Dipilih Turis Asing sebagai Jalan Pintas

Senin, 06 April 2015 - 09:49 WIB
Dipilih Turis Asing...
Dipilih Turis Asing sebagai Jalan Pintas
A A A
Sasak (jembatan) gantung yang menghubungkan Desa Batukaras - Desa/Kecamatan Cijulang Kabupaten Pangandaran, seolah menjadi sarana uji nyali penggunanya. Betapa tidak, setiap hari warga harus menantang maut dengan melintasi jembatan tersebut.

Namun, jembatan di atas Sungai Cijulang dengan panjang 80 meter dan lebar 1,5 meter yang terbuat dari anyaman bambu ini malah menjadi magnet bagi turis asing. Kepala Desa Batukaras Kecamatan Cijulang Ikin Sodikin mengatakan, jembatan ini dibangun pada 1970 silam, untuk memudahkan warga setempat pergi ke pasar.

“Dulu sasakgantung ini sangat sederhana sekali. Namun, seiring berjalannya waktu, telah dimodifikasi sehingga layak untuk dilalui kendaraan bermotor,” kata Ikin. Masih dikatakan Ikin, saat ini keberadaan sasak gantung tersebut tidak hanya digunakan untuk keperluan warga yang hendak pergi ke pasar. Hampir seluruh warga dalam aktivitasnya melewati sasak gantung tersebut.

“Nelayan yang hendak menjual hasil tangkapan ke Pasar Cijulang pun lewat jalur sasakgantung ini. Bahkan, pagi dan sore hari selain dilalui turis asing, anak sekolah pun menggunakan jalur ini,” tambah Ikin. Ikin menjelaskan, meski terkesan menantang maut, namun sasakgantung Batukaras ini dijadikan tempat berwisata turis asing. Hal ini terjadi karena pemandu wisata dari Pangandaran yang mengantar kliennya sering menggunakan jalan pintas apabila mau ke Batukaras.

“Ternyata turis asing tersebut selalu menginformasikan kepada temannya sehingga mengundang kepenasarana wisata lain. Akhirnya, sasakini menjadi magnet wisata bagi mereka,” pungkas Ikin. Sementara itu, penjaga tiket sasakgantung Sanijam, 62, mengungkapkan, dalam satu hari tidak kurang dari 100 orang yang melintas. Selain dijadikan jalan alternatif agar cepat menuju ke Batukaras, mereka kerap memotret sekeliling sasakgantung ini.

“Keunikannya apabila melewati sasakgantung ini akan berayun-ayun. Hal inilah yang menjadi minat turis asing,” kata Sanijam. Setiap yang lewat, lanjutnya, dikenakan tarif sebesar Rp2.000, dan uangnya untuk keperluan pemeliharaan yang biasa dilakukan setiap tiga bulan sekali.” Setiap tiga bulan sekali anyaman bambu sasak ini diganti, kata Sanijam.

Masih dikatakan Sanijam, karena jembatan gantung dijadikan objek wisata oleh turis asing, maka jembatan itu akan tetap dipelihara keasliannya. Sebab, selain bisa menikmati keindahan sungai yang juga memiliki nilai sejarah tinggi.

“Hingga saat ini, tidak ada rencana untuk mengubah jembatan ini menjadi permanen. Karena jembatan dengan bentuknya seperti ini malah mendatangkan keuntungan bagi masyarakat,” ujar dia.

Syamsul Ma’arif
Kabupaten Pangandaran
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1697 seconds (0.1#10.140)