Pengusaha Properti yang Hobi Bonsai

Jum'at, 03 April 2015 - 09:02 WIB
Pengusaha Properti yang Hobi Bonsai
Pengusaha Properti yang Hobi Bonsai
A A A
Dalam budi daya pohon bonsai, A Chiang tergolong baru. Namun, tangan dingin ayah empat anak ini mengantarkannya menjadi Ketua Panitia Pameran Medan Kontes Nasional Seni Bonsai Tahun 2015.

Dari ratusan koleksi pohon bonsai yang dimilikinya, 37 pohon ikut dipamerkan di pelataran parkir Plaza Medan Fair Medan tersebut. Harga bonsai tersebut bervariasi mulai dari ratusan ribu hingga puluhan juta rupiah, dilihat dari seni, penampilan, keserasian, kematangan, jenis dan usia batang utama.

A Chiang atau yang biasa disapa A Halim saat ditemui di sela-sela pameran kemarin mengatakan, hobi membudidayakan pohon bonsai ini baru setahun dilakoninya. “Itu pun tidak sengaja ketika mampir ke toko bunga bersama istri,” ungkap pengusaha properti ini. Saat itulah, lulusan SMA WR Supratman Medan ini tertegun melihat pohon bonsai berbatang besar, namun begitu indah dilihatnya.

Karena tertarik, A Chiang banyak berbincang-bincang dengan si pemilik toko bunga. Satu persatu, batang pohon dia perhatikan hingga daun-daun kecilnya yang bertengger. “Saya melihatnya begitu aneh, kok bisa pohon batang besar, daunnya kecil dan indah,” katanya. Mulai saat itu, suami Dicha Shandra ini rajin berkeliling ke pedagang bunga yang ada di sejumlah sudut Kota Medan.

Hampir setiap hari dia mencari beragam pohon bonsai untuk dipelajari. Untuk menambah pemahaman tentang pohon bonsai, pria yang tinggal di Jalan Bilal, No 87 ini pun semakin aktif mengakses internet menambah referensi. Selanjutnya, dia juga menjalin komunikasi antarsesama pecinta pohon bonsai hingga bergabung dengan komunitas Perkumpulan Penggemar Bonsai Indonesia (PPBI) Medan.

Dengan komunikasi yang aktif, bertukar pikiran terhadap masalah budi daya pohon bonsai, dia pun mulai melakukan pembibitan. Tidak tanggung-tanggung, dia sudah memiliki 187 bibit dengan berbagai jenis, masing-masing cemara sinensis, pira kantra, asoka, peri, beringin taiwan, dan lainnya, sesuai pohon bonsai yang sudah dirawatnya. “Bergabung dengan komunitas sesama pecinta pohon bonsai akan menambah relasi dan wadah untuk silaturahmi.

Wadah ini menjadi tempat kita untuk mencari tahu tentang merawat bonsai,” katanya. Dia menegaskan, pembibitan dilakukan bukanlah untuk diperjualbelikan, tetapi agar harga beli pohon bonsai yang dikoleksinya lebih murah. Selain itu, pembibitan akan menjadi tantangan tersendiri baginya. Dari sisi ekonomi, harga bonsai memang tergolong mahal.

Namun, jika diikuti dari pembibitan, bonsai tersebut dinilai murah. Untuk perawatan pohon dan pembibitan bonsai, dia hanya mengeluarkan biaya sekitar Rp500.000. Perawatan pohon bonsai pun tidak begitu sulit karena pemupukan dilakukan hanya satu kali dalam enam bulan. Setiap hari, dia melakukan penyiraman. Pemilik pohon bonsai juga bisa membentuk sesuai selera yang diinginkan.

Namun, dalam pembibitan tentu memerlukan waktu cukup lama hingga mencapai dua tahun. Budi daya pohon bonsai juga dinilai merupakan salah satu bentuk mencintai lingkungan (go green ). Kemudian dengan merawat pohon bonsai, ada kepuasan tersendiri ketika melihatnya sudah memiliki seni, tua, keserasian, dan kematangan.

“Saya senang melihat pohon bonsai, makanya tidak saya perjualbelikan, hanya untuk koleksi. Ketika pulang kerja melihat tanaman bonsai di rumah, rasa capek itu hilang begitu saja. Pikiran pun jadi tenang,” tuturnya. A Chiang menyarankan kepada Anda yang ingin membudidayakan pohon bonsai tidak perlu berpikir panjang kalau pohon bonsai tersebut mahal.

Hal terpenting, harus berani memulai. Lagi pula banyak pohon bonsai yang masih murah, apalagi jika dilakukan dengan pembibitan. “Dulu saya hanya membeli bonsai harga Rp200.000, setelah dirawat harga naik lagi hingga jutaan rupiah. Seperti yang saya bilang, biaya perawatannya tidak mahal dan mudah,” katanya.

Irwan Siregar
Medan
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8624 seconds (0.1#10.140)