Jembatan Hanyut, Siswa SD di Kendal Seberangi Sungai
A
A
A
KENDAL - Anak-anak di Dusun Cipluk, Desa Sidokumpul, Kecamatan Patean, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, hampir setiap hari harus berjuang menyeberangi sungai yang arusnya deras untuk berangkat ke sekolah.
Satu-satunya jembatan penghubung hanyut terbawa arus sungai dan sudah tiga tahun belum juga diperbaiki. Jika hujan turun dan arus sungai deras, puluhan anak-anak ini terpaksa tidak berangkat ke sekolah.
Pemandangan seperti itu dapat dijumpai hampir setiap pagi, saat jam berangkat sekolah. Anak-anak itu harus menyeberangi sungai yang arusnya cukup deras untuk berangkat ke sekolah. Dari rumah, anak-anak ini sudah menenteng sepatu lantas terjun ke sungai untuk menyeberang.
Anak-anak itu harus hati-hati karena selain arus sungai yang cukup deras, batu yang ada di sungai juga licin. Mereka yang masih kecil terpaksa digendong oleh temannya yang lebih besar. Ada juga yang harus digendong oleh warga ataupun orangtua mereka menyeberangi sungai.
Sudah lebih dari dua tahun anak-anak ini berjuang hanya untuk bersekolah di SD Negeri 3 Sidokumpul Kecamatan Patean, yang merupakan satu-satunya sekolah terdekat. Tidak ada jalan lain.
Anak-anak itu mengaku takut jika menyeberangi sungai ini setiap harinya. Namun, demi mendapatkan pendidikan, hal itu terpaksa dilakukan meski harus berjuang dan berhati-hati.
Anak-anak itu berharap ada jembatan darurat atau jembatan yang lebih kuat agar mereka tidak lagi menyeberangi sungai setiap berangkat dan pulang sekolah.
Syahputra dan Indah Lestari, siswa SDN 3 Sidokumpul mengaku tidak berangkat sekolah jika hujan deras mengguyur desanya dan arus Sungai Blukar deras serta banjir.
Menurut Ponidi, warga, satu-satunya jembatan hanyut diterjang banjir Sungai Blukar tiga tahun silam. Sudah beberapa kali dibuatkan jembatan darurat dari bambu, namun kembali hanyut. Sementara, untuk membangun jembatan permanen, setidaknya memerlukan dana Rp500 juta.
Satu-satunya jembatan penghubung hanyut terbawa arus sungai dan sudah tiga tahun belum juga diperbaiki. Jika hujan turun dan arus sungai deras, puluhan anak-anak ini terpaksa tidak berangkat ke sekolah.
Pemandangan seperti itu dapat dijumpai hampir setiap pagi, saat jam berangkat sekolah. Anak-anak itu harus menyeberangi sungai yang arusnya cukup deras untuk berangkat ke sekolah. Dari rumah, anak-anak ini sudah menenteng sepatu lantas terjun ke sungai untuk menyeberang.
Anak-anak itu harus hati-hati karena selain arus sungai yang cukup deras, batu yang ada di sungai juga licin. Mereka yang masih kecil terpaksa digendong oleh temannya yang lebih besar. Ada juga yang harus digendong oleh warga ataupun orangtua mereka menyeberangi sungai.
Sudah lebih dari dua tahun anak-anak ini berjuang hanya untuk bersekolah di SD Negeri 3 Sidokumpul Kecamatan Patean, yang merupakan satu-satunya sekolah terdekat. Tidak ada jalan lain.
Anak-anak itu mengaku takut jika menyeberangi sungai ini setiap harinya. Namun, demi mendapatkan pendidikan, hal itu terpaksa dilakukan meski harus berjuang dan berhati-hati.
Anak-anak itu berharap ada jembatan darurat atau jembatan yang lebih kuat agar mereka tidak lagi menyeberangi sungai setiap berangkat dan pulang sekolah.
Syahputra dan Indah Lestari, siswa SDN 3 Sidokumpul mengaku tidak berangkat sekolah jika hujan deras mengguyur desanya dan arus Sungai Blukar deras serta banjir.
Menurut Ponidi, warga, satu-satunya jembatan hanyut diterjang banjir Sungai Blukar tiga tahun silam. Sudah beberapa kali dibuatkan jembatan darurat dari bambu, namun kembali hanyut. Sementara, untuk membangun jembatan permanen, setidaknya memerlukan dana Rp500 juta.
(zik)