Dulu Pusat Kesenian Warga Sekarang Jadi Tempat Mesum

Rabu, 25 Februari 2015 - 13:31 WIB
Dulu Pusat Kesenian Warga Sekarang Jadi Tempat Mesum
Dulu Pusat Kesenian Warga Sekarang Jadi Tempat Mesum
A A A
KOTA SEMARANG - Siapa yang tak kenal Tugu Sidandang? Prasasti yang berada di Kelurahan Purwosari, Kecamatan Mijen, Kota Semarang ini dulunya terkenal sebagai pusat kesenian warga. Berbagai macam pertunjukan budaya digelar di tempat ini.

Namun kini kondisinya sudah sangat memprihatinkan. Selain tak terurus juga penuh aksi coret-coretan atau fandalisme, bahkan kini menjadi tempat mesum. Di bagian dinding tertulis Tugu Sidandang dibangun 1996 pada masa kepemimpinan Wali Kota Semarang Soetrisno Suharto.

Ada arena terbuka di kompleks itu yang dulu sebagai tempat pertunjukan. Pada masa itu, keberadaannya diharapkan mampu mendukung rencana pengembangan wisata Agro Sodong di Mijen. Saat itu, Agro Sodong di Purwosari akan dikembangkan sebagai langkah antisipatif kecenderungan wisatawan untuk kembali kepada keadaan alami (back to nature).

Luas kawasan areal agro ini kurang lebih sekitar 152.570 hektare. Banyak pemandangan (spot) menarik di kawasan Agro Sodong ini. Karenanya, pemkot ingin menjadikan wisata Agro Sodong area pertanian dan pariwisata terpadu. Potensi yang dimiliki area Sodong ini antara lain hutan jati, hutan wisata, kebun buah, tanaman keras, tuk si Upas, tuk si Kalong, tuk Jatiombo, dan tuk si Dandang.

Nama Tugu Sidandang adalah diambil dari nama mata air (tuk) Sidandang ini. Yang mengalir tak jauh dari Tugu Sidandang, dan mengaliri sawah-sawah milik warga Purwosari. Tugu Sidandang berbentuk replika dandang atau tempat menanak nasi pada zaman dulu, dengan tinggi sekitar 15 meter termasuk fondasi.

Diameternya bagian atas dan bawah sekitar 3 meter dan bagian tengah 2 meter. Tugu tersebut berbahan lempengan tembaga. Saat koran ini mengunjungi lokasi kemarin, kompleks area Tugu Sidandang sangat sepi dan banyak ditumbuhi semak belukar. Banyak aksi fandalisme lewat corat-coret di bagian tugu tersebut.

Tidak ada penjaganya sama sekali. Di kompleks itu juga terdapat bangunan kantor tetapi kosong tak berpenghuni, dan kondisinya rusak serta sangat kotor sekali. Di bekas bangunan kantor itu dan tempat yang dulu menjadi arena pertunjukan, malah terdapat sejumlah pasangan muda-mudi terlihat sedang berpacaran.

Ironisnya, mereka adalah pelajar yang masih memakai pakaian seragam sekolah. Menurut penuturan warga sekitar, ketika siang atau sore kompleks Tugu Sidandang memang banyak dimanfaatkan oleh para ABG (anak baru gede) untuk berpacaran.

“Dahulu di sini untuk kegiatan berkesenian, tetapi sekarang jadi tempat ‘aman’ untuk berpacaran,” kata Usmar Yasir warga setempat, kemarin. Hampir setiap hari, menurutnya, selalu ada mudamudi berpasangan masuk ke area Tugu Sidandang. Semak belukar yang tinggi dan cukup jauh dari perumahan warga menjadikan area ini nyaman bagi mereka untuk berpacaran.

Kondisi yang sepi dan penuh semak ini juga menjadikan tempat ini berkesan angker. Replika dandang terlihat juga sudah tidak utuh, banyak lempengannya yang terlihat sudah hilang. Menurut Abdul Wahid, pegiat wisata Semarang mengatakan, sejak 2008 mulai terjadi aksi pencurian tembaga di Tugu Sidandang. Tapi hingga sekarang pihak terkait di Kota Semarang belum juga mengembalikan fungsi dari dibangunnya Tugu Sidandang tersebut.

Padahal bila dicermati, menurut dia, sebenarnya tugu yang bergaya khas mirip candi Hindu Jawa ini menyimpan banyak potensi wisata, dan bisa mengangkat budaya khas Kecamatan Mijen. Dia berharap, ada kejelasan tentang nasib tugu yang pernah bergaung untuk kegiatan seni maupun budaya masyarakat sekitar.

“Tolong diberi kejelasannya, katanya dahulu mau jadi objek yang juga disinergikan dengan wisata Agro Sodong di Mijen,” katanya. Dia berharap, Pemkot Semarang dapat menghidupkan kegiatan yang sekitar 19 tahun lalu pernah hidup dan segala kerusakan diperbaiki. Kepala Bidang Pembinaan Industri Pariwisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang Giarso Sapto mengakui bila kondisi Tugu Sidandang memang memprihatinkan.

Namun pihaknya tidak bisa berbuat banyak karena tidak ada anggaran untuk memperbaiki dan mengembangkannya. Bahkan di tahun anggaran 2015 ini juga tidak dianggarkan, karena dianggap Tugu Sidandang bukan termasuk potensi yang prioritas untuk dikembangkan.

Untuk perawatan pun juga tidak ada anggarannya. “Tahun 2015 ini tidak dianggarkan, setelah mempertimbangkan potensi dan skala prioritasnya. Dan sudah 10 tahun tidak dianggarkan untuk perawatan,” katanya.

M ABDUH
(bhr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3233 seconds (0.1#10.140)