Malioboro Tetap Primadona
A
A
A
SLEMAN - Kawasan wisata Malioboro tetap menjadi daya tarik utama bagi wisatawan luar daerah. Apalagi seperti akhir pekan ini yang bertepatan dengan libur panjang atau long weekend.
mencuat wisata pantai dan objek alam lainnya, tak dipungkiri eksotisme Malioboro tetap menjadi magnet wisatawan untuk berkunjung. Ungkapan belum ke Yogya rasanya kalau tak ke Malioboro memang terbukti nyata. “Ke Malioboro, pastilah. Ke Yogya pasti ke Malioboro,” kata Indra, wisatawan asal Palopo, Sulawesi Selatan, saat ditemui KORAN SINDO YOGYAdi kawasan Jalan Malioboro, Kota Yogyakarta kemarin.
Bagi wisatawan dari luar Pulau Jawa, Malioboro menjadi salah satu tujuan wajib saat berwisata ke Yogyakarta. Di sini, para wisatawan termanjakan oleh wisata belanja, budaya, sejarah, dan kuliner. “Tak lengkap kalau tak mampir ke Malioboro. Beli oleh-oleh khas Yogya, makan gudeg, dan ke keraton,” imbuh Indra. Kepala UPT Malioboro Syarif Teguh Prabowo mengungkapkan libur long weekend kali ini pengunjung Malioboro melonjak dua kali lipat dari hari biasa. Bahkan jumlahnya juga diprediksi lebih banyak dari hari libur akhir pekan biasanya.
“Angka pastinya belum kami hitung, tapi berdasar pengamatan langsung petugas di lapangan, yang biasanya kepadatan mulai sore hingga malam. Kemarin sejak pagi sudah terjadi lonjakan dan terus meningkat,” kata Syarif kemarin. Seperti sebelumnya, pengunjung Malioboro didominasi wisatawan dari luar daerah. Itu berdasar pantauan kendaraan pribadi yang masuk ke Jalan Malioboro dan kantong-kantong parkir wisata di sekitarnya.
Objek wisata di DIY saat ini mulai beragam. Dari sebelumnya didominasi wisata Malioboro dan Keraton Yogyakarta, kini mulai berkembang wisata alam seperti Gunung Merapi; pantai di sepanjang pesisir selatan Gunungkidul, Bantul, dan Kulonprogo; serta wisata gua dan susur sungai di sejumlah kabupaten. Semuanya mampu menyedot minat wisatawan sama besarnya.
“Pagi bisa wisata pantai, sore atau malam pasti ke Malioboro. Jadi keragaman objek wisata tidak mengurangi jumlah pengunjung di salah satu objek. Semuanya pasti terkunjungi, kami UPT juga tak ada kekhawatiran penurunan pengunjung,” papar Teguh.
Ristu hanafi
mencuat wisata pantai dan objek alam lainnya, tak dipungkiri eksotisme Malioboro tetap menjadi magnet wisatawan untuk berkunjung. Ungkapan belum ke Yogya rasanya kalau tak ke Malioboro memang terbukti nyata. “Ke Malioboro, pastilah. Ke Yogya pasti ke Malioboro,” kata Indra, wisatawan asal Palopo, Sulawesi Selatan, saat ditemui KORAN SINDO YOGYAdi kawasan Jalan Malioboro, Kota Yogyakarta kemarin.
Bagi wisatawan dari luar Pulau Jawa, Malioboro menjadi salah satu tujuan wajib saat berwisata ke Yogyakarta. Di sini, para wisatawan termanjakan oleh wisata belanja, budaya, sejarah, dan kuliner. “Tak lengkap kalau tak mampir ke Malioboro. Beli oleh-oleh khas Yogya, makan gudeg, dan ke keraton,” imbuh Indra. Kepala UPT Malioboro Syarif Teguh Prabowo mengungkapkan libur long weekend kali ini pengunjung Malioboro melonjak dua kali lipat dari hari biasa. Bahkan jumlahnya juga diprediksi lebih banyak dari hari libur akhir pekan biasanya.
“Angka pastinya belum kami hitung, tapi berdasar pengamatan langsung petugas di lapangan, yang biasanya kepadatan mulai sore hingga malam. Kemarin sejak pagi sudah terjadi lonjakan dan terus meningkat,” kata Syarif kemarin. Seperti sebelumnya, pengunjung Malioboro didominasi wisatawan dari luar daerah. Itu berdasar pantauan kendaraan pribadi yang masuk ke Jalan Malioboro dan kantong-kantong parkir wisata di sekitarnya.
Objek wisata di DIY saat ini mulai beragam. Dari sebelumnya didominasi wisata Malioboro dan Keraton Yogyakarta, kini mulai berkembang wisata alam seperti Gunung Merapi; pantai di sepanjang pesisir selatan Gunungkidul, Bantul, dan Kulonprogo; serta wisata gua dan susur sungai di sejumlah kabupaten. Semuanya mampu menyedot minat wisatawan sama besarnya.
“Pagi bisa wisata pantai, sore atau malam pasti ke Malioboro. Jadi keragaman objek wisata tidak mengurangi jumlah pengunjung di salah satu objek. Semuanya pasti terkunjungi, kami UPT juga tak ada kekhawatiran penurunan pengunjung,” papar Teguh.
Ristu hanafi
(ars)