Presiden Ajak Umat Hayati Nilai Luhur Hindu

Sabtu, 21 Maret 2015 - 10:04 WIB
Presiden Ajak Umat Hayati...
Presiden Ajak Umat Hayati Nilai Luhur Hindu
A A A
KLATEN - Ribuan umat Hindu mengikuti upacara Tawur Agung Kesanga untuk menyambut Hari Raya Nyepi di Kompleks Candi Prambanan, Yogyakarta, kemarin.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) hadir langsung pada acara yang bertemakan “Membangun Harmoni, Kesadaran Spiritual, dan Budaya Nasional” tersebut. Dalam sambutan Jokowi mengajak kepada seluruh umat Hindu di Tanah Air bisa menghayati nilai-nilai luhur Hindu. “Saya mengajak kepada umat Hindu agar menghayati nilai luhur Hindu, semangat kebersamaan, gotong- royong, persatuan dalam keberagaman Indonesia,” katanya.

Dia juga berharap, umat Hindu akan mendapatkan kedamaian, kebahagiaan, serta kesejahteraan. Upacara Tawur Agung Kesanga juga sebagai sarana untuk melakukan introspeksi diri atau evaluasi diri dalam membersihkan jiwa dari segala hal yang tidak baik. “Dalam menciptakan kedamaian, ketenteraman, dan harmoni tentu tidak datang dengan sendirinya, tetapi harus dihadirkan.”

“Dengan meningkatkan diri, dalam membangun hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesama, dan manusia dengan lingkungannya,” tuturnya. Hari Nyepi, lanjut Jokowi, merupakan kesempatan untuk membangun hubungan yang harmonis antarsesama manusia, manusia dengan alam, dan manusia dengan Tuhan.

Untuk itu, dia meminta umat Hindu melanjutkan pengabdian terbaik untuk negara dan diharapkan dapat bahu-membahu untuk membangun Indonesia yang maju sejahtera dan bermartabat. Dalam kunjungannya kemarin, Presiden Jokowi didampingi Ibu Negara Iriana serta Menteri Sekretaris Negara Pratikno beserta istri.

Hadir dalam kesempatan tersebut Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko, serta Wakil Ketua DPD GKR Hemas yang juga permaisuri Sri Sultan HB X. Seperti tahun-tahun sebelumnya, pada upacara Tawur Agung ini juga dihadirkan beberapa ogoh-ogoh.

Selanjutnya ogohogoh diarak ke beberapa titik salah satunya pusat Kota Yogyakarta, Malioboro. Hari ini, dalam rangkaian perayaan Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1937 ini, umat Hindu menyucikan diri dengan melakukan Catur Bratha Penyepian yakni menghentikan aktivitas yang berkaitan dengan Eka Dasa Indria sehingga jasmani dan rohani dikendalikan kegiatannya selama 24 jam.

Ini mengajarkan bahwa pada suatu waktu manusia perlu menoleh ke dalam diri sendiri, mendengar bisikan pribadi yang jujur, dan murni bersih. Dengan jalan itu, diharapkan umat menjadi lebih arif dan lebih bijak. “Juga agar sekaligus memperoleh kekuatan baru dalam menghadapi tantangan hidup yang semakin kompleks masa kini dan yang akan datang,” kata Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) DIY Ida Bagus Agung.

Di Bali, umat Hindu di 1.480 desa adat juga melaksanakan ritual Tawur Agung Kesanga. Kegiatan ritual itu digelar secara berjenjang, mulai dari tingkat provinsi, kabupaten/kota, hingga tingkatan rumah tangga yang berakhir pada sore hari kemarin.

Kegiatan ritual yang dilakukan secara serentak di seluruh desa adat (pekraman ) di Pulau Dewata itu bertujuan menyucikan alam semesta dan isinya serta meningkatkan hubungan dan keharmonisan antara sesama manusia, manusia dengan lingkungannya, serta manusia dengan Tuhan (Tri Hita Karana ).

Untuk Tawur Kesanga yang dipusatkan di Pura Besakih, Kabupaten Karangasem, Bali timur masing-masing kecamatan mengirim utusan untuk mencari air suci (tirta), kemudian membagikannya kepada seluruh umat di wilayahnya. Tingkat kabupaten melaksanakan kegiatan serupa dengan kelengkapannya mengambil lokasi di Kawasan Catus Pata (Perempatan Agung) pada tengah hari sekitar pukul 12.00 Wita.

Tingkat kecamatan menggunakan upakara Caru Panca Sanak, dilanjutkan di tingkat desa dengan menggunakan upakara Caru Panca Sata, serta di tingkat banjar menggunakan upakara Caru Eka Sata. Kegiatan tersebut berakhir pada tingkatan rumah tangga pada sore hari dengan menggunakan Banten Pejati, Sakasidan, dan Segehan Agung Cacahan 11/33 Tanding.

Kegiatan tersebut dilanjutkan dengan ritual pengrupukan yang diwarnai dengan arakarakan ogoh-ogoh oleh anakanak muda. Arakan ogoh-ogoh dilakukan hampir di setiap desa pekraman di delapan kabupaten dan satu kota di Bali. Keesokan harinya melaksanakan ibadah Tapa Bratha Penyepian.

Empat pantangan tersebut meliputi tidak bekerja atau melakukan kegiatan (amati karya), tidak menyalakan lampu atau api (amati geni), tidak bepergian (amati lelungan), serta tidak mengadakan rekreasi, bersenang- senang, atau hura-hura (amati lelanguan ). “Pelaksanaan Catur Bratha Penyepian diawasi secara ketat oleh petugas keamanan desa adat (pecalang) di bawah koordinasi prajuru atau pengurus banjar setempat,” kata Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Bali I Ngurah Sudiana.

Melasti di Tegal-Brebes

Sekitar 200 umat Hindu dari Kota Tegal, Kabupaten Tegal, serta Kabupaten Brebes melakukan upacara Melasti di Pantai Alam Indah (PAI) menjelang Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1937 kemarin. Momentum Hari Raya dijadikan sebagai upaya menyucikan diri kembali. Para umat Hindu sudah memadati PAI sejak pukul 09.00 WIB untuk melakukan berbagai rangkaian upacara.

Upacara dilaksanakan sekitar 50 meter dari bibir pantai yang juga kerap ramai dikunjungi warga untuk berwisata. Upacara dimulai dengan memanjatkan doa kepada Sang Hyang Widhi. Setelah itu dilakukan larung sejumlah sesaji di antaranya ayam dan bebek. Kedua hewan ternak ini merupakan simbol kebaikan dan keburukan yang bersama-sama dilarung ke laut agar kembali pada keseimbangan.

Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia Kota Tegal I Gusti Nyoman Sudjana mengatakan upacara Melasti bertujuan untuk menyucikan diri atau membersihkan diri sebelum memasuki Hari Nyepi yang jatuh hari ini. “Upacara Melasti bertujuan untuk menyucikan diri baik mikrokosmos atau diri kita sendiri maupun makrokosmos atau jagat. Dengan kesucian itu kita bisa berkomunikasi dengan Tuhan.

Tidak ada penghalang,” ucapnya kemarin. Menurut Nyoman, upacara digelar di tepi laut karena laut itu bagi umat Hindu merupakan tempat suci karena bisa jadi penetralisasi setiap keburukan dan kebaikan yang ada di diri manusia dan alam. Selain itu, material air yang ada di laut juga merupakan sumber kehidupan.

“Kita mengajak untuk menyucikan diri dan jagat untuk meningkatkan semangat bekerja seperti tema Hari Raya Nyepi tahun ini,” ucapnya Nyoman menyebut ada sekitar 200 umat Hindu yang mengikuti upacara Melasti. Mereka berasal dari Kota dan Kabupaten Tegal serta Kabupaten Brebes.

“Ada sebagian umat yang juga berangkat ke Prambanan mengikuti upacara di sana,” ucap Nyoman. Salah seorang umat Hindu asal Kota Tegal, Dewa mengatakan, momen Hari Raya Nyepi menjadi saat untuk introspeksi diri atas apa yang sudah dilakukan selama satu tahun terakhir. “Introspeksi ini bagian dari upaya menyucikan diri melalui upacara Melasti,” katanya.

Ridho hidayat/ farid firdaus/ant
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9269 seconds (0.1#10.140)