Begal Semakin Takut Kalau Polisi Menggandeng TNI dan Warga
A
A
A
MEDAN - Pengendara motor selalu menjadi target empuk para begal. Di jalan raya, pengendara motor ibarat kunang-kunang bagi pelaku kejahatan yang kian sadis tersebut.
Di Mapolres Serdangbedagai (Sergai) banyak laporan pengendara pemotor sebagai korban begal. Aksi begal ini sering terjadi di Jalan Lintas Sumatera (Jalinsum) sepanjang 60 kilometer (km), dari Jembatan Sei Ular, Kecamatan Perbaungan, hingga Perkebunan Rambutan, PTPN III Kecamatan Sei Bamban. Beberapa titik di antaranya masuk areal perkebunan yang sepi.
Berada di tengah perkebunan membuat pengendara motor selalu waswas terhadap ancaman begal. Situasi semakin mencekam, karena di lintasan itu jarang dilalui patroli polisi. Patroli bisa dikatakan jarang dilakukan. Selain sedikitnya kendaraan patroli, sementara luas daerah yang harus di-cover sekitar 1.000 kilometer persegi, Polres Sergai hanya memiliki 600 personil, gabungan polisi, dan PNS administrasi.
Untuk razia rutin di jalan raya, paling satuan lalu lintas hanya sanggup menurunkan 10-15 personil, dan itu sudah kekuatan maksimal. Sementara pada jumlah personel tim piket pada malam hari jumlahnya lebih miris lagi hanya diisi empat personil kepolisian saja. Di Jalan Raya Dolok Masihul, sebagi jalur alternatif Jalinsum dari Tebingtinggi - Medan malah lebih parah.
Meski mulus aksesnya, jangan coba-coba lewat jalan ini di atas pukul 18.00 WIB. Jalur itu dipastikan selalu ditunggui begal. Di jalur sepanjang 70 km yang sebagian besar lintasannya adalah areal perkebunan ternyata hanya ada dua pos polisi yang paling hanya dijaga sepuluh personil. Pos pertama adalah Polsek Dolok Masihul. Lalu, 20 km ke depan barulah bisa ditemui Pos Polsek Bintang Bayu.
Untuk menambah personil mungkin cukup sulit, namun bisa saja rasa aman itu ada ketika masyarakat dilibatkan. Pilihan yang paling realistis untuk mengepung ruang gerak begal memang harus melibatkan warga. Polres Sergai memang sudah berinisiatif menggiatkan polisi masyarakat (polmas). Program kerja kepolisian ini untuk menggandeng masyarakat terlibat dalam upaya menjaga keamanan dan ketertiban.
Sejatinya Polres Sergai juga bisa bekerja sama dengan unsur TNI. Selain ada komando rayon milter (koramil), ratusan prajurit TNI AD juga tersebar di Sergai. Misalnya saja satuan Batalyon Infanteri (Yonif) 122 Tombak Sakti di Kecamatan Dolok Masihul.
Lalu, Brigade Infanteri (Brigif) 7 Rimba Raya di Kecamatan Galang, Deliserdang, yang merupakan perbatasan Sergai. Boleh jadi, roadshow TNI dan Polri dalam patroli di jalan raya bisa membuat sindikat begal berpikir keras berani melakukan aksinya.
Kerja sama melibatkan unsur TNI dan masyarakat bukan saja akan membuat efek takut bagi begal, namun juga pelaku kejahatan lainnya, sehingga keamanan dan ketertiban dapat tercapai.
Erdian Wirajaya
Di Mapolres Serdangbedagai (Sergai) banyak laporan pengendara pemotor sebagai korban begal. Aksi begal ini sering terjadi di Jalan Lintas Sumatera (Jalinsum) sepanjang 60 kilometer (km), dari Jembatan Sei Ular, Kecamatan Perbaungan, hingga Perkebunan Rambutan, PTPN III Kecamatan Sei Bamban. Beberapa titik di antaranya masuk areal perkebunan yang sepi.
Berada di tengah perkebunan membuat pengendara motor selalu waswas terhadap ancaman begal. Situasi semakin mencekam, karena di lintasan itu jarang dilalui patroli polisi. Patroli bisa dikatakan jarang dilakukan. Selain sedikitnya kendaraan patroli, sementara luas daerah yang harus di-cover sekitar 1.000 kilometer persegi, Polres Sergai hanya memiliki 600 personil, gabungan polisi, dan PNS administrasi.
Untuk razia rutin di jalan raya, paling satuan lalu lintas hanya sanggup menurunkan 10-15 personil, dan itu sudah kekuatan maksimal. Sementara pada jumlah personel tim piket pada malam hari jumlahnya lebih miris lagi hanya diisi empat personil kepolisian saja. Di Jalan Raya Dolok Masihul, sebagi jalur alternatif Jalinsum dari Tebingtinggi - Medan malah lebih parah.
Meski mulus aksesnya, jangan coba-coba lewat jalan ini di atas pukul 18.00 WIB. Jalur itu dipastikan selalu ditunggui begal. Di jalur sepanjang 70 km yang sebagian besar lintasannya adalah areal perkebunan ternyata hanya ada dua pos polisi yang paling hanya dijaga sepuluh personil. Pos pertama adalah Polsek Dolok Masihul. Lalu, 20 km ke depan barulah bisa ditemui Pos Polsek Bintang Bayu.
Untuk menambah personil mungkin cukup sulit, namun bisa saja rasa aman itu ada ketika masyarakat dilibatkan. Pilihan yang paling realistis untuk mengepung ruang gerak begal memang harus melibatkan warga. Polres Sergai memang sudah berinisiatif menggiatkan polisi masyarakat (polmas). Program kerja kepolisian ini untuk menggandeng masyarakat terlibat dalam upaya menjaga keamanan dan ketertiban.
Sejatinya Polres Sergai juga bisa bekerja sama dengan unsur TNI. Selain ada komando rayon milter (koramil), ratusan prajurit TNI AD juga tersebar di Sergai. Misalnya saja satuan Batalyon Infanteri (Yonif) 122 Tombak Sakti di Kecamatan Dolok Masihul.
Lalu, Brigade Infanteri (Brigif) 7 Rimba Raya di Kecamatan Galang, Deliserdang, yang merupakan perbatasan Sergai. Boleh jadi, roadshow TNI dan Polri dalam patroli di jalan raya bisa membuat sindikat begal berpikir keras berani melakukan aksinya.
Kerja sama melibatkan unsur TNI dan masyarakat bukan saja akan membuat efek takut bagi begal, namun juga pelaku kejahatan lainnya, sehingga keamanan dan ketertiban dapat tercapai.
Erdian Wirajaya
(ftr)