Rela Tidak Dibayar demi Antar Siswa Miskin ke Sekolah
A
A
A
Becak Paimin berjalan pelan di bawah panasnya cuaca Kota Semarang, kemarin. Dengan sisa-sisa tenaga yang dimiliki, pria berusia 62 tahun itu tetap semangat menggenjot pedal becaknya untuk mengantarkan anak-anak di kampungnya menuju sekolah tempat mereka belajar.
Ya, sosok Paimin atau yang akrab dipanggil Mbah Min memang tidak asing lagi bagi warga Kampung Jembawan RT 4/RW 1 Kelurahan Kalibanteng Barat, Kecamatan Semarang Barat. Sehari-hari, suami dari Juminah ini selalu mengayuh becak untuk mengantar jemput anak-anak sekolah di kampungnya. Sudah 20 tahun lebih Paimin menjadi tukang becak antarjemput anak sekolah di kampungnya.
Tanpa lelah, dirinya terus setia mengantar dan menjemput anak-anak itu tanpa pernah terlambat. Hebatnya, Paimin tidak pernah meminta bayaran dari pekerjaannya itu. Meski terkadang, sebagian orang tua yang kasihan memberikan sedikit imbalan untuk jasa-jasanya itu, meski nilainya tidak seberapa dan tergolong sangat kecil.
“Awalnya saya itu hanya mengantar cucu-cucu saya ke sekolah. Lama-lama anak tetangga ada yang ikut dan terus bertambah banyak.”
Ya, sosok Paimin atau yang akrab dipanggil Mbah Min memang tidak asing lagi bagi warga Kampung Jembawan RT 4/RW 1 Kelurahan Kalibanteng Barat, Kecamatan Semarang Barat. Sehari-hari, suami dari Juminah ini selalu mengayuh becak untuk mengantar jemput anak-anak sekolah di kampungnya. Sudah 20 tahun lebih Paimin menjadi tukang becak antarjemput anak sekolah di kampungnya.
Tanpa lelah, dirinya terus setia mengantar dan menjemput anak-anak itu tanpa pernah terlambat. Hebatnya, Paimin tidak pernah meminta bayaran dari pekerjaannya itu. Meski terkadang, sebagian orang tua yang kasihan memberikan sedikit imbalan untuk jasa-jasanya itu, meski nilainya tidak seberapa dan tergolong sangat kecil.
“Awalnya saya itu hanya mengantar cucu-cucu saya ke sekolah. Lama-lama anak tetangga ada yang ikut dan terus bertambah banyak.”
(ars)