Langganan Pengecer hingga Pemilik Mobil Mewah
A
A
A
PALEMBANG - Kawasan Jalan Pipa Reja Kelurahan 8 Ilir bukan saja dikenal sebagai langganan banjir, tapi juga sebagai Kampung Kerupuk Kempelang.
Bila melewati kawasan ini, sepanjang jalannya bisa ditemukan puluhan pondok pemanggang kempelang. Kerupuk panggang berbahan ikan yang sudah jadi dijajakan di depan pondok dengan di gantung. Pembelinya adalah para pelanggan pemilik warung dan warga yang lewat, tak terkecuali pemakai mobil mewah.
Salah satu pedagang yang ditemui, Suhartini menyebutkan, daerah ini sudah mulai ramai oleh pondok kempelang sejak 3-4 tahun terakhir. Menurutnya, ada lebih 25 pondok pemanggang di sepanjang jalan ini. Tidak sedikit juga diisi para pemanggang upahan dari dusun. "Inilah mato pencarian kami. Kalau aku, memang sudahdari dulu manggang dewek," tuturnya.
Delapan tahun lalu dia dan beberapa tetangga menjual kem pelang dengan batok kelapa. Tapi, asap batok kelapa mulai dilarang karena asapnya mengganggu pengendara motor. Karena itu, mulai 1-2 tahun terakhir mereka mulai menggunakan arang yang dibantu dengan kipas angin. Untuk modal dan untung per hari diakunya tidak terlalu besar.
Bahan kempelang di ambil suaminya dari Dusun Tebing Gerinting Ogan Ilir sebanyak 50.000 keping dengan harga Rp190 per kepingnya. Lalu ada plastik seharga Rp12.000 per kilo dan saos untuk sambel.Bahan lainnya yaitu arang yang dibeli Rp25.000 sekarung dan habis setengah karung untuk memanggang1.000kem pelang.
"Manggang dengan batok memang lebih murah untuk modal, tapi memang repot karena harus dikeringkan dulu. Kalau dengan arang kendala kami listrik mati, soalnya arang dipanaskan dengan kipas angin," terangnya.
Dia menjelaskan, bahan kem pelang mentah ini bukan hanya untuk dibakar, tapi juga dijual mentah. Untuk yang akan dibakar harus dijemur dulu biar kering. Beruntung dia memiliki sedikit lahan untuk menjemur ratusan keping kempelang mentah.
Sehari bisa dipanggang 1.000 - 4.000 kempelang. Seharga Rp5.000 - Rp15.000 sesuai jumlah ini. "Sampai malam, pondok-pondok masih manggang. Yang datang bukan yang punyo warung bae, tapi jugo wong mobil mewah. Biasonyo ramai nian di musim tahun baru," jelas dia.
Salah satu pemanggang upahan, Eli menuturkan, dia biasanya hanya membantu memanggang milik saudaranya. Upahan yang diterima sebesar Rp40 per keping setiap harinya. "Biasanya bisa manggang 1.500 kempelang. Lumayan dapat Rp80.000 sehari, nolong belanjo dapur. Daripada tidok siang di rumah," ucapnya.
Yulia savitri
Bila melewati kawasan ini, sepanjang jalannya bisa ditemukan puluhan pondok pemanggang kempelang. Kerupuk panggang berbahan ikan yang sudah jadi dijajakan di depan pondok dengan di gantung. Pembelinya adalah para pelanggan pemilik warung dan warga yang lewat, tak terkecuali pemakai mobil mewah.
Salah satu pedagang yang ditemui, Suhartini menyebutkan, daerah ini sudah mulai ramai oleh pondok kempelang sejak 3-4 tahun terakhir. Menurutnya, ada lebih 25 pondok pemanggang di sepanjang jalan ini. Tidak sedikit juga diisi para pemanggang upahan dari dusun. "Inilah mato pencarian kami. Kalau aku, memang sudahdari dulu manggang dewek," tuturnya.
Delapan tahun lalu dia dan beberapa tetangga menjual kem pelang dengan batok kelapa. Tapi, asap batok kelapa mulai dilarang karena asapnya mengganggu pengendara motor. Karena itu, mulai 1-2 tahun terakhir mereka mulai menggunakan arang yang dibantu dengan kipas angin. Untuk modal dan untung per hari diakunya tidak terlalu besar.
Bahan kempelang di ambil suaminya dari Dusun Tebing Gerinting Ogan Ilir sebanyak 50.000 keping dengan harga Rp190 per kepingnya. Lalu ada plastik seharga Rp12.000 per kilo dan saos untuk sambel.Bahan lainnya yaitu arang yang dibeli Rp25.000 sekarung dan habis setengah karung untuk memanggang1.000kem pelang.
"Manggang dengan batok memang lebih murah untuk modal, tapi memang repot karena harus dikeringkan dulu. Kalau dengan arang kendala kami listrik mati, soalnya arang dipanaskan dengan kipas angin," terangnya.
Dia menjelaskan, bahan kem pelang mentah ini bukan hanya untuk dibakar, tapi juga dijual mentah. Untuk yang akan dibakar harus dijemur dulu biar kering. Beruntung dia memiliki sedikit lahan untuk menjemur ratusan keping kempelang mentah.
Sehari bisa dipanggang 1.000 - 4.000 kempelang. Seharga Rp5.000 - Rp15.000 sesuai jumlah ini. "Sampai malam, pondok-pondok masih manggang. Yang datang bukan yang punyo warung bae, tapi jugo wong mobil mewah. Biasonyo ramai nian di musim tahun baru," jelas dia.
Salah satu pemanggang upahan, Eli menuturkan, dia biasanya hanya membantu memanggang milik saudaranya. Upahan yang diterima sebesar Rp40 per keping setiap harinya. "Biasanya bisa manggang 1.500 kempelang. Lumayan dapat Rp80.000 sehari, nolong belanjo dapur. Daripada tidok siang di rumah," ucapnya.
Yulia savitri
(ftr)