Warga Keluhkan Kualitas Beras
A
A
A
BANTUL - Sejumlah warga Desa Srimartani mengeluhkan kualitas beras dalam operasi pasar yang di laksanakan di Kantor Kelurahan Srimartani.
Pasalnya, beras yang dijual dalam operasi pasar tersebut kualitasnya sama dengan beras miskin (raskin) yang dibagikan kepada warga miskin. Sehingga, beberapa warga urung membeli operasi Pasar Murni (OPM). OPM tahap pertama ini terlihat lengang.
Dalam OPM yang dilaksanakan di Kantor Kelurahan Srimartani, kemarin, terlihat ada beberapa orang yang kembali tanpa membawa beras. Mereka beralasan, beras yang dijual kualitasnya jelek sama dengan raskin. Beras tersebut selain banyak yang tidak utuh juga warnanya kusam seperti raskin. “Berasnya sama dengan raskin. Saya tahu betul, wong saya sering memegang raskin,” ujar salah seorang ibu rumah tangga yang menggunakan sepeda motor Honda Supra tanpa mau disebutkan namanya.
Hal senada juga disampaikan Rubiyem yang datang bersama anaknya. Dia enggan membeli beras tersebut karena merasa rugi. Apalagi, Jumat (6/3) raskin di desanya sudah mulai didistribusikan. Dia urung membeli karena harus merogoh kocek lebih banyak dibanding dengan raskin yang dibagikan. Dia lebih memilih menunggu raskin saja ketimbang membeli beras OPM seharga Rp7.400 per kg, sementara raskin hanya Rp6.800.
Sementara itu, Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi (Disperindagkop) Bantul Sulistyanto mengklaim, beras yang dijual dalam OPM tersebut sudah sangat layak. Beras tersebut jelas-jelas bukan raskin dan kualitasnya jauh lebih bagus. Jika beras tersebut raskin, kemungkinan besar kemasannya tidak transparan seperti saat ini. “Kalau raskin pasti tidak berani dijual dengan kemasan plastik lima kilogram,” ucapnya ketika memantau pelaksanaan OPM beras murah di Desa Srimartani, kemarin.
Dia menduga, warga yang urung membeli tersebut adalah pedagang beras. Sehingga, warga tersebut enggan membeli beras setelah melihat kondisinya. Menurutnya, perilaku pedagang selalu saja mengatakan kualitas berasnya jelek agar bisa mendapatkan harga lebih murah.
Dia menjamin kualitasnya bagus, karena sebelum didistribusikan dalam OPM, pihaknya sudah melakukan pengecekan ke gudang Badan Urusan Logistik (Bulog). Dia akan menolak jika beras yang dijual dalam OPM tersebut kualitasnya jelek. Dalam OPM tahap pertama ini, semua beras kualitasnya bagus terlihat dari luar kemasan. “Kami sudah cek ke gudang tadi pagi,” ucapnya.
Sulis mengatakan, Kabupaten Bantul mulai melaksanakan operasi pasar murni (OPM) beras murah. Empat dari 17 kecamatan yang ada di Kabupaten ini tidak mengajukan OPM beras karena beberapa alasan. Empat kecamatan tersebut di antaranya Bantul, Pajangan, Pleret, dan Pandak.
Kemarin, pihaknya melaksanakan operasi pasar beras murah ke pemukiman- pemukiman warga. Untuk tahap pertama, pihaknya menunjuk Desa Srimartani, Kecamatan Piyungan dengan alokasi 2 ton.
Selanjutnya, secara bertahap, OPM ini akan dilaksanakan di daerah lain sesuai jadwal yang ditetapkan sebelumnya. “Alokasinya sesuai dengan permintaan dari masing- masing desa. Jadi total untuk Bantul berapa? Kami belum kalkulasi,” tandasnya.
Erfanto linangkung
Pasalnya, beras yang dijual dalam operasi pasar tersebut kualitasnya sama dengan beras miskin (raskin) yang dibagikan kepada warga miskin. Sehingga, beberapa warga urung membeli operasi Pasar Murni (OPM). OPM tahap pertama ini terlihat lengang.
Dalam OPM yang dilaksanakan di Kantor Kelurahan Srimartani, kemarin, terlihat ada beberapa orang yang kembali tanpa membawa beras. Mereka beralasan, beras yang dijual kualitasnya jelek sama dengan raskin. Beras tersebut selain banyak yang tidak utuh juga warnanya kusam seperti raskin. “Berasnya sama dengan raskin. Saya tahu betul, wong saya sering memegang raskin,” ujar salah seorang ibu rumah tangga yang menggunakan sepeda motor Honda Supra tanpa mau disebutkan namanya.
Hal senada juga disampaikan Rubiyem yang datang bersama anaknya. Dia enggan membeli beras tersebut karena merasa rugi. Apalagi, Jumat (6/3) raskin di desanya sudah mulai didistribusikan. Dia urung membeli karena harus merogoh kocek lebih banyak dibanding dengan raskin yang dibagikan. Dia lebih memilih menunggu raskin saja ketimbang membeli beras OPM seharga Rp7.400 per kg, sementara raskin hanya Rp6.800.
Sementara itu, Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi (Disperindagkop) Bantul Sulistyanto mengklaim, beras yang dijual dalam OPM tersebut sudah sangat layak. Beras tersebut jelas-jelas bukan raskin dan kualitasnya jauh lebih bagus. Jika beras tersebut raskin, kemungkinan besar kemasannya tidak transparan seperti saat ini. “Kalau raskin pasti tidak berani dijual dengan kemasan plastik lima kilogram,” ucapnya ketika memantau pelaksanaan OPM beras murah di Desa Srimartani, kemarin.
Dia menduga, warga yang urung membeli tersebut adalah pedagang beras. Sehingga, warga tersebut enggan membeli beras setelah melihat kondisinya. Menurutnya, perilaku pedagang selalu saja mengatakan kualitas berasnya jelek agar bisa mendapatkan harga lebih murah.
Dia menjamin kualitasnya bagus, karena sebelum didistribusikan dalam OPM, pihaknya sudah melakukan pengecekan ke gudang Badan Urusan Logistik (Bulog). Dia akan menolak jika beras yang dijual dalam OPM tersebut kualitasnya jelek. Dalam OPM tahap pertama ini, semua beras kualitasnya bagus terlihat dari luar kemasan. “Kami sudah cek ke gudang tadi pagi,” ucapnya.
Sulis mengatakan, Kabupaten Bantul mulai melaksanakan operasi pasar murni (OPM) beras murah. Empat dari 17 kecamatan yang ada di Kabupaten ini tidak mengajukan OPM beras karena beberapa alasan. Empat kecamatan tersebut di antaranya Bantul, Pajangan, Pleret, dan Pandak.
Kemarin, pihaknya melaksanakan operasi pasar beras murah ke pemukiman- pemukiman warga. Untuk tahap pertama, pihaknya menunjuk Desa Srimartani, Kecamatan Piyungan dengan alokasi 2 ton.
Selanjutnya, secara bertahap, OPM ini akan dilaksanakan di daerah lain sesuai jadwal yang ditetapkan sebelumnya. “Alokasinya sesuai dengan permintaan dari masing- masing desa. Jadi total untuk Bantul berapa? Kami belum kalkulasi,” tandasnya.
Erfanto linangkung
(ftr)