Jalankan Hobi Hingga Misi NKRI

Minggu, 01 Maret 2015 - 10:51 WIB
Jalankan Hobi Hingga...
Jalankan Hobi Hingga Misi NKRI
A A A
PALEMBANG - Mengudara dengan media radio amatir, atau dikenal dengan ngebraek telah berkembang sejak lama. Bahkan pada zaman kemerdekaan, komunikasi elektronik ini sangat berperan untuk menyebarkan informasi kepada publik.

Beragam media informasi dan komunikasi terus berkembang setiap saat, namun keberadaan komunitas radio amatir masih tetap eksis. Tidak terkecuali di Sumsel. Para penggiat, hingga pengguna radio amatir, masih bertahan dengan hobi mereka yang berkutat dengan frekuensi radio.

Apalagi kecanggihan perangkat radio mengalami perkembangan yang terus diikuti kalangan radio amatir. Bagi mereka, berselancar di udara tidak hanya sebatas hobi. Radio amatir memiliki misi komunikasi, pertolongan darurat (emergency) hingga penyelamatan teritori negara.

Komunikasi yang terjalin di banyak kanal udara itu juga mengandalkan kemampuan sandi morse dan perbedaan bahasa. “Dulu, radio amatir satusatunya media komunikasi elektonik yang paling banyak digunakan masyarakat. Sampai sekarang, masih banyak yang bermain, meski penikmatnya tidak sebanyak dulu,” ujar amatir radio, Robby Sandes.

Menurutnya perkembangan radio amatir saat ini tetap digandrungi meski trendnya di Indonesia mulai ditinggalkan para kawula muda. Robby yang mengudara sejak tahun 2004, mengatakan, di luar negeri, penyuka radio amatir cenderung anak muda atau pelajar. “Di luar negeri, mulai sedari sekolah dasar mereka sudah dikenalkan pada dunia elektronik termasuk radio amatir serta aplikasinya yang beragam,” tutur Kabag Humas Pemkab Banyuasin ini.

Sementara di Indonesia, kata dia, para radio amatir banyak yang berusia tua. Dalam beberapa kali lomba dan kegiatan, geliat radio amatir di Indonesia sangat turun. “Banyak faktor yang membuat para pelaku amatir radio di Indonesia menurun. Salah satu penyebabnya minimnya dukungan dari pemerintah. Di luar negeri, pemerintah mendukung perkembangan radio amatir di dunia pendidikan, hingga pemanfaatan sumber daya manusia,” ungkapnya.

Sebagai alat komunikasi dan sosialisasi, kata dia, keberadaan radio amatir bisa dikatakan yang pertama di dunia sebelum adanya trend media sosial seperti Facebook, Line, Path, WatsApp dan sejenisya. “Jauh sebelum ada medsos, radio amatir menjadi satu-satunya media yang bisa melakukan komunikasi jarak jauh dengan seluruh wilayah di dunia dan saling terkoneksi,” terangnya.

Mengenai topik yang diperbincangkan saat berelancar dia udara, lanjut dia, obrolan yang dilakukan sesama mereka biasanya lebih banyak tentang perkembangan radio amatir di masing-masing wilayah. “Jika ketemu amatir radio di Asia, biasanya kami pakai bahasa Melayu. Tapi, jika sudah menyeberang ke negara yang lebih jauh lagi, komunikasi formal dengan bahasa Inggris,” ujar pemilik nama radio YD4IRS ini.

Tasmalinda
(bhr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1332 seconds (0.1#10.140)