Sopir Takut Mobil Dibakar Warga
A
A
A
MUARAENIM - Kesal warganya ditabrak, warga Desa Tanjung Raman, Kecamatan Ujan Mas, Muaraenim kompak menghadang ribuan truk batu bara Lahat-Palembang yang melintas, sejak Sabtu malam hingga kemarin.
Aksi tersebut tindak lanjut kekesalan warga karena adanya kejadian lakantas yang menewas kan Andri bin Muchlis Kemas, 33, warga Desa Tanjung Raman, Sabtu 11/4 sekitar pukul 09.30 WIB di Desa Tanjung Serian, Kecamatan Muara enim. Korban yang merupakan honorer Sat Pol PP Kabupaten Muaraenim yang sehari-hari bertugas di Kantor Bupati Muaraenim tersebut saat itu baru pulang dari piket jaga.
Diduga di lokasi kejadian sepeda motor korban bertabrakan dengan salah satu truk pengangkut batu bara dalam keadaan kosong, tepat ditkungan di tengah Desa Tanjung Serian yang menyebabkan korban meninggal dunia. Kesal ada warganya yang meninggal dunia karena tabrakan dengan truk batu bara, warga Desa Tanjung Raman menggelar aksi penyetopan.
Seluruh armada batu bara, baik dari arah Lahat yang mengangkut batubara maupun yang usai bongkar muat dari Palembang sama sekali tidak diperkenankan lewat. Camat Ujan Mas Holika saat dikonfirmasi membenarkan adanya aksi tersebut. Aksi warga tersebut menurutnya, sebagai bentuk kekesalan warga atas insiden tersebut. Memang saat awal aksi sempat terjadi kemacetan, namun kemarin tidak terjadi kemacetan.
Hanya saja seluruh truk armada peng angkut batu bara tidak diperkenankan untuk lewat melintasi desa tersebut. Sejumlah sopir pun memilih menuruti kemauan warga karena khawatir warga melakukan tindakan anarkis. “Aksi itu spontanitas sebagai bentuk solidaritas dan rasa kesal warga, warga hanya menyetop mobil angkutan batubara saja, sementara kendaraan lain seperti mobil pribadi dan angkutan umum diperbolehkan lewat,” jelasnya.
Dia mengatakan, aksi warga terpusat di Desa Tanjung Raman, baik dari arah Muaraenim maupun dari arah Palembang. Hingga kemarin menurutnya, belum ada keputusan atau kesim pulan kapan aksi tersebut akan berhenti. Hanya saja pengendara truk dan kendaraan yang terlibat tabrakan sudah diamankan oleh pihak Satlantas Polres Muaraenim.
“Kalau hari ini masih dan mereka belum mengizinkan truk batu bara lewat, belum tahu sampai kapan karena warga masih bertahan, tapi yang dilarang hanya truk batu bara saja,” jelasnya. Secara terpisah, Kasat Pol PP dan Linmas Kabupaten Muaraenim Riswandar membenarkan adanya kejadian yang menimpa anak buahnya tersebut. Hanya saja dirinya membantah jika aksi penyetopan dan penghadangan dimotori oleh rekan-rekan korban sesama personel Sat Pol PP.
Aksi tersebut menurutnya, murni aksi solidaritas dan spontanitas dari warga Tanjung Raman. “Korban benar adalah staf saya dan bertugas di Kantor Bupati Muaraenim, tapi kalau aksi penyetopan sama sekali tidak ada kaitan dengan kami (Sat Pol PP). Apalagi keluarga korban sama sekali tidak meminta atau menyuruh itu dan telah meng ikhlaskan kejadian yang menimpa anaknya,” jelasnya.
Kapolsek Gunung Megang yang membawahi wilayah Ujan Mas AKP Jon Sahibi mengatakan, aksi yang digelar warga sebagai bentuk tuntutan warga kepada pihak angkutan batu bara agar bertanggung jawab. Dalam aksi tersebut warga hanya melarang kendaraan truk untuk melintas dan tidak melakukan aksi-aksi anarkis. Memang menurutnya, akibat kejadian tersebut truk angkutan batu bara tidak ada yang melintas sejak Sabtu sore hingga kemarin.
“Tidakanarkis, merekaha nya meminta pihak angkutan agar bertanggung jawab,” tandasnya. Pantauan KORAN SINDO PALEMBANG kemarin, akibat adanya aksi tersebut, ribuan truk pengangkut batu bara terparkir di sepanjang jalan lintas Muaraenim-Palembang dari GOR Pancasila hingga ke Simpang Kepur. Bahkan, di beberapa titik seperti halaman rumah makan dan SPBU Simpang Kepur juga dipenuhi truk batu bara.
“Kami sejak semalam di sini dan belum diperbolehkan lewat, kalau memaksa juga takut nanti mobil kami dibakar massa,” ujar Rasmanto, salah seorang sopir truk batu bara kemarin.
Irhamudin sp
Aksi tersebut tindak lanjut kekesalan warga karena adanya kejadian lakantas yang menewas kan Andri bin Muchlis Kemas, 33, warga Desa Tanjung Raman, Sabtu 11/4 sekitar pukul 09.30 WIB di Desa Tanjung Serian, Kecamatan Muara enim. Korban yang merupakan honorer Sat Pol PP Kabupaten Muaraenim yang sehari-hari bertugas di Kantor Bupati Muaraenim tersebut saat itu baru pulang dari piket jaga.
Diduga di lokasi kejadian sepeda motor korban bertabrakan dengan salah satu truk pengangkut batu bara dalam keadaan kosong, tepat ditkungan di tengah Desa Tanjung Serian yang menyebabkan korban meninggal dunia. Kesal ada warganya yang meninggal dunia karena tabrakan dengan truk batu bara, warga Desa Tanjung Raman menggelar aksi penyetopan.
Seluruh armada batu bara, baik dari arah Lahat yang mengangkut batubara maupun yang usai bongkar muat dari Palembang sama sekali tidak diperkenankan lewat. Camat Ujan Mas Holika saat dikonfirmasi membenarkan adanya aksi tersebut. Aksi warga tersebut menurutnya, sebagai bentuk kekesalan warga atas insiden tersebut. Memang saat awal aksi sempat terjadi kemacetan, namun kemarin tidak terjadi kemacetan.
Hanya saja seluruh truk armada peng angkut batu bara tidak diperkenankan untuk lewat melintasi desa tersebut. Sejumlah sopir pun memilih menuruti kemauan warga karena khawatir warga melakukan tindakan anarkis. “Aksi itu spontanitas sebagai bentuk solidaritas dan rasa kesal warga, warga hanya menyetop mobil angkutan batubara saja, sementara kendaraan lain seperti mobil pribadi dan angkutan umum diperbolehkan lewat,” jelasnya.
Dia mengatakan, aksi warga terpusat di Desa Tanjung Raman, baik dari arah Muaraenim maupun dari arah Palembang. Hingga kemarin menurutnya, belum ada keputusan atau kesim pulan kapan aksi tersebut akan berhenti. Hanya saja pengendara truk dan kendaraan yang terlibat tabrakan sudah diamankan oleh pihak Satlantas Polres Muaraenim.
“Kalau hari ini masih dan mereka belum mengizinkan truk batu bara lewat, belum tahu sampai kapan karena warga masih bertahan, tapi yang dilarang hanya truk batu bara saja,” jelasnya. Secara terpisah, Kasat Pol PP dan Linmas Kabupaten Muaraenim Riswandar membenarkan adanya kejadian yang menimpa anak buahnya tersebut. Hanya saja dirinya membantah jika aksi penyetopan dan penghadangan dimotori oleh rekan-rekan korban sesama personel Sat Pol PP.
Aksi tersebut menurutnya, murni aksi solidaritas dan spontanitas dari warga Tanjung Raman. “Korban benar adalah staf saya dan bertugas di Kantor Bupati Muaraenim, tapi kalau aksi penyetopan sama sekali tidak ada kaitan dengan kami (Sat Pol PP). Apalagi keluarga korban sama sekali tidak meminta atau menyuruh itu dan telah meng ikhlaskan kejadian yang menimpa anaknya,” jelasnya.
Kapolsek Gunung Megang yang membawahi wilayah Ujan Mas AKP Jon Sahibi mengatakan, aksi yang digelar warga sebagai bentuk tuntutan warga kepada pihak angkutan batu bara agar bertanggung jawab. Dalam aksi tersebut warga hanya melarang kendaraan truk untuk melintas dan tidak melakukan aksi-aksi anarkis. Memang menurutnya, akibat kejadian tersebut truk angkutan batu bara tidak ada yang melintas sejak Sabtu sore hingga kemarin.
“Tidakanarkis, merekaha nya meminta pihak angkutan agar bertanggung jawab,” tandasnya. Pantauan KORAN SINDO PALEMBANG kemarin, akibat adanya aksi tersebut, ribuan truk pengangkut batu bara terparkir di sepanjang jalan lintas Muaraenim-Palembang dari GOR Pancasila hingga ke Simpang Kepur. Bahkan, di beberapa titik seperti halaman rumah makan dan SPBU Simpang Kepur juga dipenuhi truk batu bara.
“Kami sejak semalam di sini dan belum diperbolehkan lewat, kalau memaksa juga takut nanti mobil kami dibakar massa,” ujar Rasmanto, salah seorang sopir truk batu bara kemarin.
Irhamudin sp
(ftr)