Siswi SD Korban Penganiayaan Datangi Polres Manado
A
A
A
MANADO - Empat siswi SD 71 Winangun, Kota Manado, hari ini mengunjungi Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polresta Manado. Mereka (siswi) datang didampingi para orangtua dan dua guru sekolah tersebut.
MU, salah satu siswi Kelas V SD mengatakan, dirinya datang untuk memberikan keterangan masalah tindak kekerasan yang dialaminya, bersama teman-temannya oleh salah seorang satu guru SD 71 Winangun berinisial TT alias Tineke.
"Tiga Maret lalu, kami sudah datang di sini (Polresta Manado), dan hari ini kami datang lagi untuk melaporkan ibu TT, karena belum ditangkap," kata MU, kepada wartawan, Senin (30/3/2015).
Tineke, kata MU, sudah melakukan kekerasan di luar batas, pada sejumlah siswa SD 71. Hal ini berawal saat TT menyuruh siswi Kelas V memungut sampah pakai mulut.
"Rekan kami, YP, BB, WI, JK, dan HP, pernah disuruh pungut sampah tissu di lantai kelas oleh Tineke. Kemudian diover dari mulut ke mulut, hingga di buang ke tempat sampah," jelas MU.
Tak hanya itu, pada Desember 2014 lalu, TT pernah menampar CK di dalam kelas, dan dirinya, dihadapan teman-teman hanya karena disuruh memimpin doa pulang sekolah.
"Saat itu, saya dan CK dipanggil ke depan untuk memimpin doa. Entah, tiba-tiba CK ditampar hingga menangis, dan saya dipukuli di bagian punggung. Meski demikian, kami tetap melanjutkan doa," terang korban MU, siswi berkacamata ini.
Kelakuan TT, lanjut dia, bukan hanya satu dua kali dilakukan. Bahkan dalam melancarkan aksinya, TT mengancam anak-anak bahwa suaminya (suami TT) adalah tentara ISIS, dan akan menghukum siswa yang nakal.
"Dia (TT) pernah bilang. Suaminya itu adalah tentara ISIS dan kami takut," kata MU.
Siswi kelas V lainnya, HP juga pernah dipukul pakai kayu, hingga kayu itu patah di badan HP. "Saat itu, ibu TT mengajar matematika. Lantaran HP salah hitung perkalian, akhirnya dipukul. HP menangis dan merintih kesakitan," tukasnya.
Hal serupa dialami siswa Kelas IV berinisial VU. Dia mengaku, salah seorang teman sekelasnya pernah dipukuli TT hanya karena meraut pensil di dalam kelas.
"Saat itu ada mata pelajaran kosong, tapi gurunya tidak ada. Kemudian, ibu TT mengisi kekosongan itu. Kami tidak tahu, tiba-tiba saja salah satu teman kami itu yang meraut pensil di dalam kelas, dipukuli tangan dan kakinya," kata VU.
Akibat tindakan TT, beberapa siswi yang menjadi korban kekerasan meminta keluar dan disekolahkan di SD lain.
Sementara itu, guru TT saat ditanyai tak mengakui semua tudingan itu. "Saya tidak pernah melakukan hal seperti itu pada siswa. Mana mungkin seorang guru mau berbuat sekejam itu," timpal TT, kepada Sindonews.
Lanjut TT, memang pernah menghukum MU, tapi tidak seperti yang disangkakan. "Memang saya pernah hukum dia (MU), tapi tidak memukul. Hal itu saya lakukan karena dia jarang ke sekolah," terangnya.
Belum lama ini, kata TT, sebelum MU pindah sekolah. Bapaknya datang ke sekolah mengamuk dan berbau minuman keras (miras).
"Saat itu dia (ayah MU) datang ke sekolah dan membanting meja. Saat saya jelaskan apa kelakukan anaknya, baru dia mengerti dan meminta maaf," jelasnya.
MU, salah satu siswi Kelas V SD mengatakan, dirinya datang untuk memberikan keterangan masalah tindak kekerasan yang dialaminya, bersama teman-temannya oleh salah seorang satu guru SD 71 Winangun berinisial TT alias Tineke.
"Tiga Maret lalu, kami sudah datang di sini (Polresta Manado), dan hari ini kami datang lagi untuk melaporkan ibu TT, karena belum ditangkap," kata MU, kepada wartawan, Senin (30/3/2015).
Tineke, kata MU, sudah melakukan kekerasan di luar batas, pada sejumlah siswa SD 71. Hal ini berawal saat TT menyuruh siswi Kelas V memungut sampah pakai mulut.
"Rekan kami, YP, BB, WI, JK, dan HP, pernah disuruh pungut sampah tissu di lantai kelas oleh Tineke. Kemudian diover dari mulut ke mulut, hingga di buang ke tempat sampah," jelas MU.
Tak hanya itu, pada Desember 2014 lalu, TT pernah menampar CK di dalam kelas, dan dirinya, dihadapan teman-teman hanya karena disuruh memimpin doa pulang sekolah.
"Saat itu, saya dan CK dipanggil ke depan untuk memimpin doa. Entah, tiba-tiba CK ditampar hingga menangis, dan saya dipukuli di bagian punggung. Meski demikian, kami tetap melanjutkan doa," terang korban MU, siswi berkacamata ini.
Kelakuan TT, lanjut dia, bukan hanya satu dua kali dilakukan. Bahkan dalam melancarkan aksinya, TT mengancam anak-anak bahwa suaminya (suami TT) adalah tentara ISIS, dan akan menghukum siswa yang nakal.
"Dia (TT) pernah bilang. Suaminya itu adalah tentara ISIS dan kami takut," kata MU.
Siswi kelas V lainnya, HP juga pernah dipukul pakai kayu, hingga kayu itu patah di badan HP. "Saat itu, ibu TT mengajar matematika. Lantaran HP salah hitung perkalian, akhirnya dipukul. HP menangis dan merintih kesakitan," tukasnya.
Hal serupa dialami siswa Kelas IV berinisial VU. Dia mengaku, salah seorang teman sekelasnya pernah dipukuli TT hanya karena meraut pensil di dalam kelas.
"Saat itu ada mata pelajaran kosong, tapi gurunya tidak ada. Kemudian, ibu TT mengisi kekosongan itu. Kami tidak tahu, tiba-tiba saja salah satu teman kami itu yang meraut pensil di dalam kelas, dipukuli tangan dan kakinya," kata VU.
Akibat tindakan TT, beberapa siswi yang menjadi korban kekerasan meminta keluar dan disekolahkan di SD lain.
Sementara itu, guru TT saat ditanyai tak mengakui semua tudingan itu. "Saya tidak pernah melakukan hal seperti itu pada siswa. Mana mungkin seorang guru mau berbuat sekejam itu," timpal TT, kepada Sindonews.
Lanjut TT, memang pernah menghukum MU, tapi tidak seperti yang disangkakan. "Memang saya pernah hukum dia (MU), tapi tidak memukul. Hal itu saya lakukan karena dia jarang ke sekolah," terangnya.
Belum lama ini, kata TT, sebelum MU pindah sekolah. Bapaknya datang ke sekolah mengamuk dan berbau minuman keras (miras).
"Saat itu dia (ayah MU) datang ke sekolah dan membanting meja. Saat saya jelaskan apa kelakukan anaknya, baru dia mengerti dan meminta maaf," jelasnya.
(san)