Rumah Tempe Indonesia Harus Jadi Pionir Higienis
A
A
A
SLEMAN - Bupati Sleman berharap keberadaan rumah tempe Indonesia (RTI) Primer Koperasi Tahu Tempe Indonesia (Primkopti) Sleman bukan hanya dapat memenuhi kebutuhan tempe di Sleman.
Tapi harus dapat menjadi pionir untuk tempe higienis dan memenuhi standar pangan sehat yang ditetapkan standar nasional Indonesia (SNI). “Harapan ini bukan tanpa alasan. Sebab saat ini hanya beberapa produsen tempe yang memenuhi kriteria SNI,” ungkap Sri Purnomo saat peresmian RTI Primkopti Sleman di Jalan Sidomoyo KM 1 Krandon, Desa Sidomoyo, Godean, Sleman, kemarin.
Karena itu, RTI Primkopti Sleman diminta tidak hanya dapat memproduksi tempe berkualitas, tapi juga memerhatikan kebersihan lingkungan. Terutama dalam membuang limbahnya. RTI juga diharapkan bisa mengedukasi produsen tempe yang lain. Sebab masih banyak produksi tempe yang tidak memenuhi standar, misalnya tak memerhatikan kebersihan dan pembuangan limbahnya.
Selain itu, lanjut bupati, belum banyak masyarakat yang mengetahui bahwa sejak Oktober 2009 sudah ditetapkan SNI untuk tempe. Dalam standar ini, tempe kedelai didefinisikan sebagai produk yang diperoleh dalam fermentasi biji kedelai menggunakan kapang Rhizopus sp, berbentuk padatan kompak, berwarna putih sedikit keabuabuan, dan berbau khas tempe.
“Untuk kode SNI-nya SNI 3144:2009,” ucapnya. Ketua Primkopti Sleman Yulianto mengatakan, untuk pembuatan tempe, RTI memang sangat menjaga kebersihan sehingga produk yang dihasilkan memiliki keunggulan. Baik dari segi kesehatan, rasa, tidak cepat busuk, serta bila digoreng minyak tidak cepat kotor atau keruh.
“Untuk tahap uji coba ini, sementara masih memproduksi 30 kilogram per hari. Ke depannya produksi tempe RTI akan ditingkatkan hingga mencapai lima kuintal per hari,” ungkapnya. RTI membidik kalangan menengah ke atas sehingga menargetkan hasil produksi bisa dipasarkan di minimarket. “Selain itu, RTI juga memproduksi bajigur tempe yang cukup enak untuk diminum,” tandasnya.
Priyo setyawan
Tapi harus dapat menjadi pionir untuk tempe higienis dan memenuhi standar pangan sehat yang ditetapkan standar nasional Indonesia (SNI). “Harapan ini bukan tanpa alasan. Sebab saat ini hanya beberapa produsen tempe yang memenuhi kriteria SNI,” ungkap Sri Purnomo saat peresmian RTI Primkopti Sleman di Jalan Sidomoyo KM 1 Krandon, Desa Sidomoyo, Godean, Sleman, kemarin.
Karena itu, RTI Primkopti Sleman diminta tidak hanya dapat memproduksi tempe berkualitas, tapi juga memerhatikan kebersihan lingkungan. Terutama dalam membuang limbahnya. RTI juga diharapkan bisa mengedukasi produsen tempe yang lain. Sebab masih banyak produksi tempe yang tidak memenuhi standar, misalnya tak memerhatikan kebersihan dan pembuangan limbahnya.
Selain itu, lanjut bupati, belum banyak masyarakat yang mengetahui bahwa sejak Oktober 2009 sudah ditetapkan SNI untuk tempe. Dalam standar ini, tempe kedelai didefinisikan sebagai produk yang diperoleh dalam fermentasi biji kedelai menggunakan kapang Rhizopus sp, berbentuk padatan kompak, berwarna putih sedikit keabuabuan, dan berbau khas tempe.
“Untuk kode SNI-nya SNI 3144:2009,” ucapnya. Ketua Primkopti Sleman Yulianto mengatakan, untuk pembuatan tempe, RTI memang sangat menjaga kebersihan sehingga produk yang dihasilkan memiliki keunggulan. Baik dari segi kesehatan, rasa, tidak cepat busuk, serta bila digoreng minyak tidak cepat kotor atau keruh.
“Untuk tahap uji coba ini, sementara masih memproduksi 30 kilogram per hari. Ke depannya produksi tempe RTI akan ditingkatkan hingga mencapai lima kuintal per hari,” ungkapnya. RTI membidik kalangan menengah ke atas sehingga menargetkan hasil produksi bisa dipasarkan di minimarket. “Selain itu, RTI juga memproduksi bajigur tempe yang cukup enak untuk diminum,” tandasnya.
Priyo setyawan
(bhr)