Terbiasa Mendokumentasikan Ratusan Mayat
A
A
A
KOTA CIMAHI - Menjadi fotografer tentu bukan hanya soal mengambil gambar yang enak dipandang mata, tapi juga ada teknik dan mental yang mesti dimiliki agar kualitas gambar yang dihasilnya sesuai kebutuhan. Hal itu juga yang mesti dimiliki fotografer Inafis di Kepolisian Republik Indonesia (Polri).
Profesi fotografer ini akan selalu berhadapan dengan suatu peristiwa yang selalu berhubungan dengan kejahatan, kematian, bencana alam, dan bermacam kejadian lainnya yang membutuhkan nyali. Adalah fotografer Inafis bagian dokumentasi dari kepolisian yang harus siap dengan segala macam kejadian kemanusiaan dan bencana alam yang dihadapinya.
Seperti yang tengah dilakoni Endang Suherman, 46, fotografer Inafis Polres Kota Cimahi. Endang yang telah memiliki tiga orang anak ini bisa dibilang tidak mengenal waktu dalam menjalani profesinya tersebut. Pasalnya, setiap kejadian baik itu yang berhubungan dengan tindak kejahatan, kebakaran, kecelakaan lalu lintas atau bencana alam harus siap dihadapi.
Pekerjaannya sebagai dokumentasi Inafis bagian fotografer harus siap menangkap detail pristiwa yang telah terjadi atau sedang terjadi. Seperti dikisahkannya dari ratusan kejadian yang telah dialaminya. Salah satunya pernah memotret mayat yang telah membusuk dan tak diketahui satu minggu karena bunuh diri. Dengan mata telanjang, dia harus mengambil setiap detail korban. Belum lagi ditambah jalan yang harus di tempuh untuk mengambil gambar itu.
Setelah sampai ditempat mayat tersebut, benar saja, mayat tersebut menggantung dengan keadaan telah membusuk. Sebagaimana standar operasinal prosedur (SOP), setelah memotret seluruh tempat kejadian, dia harus memeriksa seluruh detail bagian mayat yang telah membusuk itu dan memotret bagian-bagian yang dianggap penting untuk dijadikan bahan dan alat bukti.
“Yakalau ada mayat seperti itu saya harus membalikbalikan bagian mayat karena takutnya mayat tersebut benar bunuh diri atau ada tandatanda di bunuh maka saya harus ambil segala tanda dalam mayat itu,” ungkapnya kepada KORAN SINDO belum lama ini. Profesi yang menguras mentalnya tersebut, dijalaninya tanpa beban. Bahkan diakuinya, selama dia mengalami beragam kejadian baik itu pembunuhan, kecelakaan lalu lintas, bunuh diri, kebakaran, dan kejadian lainnya, dia tidak pernah dihantui pikiran apapun.
“Karena saking seringnya saya mungkin jadi terbiasa. Saat kerja, lepas saja, bismillah,” terangnya. Profesinya tersebut dijalani mulai 1985. Awalnya dia diajak sesama rekannya dari kepolisian Polresta Cimahi yang bernama Ocang. Setiap ada kejadian Ocang inilah yang selalu membawanya ketempat kejadian-kejadian mengerikan tersebut. Hingga akhirnya dia ditugaskan menjadi bagian dokumentasi fotografer yang sebagian besar tugasnya memotret setiap TKP dan korbannya.
Meskipun, pekerjaan membutuhkan mental yang kuat dan bisa dibilang tidak kenal waktu, namun dia menjalani dengan penuh syukur. Dia mengungkapkan, dari ratusan kejadian yang telah dialaminya ada hikmah yang ditangkapnya dalam mengarungi kehidupannya bersama kekuarganya. “Saya kadang suka mikir sama yang bunuh diri, orang di rumah sakit rela ngorbanin ratusan juta untuk sembuh, ini malah menolak hidup, hidupkan berkah, kok ini malawan takdir Allah,” ungkapnya.
30 tahun sudah dia menjalani profesinya. Ratusan mayat sudah dia dokumentasikan dengan beragam kisah dibaliknya. Ratusan kejadian telah dia tangkap dengan beragam makna yang telah dia selamatkan. Endang Suherman adalah sosok yang selalu ikhlas menjalani pekerjaan dengan beragam kejadian beserta kemanusiaanya. “Sekarang saya sudah biasa saja, namun kadang kalau sudah memotret mayat yang telah membusuk lama, kadang teman saya takut kalau bersalaman dengan saya,” ungkapnya sambil tertawa.
Nur Azis
Profesi fotografer ini akan selalu berhadapan dengan suatu peristiwa yang selalu berhubungan dengan kejahatan, kematian, bencana alam, dan bermacam kejadian lainnya yang membutuhkan nyali. Adalah fotografer Inafis bagian dokumentasi dari kepolisian yang harus siap dengan segala macam kejadian kemanusiaan dan bencana alam yang dihadapinya.
Seperti yang tengah dilakoni Endang Suherman, 46, fotografer Inafis Polres Kota Cimahi. Endang yang telah memiliki tiga orang anak ini bisa dibilang tidak mengenal waktu dalam menjalani profesinya tersebut. Pasalnya, setiap kejadian baik itu yang berhubungan dengan tindak kejahatan, kebakaran, kecelakaan lalu lintas atau bencana alam harus siap dihadapi.
Pekerjaannya sebagai dokumentasi Inafis bagian fotografer harus siap menangkap detail pristiwa yang telah terjadi atau sedang terjadi. Seperti dikisahkannya dari ratusan kejadian yang telah dialaminya. Salah satunya pernah memotret mayat yang telah membusuk dan tak diketahui satu minggu karena bunuh diri. Dengan mata telanjang, dia harus mengambil setiap detail korban. Belum lagi ditambah jalan yang harus di tempuh untuk mengambil gambar itu.
Setelah sampai ditempat mayat tersebut, benar saja, mayat tersebut menggantung dengan keadaan telah membusuk. Sebagaimana standar operasinal prosedur (SOP), setelah memotret seluruh tempat kejadian, dia harus memeriksa seluruh detail bagian mayat yang telah membusuk itu dan memotret bagian-bagian yang dianggap penting untuk dijadikan bahan dan alat bukti.
“Yakalau ada mayat seperti itu saya harus membalikbalikan bagian mayat karena takutnya mayat tersebut benar bunuh diri atau ada tandatanda di bunuh maka saya harus ambil segala tanda dalam mayat itu,” ungkapnya kepada KORAN SINDO belum lama ini. Profesi yang menguras mentalnya tersebut, dijalaninya tanpa beban. Bahkan diakuinya, selama dia mengalami beragam kejadian baik itu pembunuhan, kecelakaan lalu lintas, bunuh diri, kebakaran, dan kejadian lainnya, dia tidak pernah dihantui pikiran apapun.
“Karena saking seringnya saya mungkin jadi terbiasa. Saat kerja, lepas saja, bismillah,” terangnya. Profesinya tersebut dijalani mulai 1985. Awalnya dia diajak sesama rekannya dari kepolisian Polresta Cimahi yang bernama Ocang. Setiap ada kejadian Ocang inilah yang selalu membawanya ketempat kejadian-kejadian mengerikan tersebut. Hingga akhirnya dia ditugaskan menjadi bagian dokumentasi fotografer yang sebagian besar tugasnya memotret setiap TKP dan korbannya.
Meskipun, pekerjaan membutuhkan mental yang kuat dan bisa dibilang tidak kenal waktu, namun dia menjalani dengan penuh syukur. Dia mengungkapkan, dari ratusan kejadian yang telah dialaminya ada hikmah yang ditangkapnya dalam mengarungi kehidupannya bersama kekuarganya. “Saya kadang suka mikir sama yang bunuh diri, orang di rumah sakit rela ngorbanin ratusan juta untuk sembuh, ini malah menolak hidup, hidupkan berkah, kok ini malawan takdir Allah,” ungkapnya.
30 tahun sudah dia menjalani profesinya. Ratusan mayat sudah dia dokumentasikan dengan beragam kisah dibaliknya. Ratusan kejadian telah dia tangkap dengan beragam makna yang telah dia selamatkan. Endang Suherman adalah sosok yang selalu ikhlas menjalani pekerjaan dengan beragam kejadian beserta kemanusiaanya. “Sekarang saya sudah biasa saja, namun kadang kalau sudah memotret mayat yang telah membusuk lama, kadang teman saya takut kalau bersalaman dengan saya,” ungkapnya sambil tertawa.
Nur Azis
(bhr)