Dua Remaja Tewas di Danau Eks Galian C
A
A
A
SLAWI - Danau di bekas penambangan galian C di Dukuh Apu, Desa Karangdawa, Kecamatan Margasari, Kabupaten Tegal memakan korban.
Dua orang remaja tewas tenggelam saat bermain di lokasi yang menjadi objek wisata dadakan dan terkenal dengan sebutan Danau Beko kemarin. Kedua korban tersebut, yakni Mustofa, 19, Mahasiswa Univer sitas Pancasakti (UPS) Tegal, dan Amim, 16, siswa kelas 2 SMK Maarif Slawi. Mereka bertetangga di Dukuh Bogasari, Desa Jembayat RT 01/RW 11 Kecamatan Margasari.
Kedua korban awalnya bermain di lokasi kejadian bersama tiga orang temannya sekitar pukul 10.00 WIB. Puas berkeliling dan melihat-lihat pemandangan di sekitar lokasi, mereka kemudian memutuskan untuk berenang di danau. Amim lebih dulu terjun ke da nau bekas penambangan batukapur itu.
Saat itu korban yang tak bisa berenang mengira jika kondisi air di danau dangkal. Padahal kedalamannya mencapai sekitar 7 meter. Korban pun tenggelam dan berupaya ditolong oleh Musthofa yang melihat lebih dulu. Nahas, keduanya akhirnya justru samasama tenggelam dan akhirnya tewas di lokasi. “Korban Musthofa berusaha menolong korban Amim yang tenggelam tapi tidak berhasil dan malah ikut tenggelam,” ujar Kapolsek Margasari AKP Sugeng Subagyo kemarin.
Sugeng menyatakan lokasi kejadian merupakan bekas galian C yang setiap hari ramai didatangi warga dan menjadi obyek wisata dadakan. Sebab, di lokasi banyak terdapat kubangan bekas penggalian yang membentuk danau karena terus diguyur hujan. “Sebenarnya di lokasi bekas galian C ini sudah kami pasangi papan larangan berenang. Namun, tetap saja warga banyak yang tidak menghiraukan dan berdatangan untuk berenang,” papat Sugeng.
Perketat Aktivitas Galian C
Di Kendal, Dinas Perhubungan (Dishub) memperketat aktivitas galian C. Ini dilakukan untuk mengurangi kerusakan jalan dan protes dari warga. Kepala Dishub Subarso mengatakan aktivitas galian C mengatakan mayoritas kendaraan pengangkut galian C melebih batas tonase. Aktivitas galian C di antaranya dilakukan di Kecamatan Kaliwungu, Kaliwungu Selatan, Ngampel, dan Pegandon.
Dari 20 kecamatan yang ada di Kendal, jalan yang mengalami kerusakan parah yakni yang dilintasi kendaraan pengangkut galian C. “Operasi ini termasuk berat muatan dan juga jam aktivitas galian C. Sesuai aturan, pengangkut mulai aktivitas mulai pukul delapan pagi sampai pukul lima sore. Tapi, kenyataan di lapangan memang beda, bahkan mulai subuh sampai jam sepuluh malam. Ini yang akan kami tertibkan,” ucapnya.
Kendati demikian, pihaknya hanya berwenang untuk melakukan operasi. Sedangkan penilangan sudah menjadi kewenangan polisi. Kepala Desa Ngareanak, Kecamatan Singorojo, Agung Wi - djojo mengatakan pemerintah harus mengambil peran penting untuk mengatasi kerusakan galian C, baik perbaikan maupun mengantisipasi penyebabnya.
“Masyarakat itu sudah bosan dengan kondisi jalan rusak yang tak kunjung segera diperbaiki. Saya kira penyebabnya sudah jelas, tinggal ambil langkah dan bergerak,” ujarnya. Kerusakan diduga karena kon tur tanah yang gembur dan lalu lintas truk dengan tonase tinggi. Aktivitas kendaraan berat dengan tonase melebih ka - pasitas tersebut berjalan tiap hari.
“Hal ini juga perlu mendapat perhatian dari pemerintah, supaya jalan tidak mudah rusak. Selain itu, sangat mengganggu warga karena dari muali fajar sampai malam truk-truk itu lalu lalang,” papar Agung Widjojo.
Farid firdaus/ Wikha setiawan
Dua orang remaja tewas tenggelam saat bermain di lokasi yang menjadi objek wisata dadakan dan terkenal dengan sebutan Danau Beko kemarin. Kedua korban tersebut, yakni Mustofa, 19, Mahasiswa Univer sitas Pancasakti (UPS) Tegal, dan Amim, 16, siswa kelas 2 SMK Maarif Slawi. Mereka bertetangga di Dukuh Bogasari, Desa Jembayat RT 01/RW 11 Kecamatan Margasari.
Kedua korban awalnya bermain di lokasi kejadian bersama tiga orang temannya sekitar pukul 10.00 WIB. Puas berkeliling dan melihat-lihat pemandangan di sekitar lokasi, mereka kemudian memutuskan untuk berenang di danau. Amim lebih dulu terjun ke da nau bekas penambangan batukapur itu.
Saat itu korban yang tak bisa berenang mengira jika kondisi air di danau dangkal. Padahal kedalamannya mencapai sekitar 7 meter. Korban pun tenggelam dan berupaya ditolong oleh Musthofa yang melihat lebih dulu. Nahas, keduanya akhirnya justru samasama tenggelam dan akhirnya tewas di lokasi. “Korban Musthofa berusaha menolong korban Amim yang tenggelam tapi tidak berhasil dan malah ikut tenggelam,” ujar Kapolsek Margasari AKP Sugeng Subagyo kemarin.
Sugeng menyatakan lokasi kejadian merupakan bekas galian C yang setiap hari ramai didatangi warga dan menjadi obyek wisata dadakan. Sebab, di lokasi banyak terdapat kubangan bekas penggalian yang membentuk danau karena terus diguyur hujan. “Sebenarnya di lokasi bekas galian C ini sudah kami pasangi papan larangan berenang. Namun, tetap saja warga banyak yang tidak menghiraukan dan berdatangan untuk berenang,” papat Sugeng.
Perketat Aktivitas Galian C
Di Kendal, Dinas Perhubungan (Dishub) memperketat aktivitas galian C. Ini dilakukan untuk mengurangi kerusakan jalan dan protes dari warga. Kepala Dishub Subarso mengatakan aktivitas galian C mengatakan mayoritas kendaraan pengangkut galian C melebih batas tonase. Aktivitas galian C di antaranya dilakukan di Kecamatan Kaliwungu, Kaliwungu Selatan, Ngampel, dan Pegandon.
Dari 20 kecamatan yang ada di Kendal, jalan yang mengalami kerusakan parah yakni yang dilintasi kendaraan pengangkut galian C. “Operasi ini termasuk berat muatan dan juga jam aktivitas galian C. Sesuai aturan, pengangkut mulai aktivitas mulai pukul delapan pagi sampai pukul lima sore. Tapi, kenyataan di lapangan memang beda, bahkan mulai subuh sampai jam sepuluh malam. Ini yang akan kami tertibkan,” ucapnya.
Kendati demikian, pihaknya hanya berwenang untuk melakukan operasi. Sedangkan penilangan sudah menjadi kewenangan polisi. Kepala Desa Ngareanak, Kecamatan Singorojo, Agung Wi - djojo mengatakan pemerintah harus mengambil peran penting untuk mengatasi kerusakan galian C, baik perbaikan maupun mengantisipasi penyebabnya.
“Masyarakat itu sudah bosan dengan kondisi jalan rusak yang tak kunjung segera diperbaiki. Saya kira penyebabnya sudah jelas, tinggal ambil langkah dan bergerak,” ujarnya. Kerusakan diduga karena kon tur tanah yang gembur dan lalu lintas truk dengan tonase tinggi. Aktivitas kendaraan berat dengan tonase melebih ka - pasitas tersebut berjalan tiap hari.
“Hal ini juga perlu mendapat perhatian dari pemerintah, supaya jalan tidak mudah rusak. Selain itu, sangat mengganggu warga karena dari muali fajar sampai malam truk-truk itu lalu lalang,” papar Agung Widjojo.
Farid firdaus/ Wikha setiawan
(ftr)