antara ilmu dan agama adalah mutlak karena saat ini paham sekulerisme telah menjadi ancaman di segala aspek. ''Semua ilmu baik itu ekonomi, sosial, teknik, kedokteran, dan lain-lainnya, jangan hanya mementingkan duniawi. Namun harus mengedepankan moral dan akhlak yang tidak bertentangan dengan agama. Ini penting untuk menyelamatkan dunia dari ancaman sekulerisme,'' tandasnya.
Dewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan dan informasi berganti begitu cepat. Kondisi tersebut tak selalu berimplikasi positif. Sebaliknya, banyak juga dampak negatif yang ditimbulkan.
Oleh sebab itu, sebagai orang berilmu, jangan sampai memisahkan antara kepentingan duniawi dan agama. "Kedua-duanya harus seimbang," ujarnya.
Susilo himawan
Hal itu disampaikan dosen Pascasarjana Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Walisongo Semarang M Nafis ketika menjadi pembicara pada pembekalan 1.380 calon wisudawan di Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang kemarin. "Jadi, bukan hanya berkiblat pada hal yang bersifat duniawi, melainkan juga menyeimbangkannya dengan kebutuhan akhirat melalui pengamalan ilmu-ilmu tersebut," katanya.
Keseimbangan antara ilmu dan agama adalah mutlak karena saat ini paham sekulerisme telah menjadi ancaman di segala aspek. ''Semua ilmu baik itu ekonomi, sosial, teknik, kedokteran, dan lain-lainnya, jangan hanya mementingkan duniawi. Namun harus mengedepankan moral dan akhlak yang tidak bertentangan dengan agama. Ini penting untuk menyelamatkan dunia dari ancaman sekulerisme,'' tandasnya.
Dewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan dan informasi berganti begitu cepat. Kondisi tersebut tak selalu berimplikasi positif. Sebaliknya, banyak juga dampak negatif yang ditimbulkan.
Oleh sebab itu, sebagai orang berilmu, jangan sampai memisahkan antara kepentingan duniawi dan agama. "Kedua-duanya harus seimbang," ujarnya.
Susilo himawan
(ftr)