Terancam Tidak Dapat Piala Adipura
A
A
A
MUARAENIM - Kabupaten Muaraenim terancam tidak lagi mendapatkan Piala Adipura tahun 2015 jika kondisi jalan, khususnya di dalam kota masih dalam kondisi rusak dan tidak terawat.
Selain faktor kerusakan jalan, hal lain yang bisa mengancam jeleknya penilaian Adipura untuk Kota Muaraenim tahun ini adalah tingginya tingkat pencemaran yang ditimbulkan oleh maraknya angkutan batu bara. Belum lagi kondisi Pasar Inpres dan penataan parkir di seputaran pasar Inpres Muaraenim yang semakin semrawut.
Kepala Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Muaraenim Zulkarnain tidak menampik kondisi lingkungan Muaraenim, khususnya jalan dalam kota bisa mengancam predikat Muaraenim sebagai kota peraih Adipura. Padahal menurutnya, Muaraenim memiliki target tahun ini akan meraih Adipura Kencana.
“Kita tidak usah bicara Adipura Kencana, tapi Piala Adipura yang ke-10 saja kita pesimis akan kita dapatkan dengan kondisi jalan dalam kita yang seperti sekarang ini,” katanya, baru-baru ini. Kondisi jalan dan kelancaran transportasi menurutnya jelas sangat memengaruhi penilaian Adipura. Titik kerusakan jalan khususnya menjelang masuk Kota Muaraenim dari arah Palembang sudah terkategori parah.
Apalagi menurutnya, terkait kondisi jalan yang merupakan jalan negara tersebut, Pemkab Muaraenim melalui dinas dan instansi terkait dalam hal ini Dinas PU Bina Marga, tidak memiliki kewenangan yang kuat. Karena memang tanggung jawab untuk perbaikan dan perawatan jalan adalah kewenangan pusat melalui Balai Besar Jalan dan Jembatan Wilayah II Palembang.
“Tapi minimal kita kabupaten bisa berkoordinasi, tapi kalau tidak jelas perolehan Piala Adipura kita tahun ini terancam,” katanya. Apalagi menurutnya, berdasarkan jadwal penilaian tim penilai Adipura, pada Maret ini tim sudah turun dan melakukan penilaian. Sementara, kondisi jalan dalam kota masih sangat banyak kerusakan. Terkait tingginya kepekatan debu akibat angkutan batu bara menurut Zulkipli memang sudah sangat luar biasa.
Meskipun saat ini sudah masuk musim hujan, debu yang ditimbulkan angkutan batu bara tersebut masih sangat tinggi. “Kalau soal debu batu bara, kita tidak usah bicara soal Adipura, tapi kita bicara soal kesehatan lingkungan kita di Muaraenim ini sudah sangat tercemar dan terganggu oleh debu batu bara,” tegasnya.
Sementara Kasat Pol PP Muaraenim Riswandar mengatakan, pihaknya terus berusaha menata dan mengatur para pedagang yang berjualan di Pasar Inpres Muaraenim. Karena para pedagang khususnya pedagang sayur lebih memilih berjualan di jalanan di seputaran Pasar Inpres daripada di lantai dua gedung C Pasar Inpres tersebut.
“Kita terus awasi dan jaga jangan sampai mereka berjualan di jalan lagi, karena informasi tim penilai Adipura tidak lama lagi akan melakukan penilaian,” katanya.
Irhamudin sp
Selain faktor kerusakan jalan, hal lain yang bisa mengancam jeleknya penilaian Adipura untuk Kota Muaraenim tahun ini adalah tingginya tingkat pencemaran yang ditimbulkan oleh maraknya angkutan batu bara. Belum lagi kondisi Pasar Inpres dan penataan parkir di seputaran pasar Inpres Muaraenim yang semakin semrawut.
Kepala Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Muaraenim Zulkarnain tidak menampik kondisi lingkungan Muaraenim, khususnya jalan dalam kota bisa mengancam predikat Muaraenim sebagai kota peraih Adipura. Padahal menurutnya, Muaraenim memiliki target tahun ini akan meraih Adipura Kencana.
“Kita tidak usah bicara Adipura Kencana, tapi Piala Adipura yang ke-10 saja kita pesimis akan kita dapatkan dengan kondisi jalan dalam kita yang seperti sekarang ini,” katanya, baru-baru ini. Kondisi jalan dan kelancaran transportasi menurutnya jelas sangat memengaruhi penilaian Adipura. Titik kerusakan jalan khususnya menjelang masuk Kota Muaraenim dari arah Palembang sudah terkategori parah.
Apalagi menurutnya, terkait kondisi jalan yang merupakan jalan negara tersebut, Pemkab Muaraenim melalui dinas dan instansi terkait dalam hal ini Dinas PU Bina Marga, tidak memiliki kewenangan yang kuat. Karena memang tanggung jawab untuk perbaikan dan perawatan jalan adalah kewenangan pusat melalui Balai Besar Jalan dan Jembatan Wilayah II Palembang.
“Tapi minimal kita kabupaten bisa berkoordinasi, tapi kalau tidak jelas perolehan Piala Adipura kita tahun ini terancam,” katanya. Apalagi menurutnya, berdasarkan jadwal penilaian tim penilai Adipura, pada Maret ini tim sudah turun dan melakukan penilaian. Sementara, kondisi jalan dalam kota masih sangat banyak kerusakan. Terkait tingginya kepekatan debu akibat angkutan batu bara menurut Zulkipli memang sudah sangat luar biasa.
Meskipun saat ini sudah masuk musim hujan, debu yang ditimbulkan angkutan batu bara tersebut masih sangat tinggi. “Kalau soal debu batu bara, kita tidak usah bicara soal Adipura, tapi kita bicara soal kesehatan lingkungan kita di Muaraenim ini sudah sangat tercemar dan terganggu oleh debu batu bara,” tegasnya.
Sementara Kasat Pol PP Muaraenim Riswandar mengatakan, pihaknya terus berusaha menata dan mengatur para pedagang yang berjualan di Pasar Inpres Muaraenim. Karena para pedagang khususnya pedagang sayur lebih memilih berjualan di jalanan di seputaran Pasar Inpres daripada di lantai dua gedung C Pasar Inpres tersebut.
“Kita terus awasi dan jaga jangan sampai mereka berjualan di jalan lagi, karena informasi tim penilai Adipura tidak lama lagi akan melakukan penilaian,” katanya.
Irhamudin sp
(bhr)