Yogya Selalu Sulit Tangkap Momen Gerhana

Minggu, 05 April 2015 - 11:13 WIB
Yogya Selalu Sulit Tangkap Momen Gerhana
Yogya Selalu Sulit Tangkap Momen Gerhana
A A A
SLEMAN - Sejak kemarin sore hingga tadi malam banyak warga Yogyakarta yang berupaya menikmati gerhana bulan total dari Bumi Mataram.

Sayang, fenomena alam tersebut sangat sulit didapat. Bahkan puncaknya pada pukul 19.02 WIB, tak sempat tercatat oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta. Ini semua karena terhalang oleh awan Cumulonimbus (Cb) alias mendung. Sejak sore sejumlah petugas sudah bersiap memantau gerhana bulan total di sebuahmenara pemantau dengan teleskop di Stasiun Geofisika BMKG Yogyakarta, di Jalan Kabupaten, Duwet, Mlati, Sleman.

Namun langit yang sebelumnya cerah di timur mendadak mulai terlihat mendung. Gerhana bulan yang sudah mulai berproses pada pukul 15.59 WIB akhirnya terlewatkan. Meski begitu, petugas tetap dengan sabar memantau. Karena puncak terjadinya gerhana bulan total diprediksi terlihat tepat pukul 19.02 WIB. Sekitar pukul 18.40 WIB, ada sedikit harapan karena proses terjadinya gerhana tersebut terlihat.

“Tapi hanya sekitar satu menit saja. Sempat juga diabadikan momennya. Setelah itu tertutup awan mendung lagi,” ungkap Kasi Observasi Stasiun Geofisika, BMKG Yogyakarta Bambang Subagyo. Mendung pun bertahan lama sehingga puncak gerhana bulan total benar-benar tak bisa terlihat. Baik dengan mata telanjang atau teleskop sekalipun. Kendati demikian, gerhana bulan sebagian bisa mulai dinikmati lagi sekitar pukul 19.17 WIB.

“Puncaknya memang terlewatkan. Tapi mulai terlihat lagi gerhana bulan sebagian, kurang lebih sekitar 20 menit,” lanjut Bambang. Bambang mengakui sulitnya mendeteksi gerhana di Yogyakarta. Terutama di momen puncak karena sering kali ada awan Cb ini. “Memang sangat sulit. Tak hanya pengamatan gerhana saja. Tapi saat memantau hilal (awal bulan puasa) pun kita juga jarang mendapatkannya pada waktu tepat,” ungkapnya.

Gerhana bulan total ini untuk di Yogyakarta berdurasi total 6 jam 1,2 menit. Mulai pukul 15.59 WIB dan berakhir pukul 22.00 WIB. “Gerhana sebagian berdurasi 3 jam 29,7 menit, di fase total 12,2 menit, dan puncaknya pukul 19.02 WIB,” tuturnya. Gerhana bulan ini, lanjut dia, seperti umumnya gerhana bulan di waktu-waktu sebelumnya. Di mana bulan akan terlihat merah karena pembiasan sinar matahari.

“Bumi berada di tengah antara bulan dan matahari,” tuturnya. Selama 2015 ini, lanjut Bambang, terjadi empat kali gerhana termasuk pada Sabtu, 4 April ini. Sebelumnya pada 20 Maret lalu terjadi gerhana matahari total namun tidak bisa diamati di Indonesia. “Kemudian, 13 September nanti ada gerhana matahari dan sebagian yang tidak bisa diamati. Lalu 28 September juga tidak bisa diamati,” sebut Bambang.

Menurut Kepala Seksi Data dan Informasi, BMKG Yogyakarta Teguh Prasetyo prediksi dari pihaknya memang saat sore hingga malam masih berpotensi terjadi mendung dan huujan ringan. “Kendalanya untuk mengamati gerhana memang begitu,” ucapnya.

Ridho hidayat
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9760 seconds (0.1#10.140)