Siang Panas, Malam Hujan Deras
A
A
A
PALEMBANG - Menjelang pergantian musim menuju musim kemarau (pancaroba) Juni mendatang, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) SMB II Palembang memprediksikan curah hujan meningkat di malam hari.
Sementara, di siang hari diprediksikan akan terjadi peningkatan penguapan atau suhu cukup panas. Karena itu, BMKG SMB II Palembang meminta masyarakat Palembang dan sekitarnya mengantisipasi terjadinya pancaroba tersebut.
Kepala Seksi (Kasi) Observasi dan Informasi BMKG SMB II Palembang Agus Santosa mengatakan, menjelang Mei, Kota Palembang dan sekitarnya sudah akan menjelang musim kemarau. Akan tetapi, musim kemarau yang baru akan berlangsung pada Juni mendatang, akan didahului dengan musim pancaroba, pada Maret dan April nanti.
Untuk musim pancaroba ini, kata dia, terdapat dua kemungkinan gejala alam yang saling mendukung yakni makin tinggi penguapan dan makin tinggi curah hujan di malam hari. “Iya, frekuensi hujannya masih ada, dan masih akan terjadi hingga Juli nanti. Akan tetapi, memang masih fluktuatif di sejumlah tempat,” ujarnya saat dihubungi KORAN SINDO PALEMBANG, kemarin.
Akan tetapi, dengan peningkatan curah hujan, juga akan terjadi penguapan yang cukup tinggi di siang hari. Hal ini sebagai gejala alam yang menyertai pergantian musim hujan menuju musim kemarau nantinya. “Selain hujan masih tinggi, juga masih akan panas di siang hari,” ujarnya. Untuk musim pancaroba ini, ia menuturkan, akan cukup banyak terjadi frekuensi hujan yang tinggi, tetapi frekuensinya tidak sederas hujan pada musim hujan.
Sementara, proses penguapan masih berlangsung tinggi, guna menghasilkan awan penghasil hujan yang lebih sering berlangsung di sore dan malam hari. “Iya, ciri musim pancaroba seperti itu. Sering hujan, tapi tidak merata dan tidak cukup deras, hanya kondisi panas di siang hari juga masih terjadi,” paparnya. Pergerakan matahari mendekati garis ekuator dikatakan Agus cukup berpengaruh dengan curah hujan, ketinggian gelombang, dan pemanasan di siang hari.
Sementara, menjelang bulan kemarau nantinya, curah hujan akan berkurang lebih konstan dibandingkan dengan musim pancaroba, “Bukan berarti nantinya di musim kemarau tidak ada hujan. Ada hujan, namun frekuensi dan intensitasnya kecil. Sementara, posisi matahari sudah lebih turun,” tandasnya. Sebelumnya, ia mengatakan kondisi pancaroba di Sumsel juga akan diiringi dengan gejala alam banjir, tanah longsor dan ketinggian gelombang yang fluk tuatif.
Karena itu, masyarakat diharapkan untuk lebih waspada terhadap gejala alam tersebut, termasuk jika terjadi hujan dengan intensitas yang tinggi di malam hari. Ditambahkan Kasi Data dan Informasi BMKG Kenten Palembang, Indra Purna, kondisi hujan akan berlangsung hingga April mendatang akan disertai dengan kondisi panas yang merupakan proses penguapan pada siang hari.
Hujan di Sumsel, terutama Palembang dan sekitarnya masih akan berlangsung hingga dua bulan mendatang, sebelum nantinya akan memasuki musim kemarau. “Untuk kemarau, belum terdeteksi gejala khusus yang akan menyertai, kita berharap kemaraunya normal saja,” ungkapnya.
Tasmalinda
Sementara, di siang hari diprediksikan akan terjadi peningkatan penguapan atau suhu cukup panas. Karena itu, BMKG SMB II Palembang meminta masyarakat Palembang dan sekitarnya mengantisipasi terjadinya pancaroba tersebut.
Kepala Seksi (Kasi) Observasi dan Informasi BMKG SMB II Palembang Agus Santosa mengatakan, menjelang Mei, Kota Palembang dan sekitarnya sudah akan menjelang musim kemarau. Akan tetapi, musim kemarau yang baru akan berlangsung pada Juni mendatang, akan didahului dengan musim pancaroba, pada Maret dan April nanti.
Untuk musim pancaroba ini, kata dia, terdapat dua kemungkinan gejala alam yang saling mendukung yakni makin tinggi penguapan dan makin tinggi curah hujan di malam hari. “Iya, frekuensi hujannya masih ada, dan masih akan terjadi hingga Juli nanti. Akan tetapi, memang masih fluktuatif di sejumlah tempat,” ujarnya saat dihubungi KORAN SINDO PALEMBANG, kemarin.
Akan tetapi, dengan peningkatan curah hujan, juga akan terjadi penguapan yang cukup tinggi di siang hari. Hal ini sebagai gejala alam yang menyertai pergantian musim hujan menuju musim kemarau nantinya. “Selain hujan masih tinggi, juga masih akan panas di siang hari,” ujarnya. Untuk musim pancaroba ini, ia menuturkan, akan cukup banyak terjadi frekuensi hujan yang tinggi, tetapi frekuensinya tidak sederas hujan pada musim hujan.
Sementara, proses penguapan masih berlangsung tinggi, guna menghasilkan awan penghasil hujan yang lebih sering berlangsung di sore dan malam hari. “Iya, ciri musim pancaroba seperti itu. Sering hujan, tapi tidak merata dan tidak cukup deras, hanya kondisi panas di siang hari juga masih terjadi,” paparnya. Pergerakan matahari mendekati garis ekuator dikatakan Agus cukup berpengaruh dengan curah hujan, ketinggian gelombang, dan pemanasan di siang hari.
Sementara, menjelang bulan kemarau nantinya, curah hujan akan berkurang lebih konstan dibandingkan dengan musim pancaroba, “Bukan berarti nantinya di musim kemarau tidak ada hujan. Ada hujan, namun frekuensi dan intensitasnya kecil. Sementara, posisi matahari sudah lebih turun,” tandasnya. Sebelumnya, ia mengatakan kondisi pancaroba di Sumsel juga akan diiringi dengan gejala alam banjir, tanah longsor dan ketinggian gelombang yang fluk tuatif.
Karena itu, masyarakat diharapkan untuk lebih waspada terhadap gejala alam tersebut, termasuk jika terjadi hujan dengan intensitas yang tinggi di malam hari. Ditambahkan Kasi Data dan Informasi BMKG Kenten Palembang, Indra Purna, kondisi hujan akan berlangsung hingga April mendatang akan disertai dengan kondisi panas yang merupakan proses penguapan pada siang hari.
Hujan di Sumsel, terutama Palembang dan sekitarnya masih akan berlangsung hingga dua bulan mendatang, sebelum nantinya akan memasuki musim kemarau. “Untuk kemarau, belum terdeteksi gejala khusus yang akan menyertai, kita berharap kemaraunya normal saja,” ungkapnya.
Tasmalinda
(bhr)