Manfaatkan Pensiunan untuk Memproduksi Tas dan Dompet Lucu

Rabu, 11 Maret 2015 - 09:57 WIB
Manfaatkan Pensiunan untuk Memproduksi Tas dan Dompet Lucu
Manfaatkan Pensiunan untuk Memproduksi Tas dan Dompet Lucu
A A A
Sejak Kelurahan Wonolopo, Kecamatan Mijen, Kota Semarang ditetapkan menjadi Desa Wisata, warga setempat banyak yang kemudian membuat kerajinan tangan (handycraft ).

Mereka membuat kerajinan tas dan dompet dari kain perca untuk dijajakan kepada para wisatawan. Mungkin kerajinan kain perca mudah ditemui di tempat-tempat lain. Namun, hasil kreasi warga Desa Wisata Wonolopo ini berbeda karena dibuat khusus untuk anak-anak dengan model lucu. Salah satu perajin kain perca adalah Sugiarti, 57, warga di RT 3/RW VI Kelurahan Wonolopo.

Wanita yang memutuskan berbisnis setelah pensiun sebagai pengajar atau guru di sekolah swasta ini dapat membuat berbagai model tas dan dompet. “Pengabdian hampir selama 40 tahun di taman kanak-kanak (TK) memberi inisiatif saya membuat tas dan dompet, khusus hanya untuk anak-anak,” katanya ditemui di sebuah stan pameran yang digelar Pemkot Semarang di Lapangan Jatisari, Kecamatan Mijen, belum lama ini.

Sugi, nama panggilan Sugiarti, menuturkan, dia awalnya ingin beristirahat setelah pensiun. Kemudian dia berpikir untuk memanfaatkan keahlian menjahit yang dimiliki. Namun usaha yang dibuka di rumahnya itu tidak banyak pelanggannya. Sambil menunggu orang yang mau menggunakan jasanya, Sugi menjahit kain perca dibuat menjadi sebuah tas berukuran kecil unik. Tas tersebut ukurannya hanya sekitar 10 x 15 sentimeter, ada perekat, ritsleting, dan tali yang panjang atau pendek. Jiwa bisnis Sugi lantas tumbuh kembali.

Sewaktu suaminya masih hidup, dia juga pernah usaha toko kelontong di rumah. Dia yakin tas yang berhasil dibuat itu dapat laku terjual di pasar. Uang pensiunan yang didapatnya, sebagian dijadikan modal membeli kain perca di toko-toko pakaian. “Modal awalnya sekitar Rp500.000 untuk membeli kain perca dari toko-toko langsung. Sebab, kain perca yang dibutuhkan ukurannya harus lebih besar, kalau dari para penjahit kan ukurannya kecil-kecil,” ungkapnya.

Sugi kemudian menyempurnakan produk tasnya menjadi lebih menarik. Dengan menambah perekat dan ritsleting serta hanya memilih kain motif batik. Motif batik dianggap lebih menarik karena banyak corak dan warnanya, serta elegan yang membuat anak-anak tampil tampan atau cantik. “Corak dan warna yang beragam bisa membuat anak-anak tertarik. Sedangkan elegan akan membuat orang tua juga tertarik membeli untuk anaknya,” ucapnya.

Selain itu, Sugi juga memperbaiki desainnya menjadi lebih menarik sehingga tas itu cocok dipakai anak-anak bermain atau berjalan-jalan di mal atau tempat-tempat wisata. Simpel, ringan, juga nyaman dan aman untuk menyimpan barang atau sangu yang dibawa. Sugi yang memiliki prinsip usaha harus sabar ini baru menjalankan usahanya sekitar tiga bulan. Meski demikian, sudah mampu memproduksi kerajinan tas hampir seratusan. Kini dia sudah mulai membuat kerajinan dompet khusus untuk anak-anak. Masyarakat sudah mulai banyak yang tertarik dan membelinya.

“Saya melakukan promosi secara door to door , atau saat pergi ke rumah saudara atau teman pasti membawa tas dan dompet,” ucapnya. Tak hanya itu, Sugi juga selalu mempromosikan hasil kerajinannya dalam kegiatan pengajian atau pertemuan PKK. Sampai akhirnya dia juga membuat tas dan dompet untuk orang dewasa karena adanya permintaan dari ibu-ibu. Sekarang setiap hari kerajinan tas dan dompetnya bisa terjual belasan.

Tidak harus lagi melakukan promosi door to door karena pembeli mulai datang sendiri ke rumah. Bagaimana tidak? Karena tas dan dompet yang dijualnya hanya seharga Rp5.000-Rp30.000.

M ABDUH
Kota Semarang
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7475 seconds (0.1#10.140)