Warga-PNS Desak Wali Kota Tegal Mundur

Senin, 13 April 2015 - 11:47 WIB
Warga-PNS Desak Wali Kota Tegal Mundur
Warga-PNS Desak Wali Kota Tegal Mundur
A A A
TEGAL - Gelombang unjuk rasa menuntut Wali Kota Tegal Siti Masitha turun dari jabatannya terus berlangsung. Aksi demonstrasi kemarin kembali digelar sejumlah elemen mahasiswa dan masyarakat bersamaan dengan Upacara Hari Jadi Ke-435 Kota Tegal.

Para demonstran datang dari berbagai kalangan di antaranya Gerakan Mahasiswa Peduli Rakyat (Gempur), Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI), Forum Guru Swasta Kota Tegal (Forgusta), PNS, PKL, dan warga Kelurahan Panggung, Kecamatan Tegal Timur. Para demonstran mulai berdatangan saat upacara hari jadi yang digelar di alun-alun berlangsung.

Mereka sempat tertahan di sebelah barat alun-alun tepatnya di depan kantor BRI, karena polisi sudah mengantisipasi akan ada aksi demonstrasi dengan memasang kawat berduri melintang di Jalan Pancasila. Penjagaan yang dilakukan aparat kepolisian memang tampak sangat mencolok dan tidak seperti biasa.

Selain personel Sabhara Polres Tegal Kota, penjagaan juga melibatkan personel Brimob Datasemen B Pelopor Pekalongan dan dua anjing pelacak. Polisi baru membuka barikade kawat berduri setelah upacara selesai. Para demonstran pun langsung mendatangi kom pleks Balai Kota. Namun, mereka hanya bisa melakukan orasi di depan pintu gerbang balai kota yang dijaga ketat aparat kepolisian dan personel Satpol PP.

Dalam orasinya beberapa perwakilan demonstran menyuarakan tuntutan yang sama, yakni Wali Kota Siti Masitha turun dari jabatannya karena sejumlah kebijakan dinilai mengedepankan sikap arogansi dan inkonstitusional. Selain itu, Masitha juga dinilai gagal dalam menyejahterakan masyarakat. “Kami datang ke sini menurunkan wali kota. Lebih baik wali kota pulang kembali ke daerah asalnya,” kata demonstran dari Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Kota Tegal Miftahudin.

Mantan anggota DPRD Kota Tegal Agil Riyanto dalam orasinya membacakan pernyataan sikap dari tokoh masyarakat, aktivis, dan lembaga kemasyarakatan. Dalam pernyataan sikap itu mereka kecewa dengan kepemimpinan Siti Masitha. “Kami sangat prihatin atas kepemimpinan Wali Kota Tegal. Sikap Korpri menunjukkan kekisruhan di lingkungan aparatur pemerintah sudah parah,” katanya.

Kabid Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana Bapermasdes Kota Tegal Heru Setyawan yang ikut berorasi meminta para PNS tidak takut menyuarakan sikap arogan wali kota. “Visinya adalah mewujudkan masyarakat yang bermartabat, tapi anda selaku PNS diinjak- injak martabatnya, tapi anda diam. Lalu bagaimana bisa mewujudkan masyarakat yang bermartabat. Saya siap menjadi tumbal untuk mewujudkan pemerintah yang berwibawa,” katanya.

Sementara seorang perwakilan guru swasta dalam orasinya mengungkapkan kekecewaannya atas kebijakan penghapusan dana tunjangan dari pemkot pada masa kepemimpinan Masitha. “Tiap tahun kami men dapat tunjangan dari pemkot, tapi tahun ini kami tidak dapat tunjangan karena dihapus oleh Siti Masitha. Padahal gaji kami hanya seberapa,” ujarnya.

Selain bergantian berorasi, para demonstran juga membentangkan kain putih dengan panjang sekitar 100 meter di jalan depan gerbang balai kota. Di kain itu, ratusan masyarakat yang melintas menuliskan harapan, sikap, hingga kecaman kepada Siti Masitha. Tidak cukup hanya itu, mahasiswa yang kecewa tidak bisa menemui Siti Masitha juga membakar replika keranda berselubung kain putih yang dibawa.

Setelah aksi pembakaran, mahasiswa terus bersikeras bisa masuk ke kompleks balai kota untuk menemui Masitha. Upaya itu sempat menimbulkan aksi dorong-dorongan dengan polisi. “Balai kota adalah rumah rakyat, kenapa rakyat tidak boleh masuk. Kalau kami tidak boleh masuk, wali kota harusnya mau keluar menemui kami,” ujar salah seorang demonstran.

Kapolres Tegal Kota AKBP Bharata Indrayana yang memimpin langsung anak buahnya bersikukuh tidak mengizinkan demonstran masuk ke kompleks balai kota. “Silakan berorasi sepuasnya asalkan tidak anarkis. Anggota tetap pertahankan barisan, jangan sampai masuk,” kata melalui pengeras suara. Hingga para demonstran ber angsur membubarkan diri sekitar pukul 13.00 WIB, Siti Masitha tidak keluar dari kompleks balai kota untuk menemui para demonstran.

Saat ditemui wartawan sesuai upacara, Masitha juga masih enggan dimintai tanggapan banyak terkait berbagai kecaman yang muncul di masyarakat akhir-akhir ini. “Masyarakat menyampaikan aspirasi dalam HUT Kota Tegal sudah sesuai aturan,” ucapnya.

Farid firdaus
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6996 seconds (0.1#10.140)