Pameran Tingkat Nasional dan Internasional

Minggu, 15 Maret 2015 - 09:58 WIB
Pameran Tingkat Nasional...
Pameran Tingkat Nasional dan Internasional
A A A
PALEMBANG - PEMKAB OKI melalui Dinas Perindustrian Perdagangan dan koperasi (Disperindagkop) OKI, terus melakukan pembinaan masyarakat khususnya ibu-ibu pengolah purun secara tradisionil dalam bentuk tikar ke bentuk barang kerajinan lain seperti seperti sandal, tas, dompet, tempat tisu dan lain-lain.

Dengan pembinaan yang dilakukan ini produk yang dihasilkan menjadi bervariasi dan memiliki nilai jual lebih tinggi dan menambah penghasilan perajin purun. Kerajinan tangan yang menarik seperti tikar, sandal, tas menjadi salah satu sumber penghasilan masyarakat Pedamaran yang hasilnya telah dijual keluar Sumsel.

Keuntungan lain, semakin banyak purun dipergunakan sebagai bahan baku kerajinan anyaman dapat pengurangi tingkat kebakaran lahan gambut pada musim kemarau. “Yang dapat dilakukan pemerintah OKI selama ini guna menjaga tradisi tersebut menjadikan kerajinan purun sebagai handycraft khas OKI.

Perajin dibina dan hasilnya ditampilkan saat pameran tingkat nasional maupun internasional. Misalnya pada tahun 2012 lalu kerajinan purun ikut pameran di Taiwan,” ujar Kepala Disperindagkop OKI Herry Susanto. Sebelumnya, Bank Sumsel Babel cabang Kayuagung, lanjut Herry, ikut membantu permodalan mitra binaan perajin di Desa Pedamaran dengan Kredit Usaha Mikro (KUM).

Dia berharap, adanya bantuan permodalan membuat mikro lebih berkembang dan mampu bersaing dengan barang-barang kerajinan modern. Keterlibatan Disperindagkop dalam pembinaan sangat membantu perajin purun ditambah lagi kesiapan Bank Sumsel Babel membantu melalui program mitra binaan.

“Beberapa kegiatan yang sangat mendukung pengembangan usaha kerajinan purun ini telah ikut sertak dalam pameran di setiap even berskala nasional seperti Sriwijaya Expo & Craft. Selanjutnya perhelatan olahraga internasional SEA Games di Jakabaring. Saat itu, perajin purun ikut menyiapkan souvenir,” jelanya.

Kabag Humas Setda OKI Dedi Kurniawan mengatakan, pemerintah OKI menyadari tikar purun harus dilestarikan. “Pedamaran dari dulu sudah dikenal sebagai Kota Tikar dan tradisi mengayam purun sudah ada sejak dulu. Sudah menjadi kewajiban pemerintah menjaga dan melestarikanya,” katanya. Mengenai keberadaan perkebunan sawit diakui Dedi turut mengurangi ketersediaan bahan baku purun.

Saaat ini lebak purun Pedamaran tergusur akibat masuknya perusahaan sawit sehingga bahan baku purun didatangkan dari kecamatan lain. “Ini memang kontradiktif. Satu sisi tradisi dan kearifan lokal, dan sisi lain perkebunan sawit juga untuk kesejahteraan masyarakat. Salah satunya melalui program plasma. Tetapi yakin lah kerajinan purun tidak akan hilang karena pemerintah terus memperhatikanya,” tandasnya.

M rohali
(bhr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1053 seconds (0.1#10.140)