Elpiji Menghilang, IRT Menjerit
A
A
A
PEMATANGSIANTAR - Warga Pematangsiantar, terutama ibu rumah tangga (IRT), termasuk pedagang kecil, mengeluhkan makin mahalnya harga dan langkanya elpiji 3 kg hingga saat ini.
Kepada KORAN SINDO MEDAN, sejumlah ibu rumah tangga dan pemilik warung nasi serta penjual gorengan, menyesalkan sikap pemerintah yang sampai sekarang tidak mampu mengatasi masalah gas untuk rumah tangga yang masih sulit dibeli dan mahal harganya.
Ida Siregar, 52, ibu rumah tangga, warga Jalan Diponegoro, mengaku terpaksa membeli elpiji 3 kg dari pengecer di Jalan Sutomo Pematangsiantar dengan harga Rp22.000. Padahal, harga sebelumnya hanya Rp13.000. “Kenaikan harga elpiji 3 kg sudah terjadi beberapa kali dari Rp13.000 menjadi Rp18.000, dan naik lagi menjadi Rp21.000. Kini, harganya mencapai Rp22.000,” ujar Ida.
Ibu rumah tangga lainnya, Suriati, 45, cwarga Jalan Jawa, Pematangsiantar, mengaku terpaksa membeli peralatan memasak dari listrik untuk mengurangi pemakaian elpiji. “Untuk mengurangi pemakaian elpiji, terpaksa saya memasak air menggunakan peralatan dari listrik dengan kredit, daripada harus memakai kayu,” kata Suriati.
Kedua ibu rumah tangga ini berharap pasokan elpiji 3 kg dapat normal kembali, termasuk juga harganya tidak terlalu mahal. “Coba bayangkan saja, harga elpijinya sudah mahal, tapi susah dicari. Inikan sama saja menyusahkan rakyat. Apa saja kerja pemerintah ini,” sebut Suriati. Dia mengaku tak masalah elpiji naik, asalkan mudah didapatkan.
Ricky hutapea
Kepada KORAN SINDO MEDAN, sejumlah ibu rumah tangga dan pemilik warung nasi serta penjual gorengan, menyesalkan sikap pemerintah yang sampai sekarang tidak mampu mengatasi masalah gas untuk rumah tangga yang masih sulit dibeli dan mahal harganya.
Ida Siregar, 52, ibu rumah tangga, warga Jalan Diponegoro, mengaku terpaksa membeli elpiji 3 kg dari pengecer di Jalan Sutomo Pematangsiantar dengan harga Rp22.000. Padahal, harga sebelumnya hanya Rp13.000. “Kenaikan harga elpiji 3 kg sudah terjadi beberapa kali dari Rp13.000 menjadi Rp18.000, dan naik lagi menjadi Rp21.000. Kini, harganya mencapai Rp22.000,” ujar Ida.
Ibu rumah tangga lainnya, Suriati, 45, cwarga Jalan Jawa, Pematangsiantar, mengaku terpaksa membeli peralatan memasak dari listrik untuk mengurangi pemakaian elpiji. “Untuk mengurangi pemakaian elpiji, terpaksa saya memasak air menggunakan peralatan dari listrik dengan kredit, daripada harus memakai kayu,” kata Suriati.
Kedua ibu rumah tangga ini berharap pasokan elpiji 3 kg dapat normal kembali, termasuk juga harganya tidak terlalu mahal. “Coba bayangkan saja, harga elpijinya sudah mahal, tapi susah dicari. Inikan sama saja menyusahkan rakyat. Apa saja kerja pemerintah ini,” sebut Suriati. Dia mengaku tak masalah elpiji naik, asalkan mudah didapatkan.
Ricky hutapea
(ftr)