Disbudpar Bentuk Tim Ekspedisi Lacak Situs Purbakala

Senin, 30 Maret 2015 - 11:46 WIB
Disbudpar Bentuk Tim...
Disbudpar Bentuk Tim Ekspedisi Lacak Situs Purbakala
A A A
BOJONEGORO - Kabupaten Bojonegoro merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Timur (Jatim) yang terletak di sisir paling barat.

Wilayahnya berbatasan dengan Kabupaten Lamongan, Tuban, Nganjuk, Jatim; dan Kecamatan Cepu, Blora, Jawa Tengah (Jateng). Bojonegoro juga dilalui Sungai Bengawan Solo. Namun, hingga usianya ke-337 tahun, Bojonegoro bisa dibilang belum memiliki identitas yang jelas. Angling Dharma dulu pernah digadang-gadang menjadi ikon Bojonegoro. Hingga gapura perbatasan wilayah Bojonegoro dulu bertuliskan “Selamat Datang di Bumi Angling Dharma”.

Berbagai lomba untuk memunculkan ikon tersebut juga sudah dilakukan. Seperti sayembara melukis sosok raja yang konon dari Kerajaan Malawapati itu. Jauh hari sebelum itu, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bojonegoro juga menamai pendopo pemkab dengan sebutan Kerajaan Angling Dharma, Malawapati, dan beberapa ruang pertemuan dengan nama-nama tokoh yang masih berhubungan dengan Angling Dharma.

Seperti ruang Batik Madrim yang dalam ceritanya merupakan patih Kerajaan Malawapati. Tidak hanya itu, tim kesebelasan dari Bojonegoro, Persibo, yang pernah menjuarai Piala Indonesia juga menamai dirinya dengan julukan Laskar Angling Dharma. Bojonegoro sebelumnya diduga ada sebuah tempat yang menjadi petilasan istri dari Dewi Setyowati itu, yakni di Desa Wotangare, Kecamatan Kalitidu.

Namun, situs tersebut setelah dilakukan ekskavasi, tidak terbukti merupakan situs petilasan Angling Dharma. Lantas, apa yang menjadi ikon Bojonegoro? Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Bojonegoro kemudian membuat tim yang diberi nama Tim Ekspedisi Bojonegoro. Tujuannya untuk mencari potensi maupun sejarah dan kebudayaan Bojonegoro.

Dalam tim yang beranggotakan berbagai kelompok masyarakat itu dibagi menjadi tiga kelompok yang akan menggali sejarah. Mulai dari bidang potensi cagar budaya dan sejarahnya, bidang potensi nilai budaya dan sejarahnya, serta bidang karya budaya dan sejarahnya.

Menurut Kepala Bidang Pelestarian dan Pengembangan Budaya, Disbudpar Bojonegoro, Suyanto, hasil ekspedisi tersebut nantinya akan disusun menjadi sebuah buku “Bunga Rampai Bojonegoro”.Hasil pendataan tim ekspedisi inilah nantinya yang menjadi landasan pelestarian budaya.

“Potensi cagar budaya di Bojonegoro masih banyak yang belum terdata. Tim ekspedisi inilah yang nantinya akan mengambil data dan informasi sebanyak- banyaknya sebagai landasan adanya upaya pelestarian dan pemanfaatan lainnya,” ucap Suyanto.

Sesuai Undang-Undang Nomor 11/2010 Tentang Cagar Budaya, menyebutkan bahwa cagar budaya adalah benda, bangunan, struktur, situs, dan kawasan yang memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, agama, dan kebudayaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dan bersifat rapuh, serta mudah rusak.

Sementara di Bojonegoro, banyak sekali situs budaya yang berhasil terdata. Di antaranya Situs Wotanngare. Situs tersebut telah digali dan diteliti tim dari Balai Arkeologi Yogyakarta pada 28 Juni – 9 Juli 2012 lalu. Dari hasil penggalian (ekskavasi) dan penelitian tahap awal ini, ditengarai Situs Wotanngare ini ada pada masa Kerajaan Majapahit.

Penemuan Situs Wotanngare berupa fragmen, ukel-ukelan, serta keramik di masa Dinasti Mieng (1368- 1644 Masehi). Kemudian situs Kahyangan Api yang sudah digali dan diteliti tim arkeologi dari Universitas Indonesia (UI) sejak 2010- 2011. Tim arkeologi yang melakukan penelitian ini dipimpin Ali Akbar, pakar arkeologi dari UI.

Dari hasil penggalian dan penelitian diketahui Situs Kahyangan Api berupa bangunan candi kuno yang ditengarai sebagai tempat persembahyangan dan berhubungan erat dengan Kerajaan Majapahit. Temuan berupa susunan batu bata, gerabah, dan tungku perapian saat ini masih berada di lokasi dekat objek wisata Kahyangan Api di Desa Sendangharjo, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Bojonegoro.

Selain itu, beberapa lokasi sebagai cagar budaya di antaranya Kota Tua di Kecamatan Padangan meliputi rumah dinas Kapolsek Padangan, gapura Masjid Jami’ Padangan (1931), dan rumah kuno (China-Eropa), serta Stasiun Kota Bojonegoro. Bojonegoro juga memiliki potensi hasil karya budaya, seperti kerajinan bubut-cukit, yang berbahan kayu jati.

Kemudian kerajinan limbah kayu jati yang dibentuk menjadi karya seni dalam berbagai model. Kerajinan ini banyak berkembang di Kecamatan Margomulyo. Produk unggulan ini telah lama dikenal dan berkualitas ekspor, karena Bojonegoro merupakan penghasil kayu jati berkualitas.

Adanya penyusunan Bunga Rampai Bojonegoro ini diharapkan generasi selanjutnya bisa mengetahui dan melestarikan budaya, serta meminimalisasi adanya tindakan yang merusak serta memperjualbelikan temuan benda cagar budaya secara ilegal.

Selain itu juga bisa melibatkan masyarakat untuk berperan aktif melaporkan dan mendaftarkan benda-benda cagar budaya yang belum terdeteksi.

Muhammad roqib
(bhr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.2135 seconds (0.1#10.140)