Guru Besar Farmasi UGM Dikukuhkan
A
A
A
YOGYAKARTA - Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta mengukuhkan Prof Dr Abdul Rohman, SFarm, MSi, Apt sebagai Guru Besar Farmasi kemarin.
Lewat penelitian yang berjudul “Analisis Derivat Babi Dalam Produk Makanan dan Farmasi dengan Metode Fisika-Kimia dan Biologi Molekuler untuk Autentikasi Halal”, pria yang pernah dinobatkan sebagai peneliti muda terbaik se- Asia Pasifik dan mendapatkan penghargaan dalam Pro- SPER.Net Young Scopus Scientist Award untuk kategori bidang pembangunan pertanian berkelanjutan itu bersama kelompok peneliti di pusat penelitian produk halal UGM, berhasil mengembangkan alat deteksi kandungan derivat babi.
Khususnya dengan berbagai metode fisika-kimia dan biologi molekuler untuk analisis derivat babi dalam berbagai produk. “Analisis derivat babi yang sudah dikembangkan adalah analisis yang menggunakan spektroskopi inframerah, penggunaan berbagai jenis kromatografi, alat pembau elektronik, dan metode analisis DNA. Metode yang dikembangkan ini bersifat spesifik, sensitif, akurat, praktis dan murah,” kata Abdul dalam pidato pengukuhannya kemarin.
Dosen Fakultas Farmasi UGM itu menjelaskan, dari berbagai metode yang digunakan, dia bersama tim peneliti mengembangkan analisis derivat babi dengan teknologi spektroskopi inframerah (IR). Menggunakan radiasi elektromagnetik yang berkesesuaian dengan bilangan gelombang diketahui mampu berinteraksi dengan komponen nonhalal. Dan analisis spektroskopi dengan kemometrika yang telah diuji, ternyata mampu mendeteksi dan menentukan kandungan daging babi atau daging tikus dalam bakso sapi.
“IR ini bersifat sidik jari sehingga dapat digunakan pembedaan komponen halal dan nonhalal,” ungkapnya. Ketertarikan Abdul dalam meneliti analisis kehalalan produk itu telah dimulai sejak 2007. Yang dilatarbelakangi karena selama ini analisis kehalalan produk tidak menarik bagi peneliti barat karena tidak terkait dengan kepentingan mereka. Padahal seiring dengan perkembangan zaman, kesadaran masyarakat Muslim di seluruh dunia dalam menggunakan produk-produk halal kian meningkat.
Tidak hanya dalam hal produk makanan, tapi juga produk farmasi dan kosmetik. Tidak heran dari sisi ekonomi, perdagangan produk halal di dunia terus meningkat tajam. Bahkan, pasar makanan dan minuman halal secara global diprediksi terus tumbuh dari Rp1,1 triliun dolar pada 2013 menjadi Rp1,6 triliun dolar pada masa 2018. Untuk diketahui, ada berbagai macam produk yang dikategorikan mengandung komponen nonhalal. Salah satunya derivat babi.
Siti estuningsih
Lewat penelitian yang berjudul “Analisis Derivat Babi Dalam Produk Makanan dan Farmasi dengan Metode Fisika-Kimia dan Biologi Molekuler untuk Autentikasi Halal”, pria yang pernah dinobatkan sebagai peneliti muda terbaik se- Asia Pasifik dan mendapatkan penghargaan dalam Pro- SPER.Net Young Scopus Scientist Award untuk kategori bidang pembangunan pertanian berkelanjutan itu bersama kelompok peneliti di pusat penelitian produk halal UGM, berhasil mengembangkan alat deteksi kandungan derivat babi.
Khususnya dengan berbagai metode fisika-kimia dan biologi molekuler untuk analisis derivat babi dalam berbagai produk. “Analisis derivat babi yang sudah dikembangkan adalah analisis yang menggunakan spektroskopi inframerah, penggunaan berbagai jenis kromatografi, alat pembau elektronik, dan metode analisis DNA. Metode yang dikembangkan ini bersifat spesifik, sensitif, akurat, praktis dan murah,” kata Abdul dalam pidato pengukuhannya kemarin.
Dosen Fakultas Farmasi UGM itu menjelaskan, dari berbagai metode yang digunakan, dia bersama tim peneliti mengembangkan analisis derivat babi dengan teknologi spektroskopi inframerah (IR). Menggunakan radiasi elektromagnetik yang berkesesuaian dengan bilangan gelombang diketahui mampu berinteraksi dengan komponen nonhalal. Dan analisis spektroskopi dengan kemometrika yang telah diuji, ternyata mampu mendeteksi dan menentukan kandungan daging babi atau daging tikus dalam bakso sapi.
“IR ini bersifat sidik jari sehingga dapat digunakan pembedaan komponen halal dan nonhalal,” ungkapnya. Ketertarikan Abdul dalam meneliti analisis kehalalan produk itu telah dimulai sejak 2007. Yang dilatarbelakangi karena selama ini analisis kehalalan produk tidak menarik bagi peneliti barat karena tidak terkait dengan kepentingan mereka. Padahal seiring dengan perkembangan zaman, kesadaran masyarakat Muslim di seluruh dunia dalam menggunakan produk-produk halal kian meningkat.
Tidak hanya dalam hal produk makanan, tapi juga produk farmasi dan kosmetik. Tidak heran dari sisi ekonomi, perdagangan produk halal di dunia terus meningkat tajam. Bahkan, pasar makanan dan minuman halal secara global diprediksi terus tumbuh dari Rp1,1 triliun dolar pada 2013 menjadi Rp1,6 triliun dolar pada masa 2018. Untuk diketahui, ada berbagai macam produk yang dikategorikan mengandung komponen nonhalal. Salah satunya derivat babi.
Siti estuningsih
(ars)