Candi Perwara Diberi Sentuhan Teknologi Modern

Jum'at, 06 Maret 2015 - 11:30 WIB
Candi Perwara Diberi...
Candi Perwara Diberi Sentuhan Teknologi Modern
A A A
YOGYAKARTA - Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Yogyakarta memakai teknologi modern saat memugar Candi Perwara. Teknologi ini memungkinkan kondisi candi tetap utuh jika sewaktu-waktu terjadi bencana gempa bumi. Arkeolog BPCB Yogyakarta Yoses Tazaq mengatakan, penggunaan sentuhan alat modern dalam pemugaran candi memang sudah dilakukan sejak lama.

Bahkan ketika Belanda melakukannya terhadap Candi Prambanan. Namun, berangsur waktu terus dikembangkan agar semakin lebih baik. Dulunya, sebagai pengunci antar batu yang disambungkan, memakai kuningan. Namun, meski tidak mudah berkarat, kelemahannya adalah mudah getas atau hingga patah. “Dulu pemugaran candi, memakai kuningan untuk mengunci batu satu dengan yang lain. Tapi banyak kelemahannya,” kata dia, ditemui di kompleks Candi Prambanan, kemarin.

Saat ini pun telah dikembangkan. Yaitu memakai besi, atau pengunci batu yang disebut dengan angkur . Angkur ini kelemahannya hanya satu, yaitu mengalami korosi atau biasa orang menyebutnya teyeng . “Namun akan kami lapisi nantinya dengan zat anti karat,” tuturnya. Pemasangan angkur untuk mengunci satu batu dengan batu yang lain ini pun tidak semuanya. Hanya yang sangat rawan sekali jatuh, ketika ada suatu guncangan atau gempa bumi bisa tetap aman.

“Setiap satu Candi Perwara, tidak bisa kami pastikan berapa jumlah angkur yang digunakan. Tapi hanya yang rawan-rawan saja yang kami pasangi. Agar tidak berbahaya kalau ada gempa,” ujarnya. Cara pemasangan angkur itu, terlebih dahulu batu tersebut dibor. Kemudian, baru diberi angkur untuk mengunci dengan batu lain. “Karena di dalam, jadi secara visual nanti tidak akan kelihatan,” ujarnya.

Selain memakai angkur , lanjut Yoses, agar ada perekat antar batu candi yang disusun tersebut, juga diberi larutan campuran bebatuan alami. Yaitu batu zeolit, gamping, serta pasir. “Semuanya dihaluskan, menjadi seperti tepung dan diinjeksikan ke batu yang sudah retak atau untuk perekat antar batu juga,” katanya. Larutan bebatuan alami tersebut digunakan untuk mengganti semen yang biasa digunakan.

Ini untuk meminimalkan penggunaan bahan kimia dalam pemugaran suatu candi. Seperti yang telah disarankan oleh UNESCO. “Kami tidak lagi memakai semen. Karena semen itu sangat berbahaya, ketika larut, bahan kimianya bisa merusak batu candi. Sementara, larutan alami dari bebatuan ini mempunyai keunggulan. Yaitu ketika ada guncangan, juga akan ikut bergoyang,” ujarnya.
Sementara, Kepala Seksi Perlindungan Pengembangan dan Pemanfaatan, BPCB Yogyakarta Wahyu Astuti menambahkan, saat ini proses pemugaran satu Candi Perwara masih dalam proses pembongkaran. Pendirian candi yang menghabiskan dana sekitar Rp1,2 miliar ini diperkirakan baru akan rampung pada akhir tahun mendatang. Selain dalam proses satu pemugaran Candi Perwara, pihaknya juga saat ini sedang melakukan studi teknis dan studi kelayakan terhadap dua candi lainnya.

Agar di tahun selanjutnya bisa segera diteruskan pemugaran candi yang berjumlah 224 unit mengitari candi utama kompleks Candi Prambanan ini. Karena saat ini, dari jumlah keseluruhan tersebut, baru dua di antaranya yang sudah berdiri. Itu pun dilakukan oleh Dinas Kebudayaan Hindia-Belanda, di masa penjajahan Belanda sekitar 1950-an silam. “Setelah dilakukan pembongkaran, baru kami susun candi itu,” ucapnya.

Ridho hidayat
(bhr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0880 seconds (0.1#10.140)