Stok Beras Sumsel Aman

Kamis, 05 Maret 2015 - 12:05 WIB
Stok Beras Sumsel Aman
Stok Beras Sumsel Aman
A A A
PALEMBANG - Stok beras di Provinsi Sumatera Selatan hingga enam bulan ke depan dinyatakan aman. Hal itu disampaikan Sekre taris Daerah Provinsi Sumsel Mukti Sulaiman kepada wartawan kemarin di Kantor DPRD Provinsi Sumsel.

Menurut dia, stok beras Sumsel tersebut saat ini berada di gudang Bulog. “Ya (beras) aman, karena saat ini sebanyak 75.000 ton lebih beras tersebut tersedia untuk enam bulan ke depan,” kata Sekda. Dia menjelaskan, yang paling penting saat ini dalam pendistribusiannya, yakni keberadaan beras raskin yang akan dibagikan untuk rumah tangga sasaran (RTS) di 17 kabupaten/kota di Sumsel.

Menurut Sekda, yang paling penting itu agar tidak terjadi salah sasaran dari proses pendistribusian hingga benar-benar sampai pada mereka yang berhak menerimanya. “Salah satu stok itu ya, beras raskin, karena sudah seharusnya dilakukan secara ketat pendistribusiannya hingga sampai pada mereka yang berhak menerimanya,” tegas dia.

Mukti mengungkapkan, agar tidak terjadi salah sasaran Pemprov Sumsel juga telah membentuk tim yang khusus melakukan pembagian raskin tersebut. Mulai dari tingkat provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, hingga ke desa-desa. “Jadi titik distribusi itu benar-benar diharapkan sampai pada masyarakat. Dan juga turut diawasi oleh bupati atau wali kota,” tegas dia.

Pemprov Sumsel juga, tambah Mukti, akan terus mendorong untuk memperjuangkan keberadaan raskin tersebut. Jika terjadi kekurangan, maka pemerintah dapat meminta tambahan ke Bulog pusat. “Intinya gubernur juga turut mengawasi semuanya,” kata dia. Sementara itu, Ketua Komisi III DPRD Provinsi Su msel, Agus Sutikno menilai, Sumsel sebenarnya tidak perlu mengkhawatirkan terjadinya kelangkaan beras.

Sebab, saat ini sentra produksi padi di Sumsel telah memasuki masa panen. “Nah, yang justru ketakutan itu di tingkatan petani, sebab dengan stok 75.000 ton di Bulog ditambah hasil panen padi petani bisa membuat anjlok harga beras di tingkat petani,” jelas Agus. Dia mengungkapkan, ketakutan itu bukan hanya lantaran banyaknya jumlah padi yang dapat menurunkan harga, tetapi juga ditambah ulah spekulan dari mafia beras yang membeli padi petani dengan harga yang sangat rendah.

“Ini yang dikhawatirkan, karena itu spekulan ini yang perlu diberantas. Sebab begini, saya meyakini beras ini ada mafianya loh. Sedangkan petani dalam posisi yang lemah karena tidak punya kemampuan dalam pendanaan,” kata dia.

Seharusnya, para petani itu dapat menjual hal panen mereka dengan kondisi yang menguntungkan. Bukan sebaliknya, menjual rugi kepada para spekulan tersebut. “Karena produksi padi itu sepanjang mata rantainya tidak bisa dipecahkan, selama tidak ada uluran tangan tidak akan membuat harganya baik,” jelas dia.

Muhammad uzair
(bhr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7839 seconds (0.1#10.140)