Kenaikan Harga Beras Tak Logis
A
A
A
BANDUNG - Kenaikan harga beras di sejumlah daerah diJawa Barat dianggap tidak logis. Kondisi ini terjadi, diduga karena spekulasi harga yang mengikuti DKI Jakarta. Kepala Bulog Divisi Regional (Divre) Jawa Barat Alip Apandi mengatakan, kenaikan harga beras di sejumlah daerah sangat tidak logis.
Sebab, kata dia, diJabar masih memiliki stok beras sebanyak 98.000 ton yang bisa bertahan hingga tiga bulan kedepan. Selain itu, kebutuhan raskin juga masih mencukupi dengan pasokan 39.000 ton per bulannya. Di daerah lain, beras pun masih menumpuk di sejumlah gudang seperti Cirebon, Indramayu, dan Subang. Selain itu, cadangan beras di Jabar juga dipastikan bertambah dalam waktu dekat, mengingat akan datangnya musim panen.
“Jadi dari sisi stok, Jabar masih aman. Kami juga akan ge ser stok di kota-kota yang punya banyak beras ke daerah yang ti dak panen beras seperti Ban dung, Cianjur, dan Ciamis,” kata Alip. Selain stok mencukupi, distribusi raskin juga lancar. Bahkan Bulog Divre Jabar sudah melakukan beberapa kali ope rasi pasar di sejumlah daerah.
Guna lebih mengendalikan harga beras, dalam waktu dekat pihaknya akan kembali meng gelar operasi pasar di lima kota, yaitu Kota Bandung, Kabupaten Ciamis, Bogor, Depok, dan Bekasi. “Pasokan aman, distribusi raskin jalan, operasi pasar juga sudah. Tapi kalau harga masih seperti ini, distribusi raskin akan kami percepat dan operasi pasar lebih digencarkan,” sebut Alip.
Sementara itu, Kadisperindag Jawa Barat, Ferry Sofwan Arief menduga, naiknya harga beras di sejumlah daerah terjadi karena mengikuti kenaikan harga beras di Jakarta. Dia juga menduga ada sejumlah faktor lain di antaranya terkait mafia, penimbunan, hingga pernyataan Menteri Perdagangan bahwa Indonesia tidak akan impor beras.
Namun Ferry yakin, faktorfaktor tersebut tidak terjadi di Jabar. “Apa karena pedagang tahu diJakarta harga beras naik, jadi di sini juga ikut-ikutan. Padahal kan stok Jawa Barat aman, raskin sudah didistribusikan, operasi pasar sudah, jalur distribusi juga aman, kalau tahun lalu memang ada banjir di pantura. Jabar itu lumbung padi nasional, dan Maret sudah panen lagi, jadi apa alasannya naik kalau bukan spekulasi,” kata Ferry.
Mengantisipasi meluasnya kondisi ini, iamengimbau pemerintah kabupaten dan kota di Jawa Barat segera melapor ke pada bulog saat harga dimasing-masing wilayah mulai menunjukkan kenaikan. Berdasarkan laporan tersebut, Bulog Divre Jawa Barat akan langsung menggelar operasi pasar guna menekan harga. Ferry juga mengungkapkan, operasi pasar tidak perlu menunggu kenaikan harga mencapai 30%.
Apalagi saat ini, prosedur permohonan operasi pasar lebih mudah. Sejak turunnya surat dari Menteri Perdagangan akhir Desember lalu, permohonan operasi pasar tidak harus me lalui Pemerintah Provinsi. “Sejak awal kenaikan harga, si lakan langsung ajukan permohonan operasi pasar keBulog Jawa Barat. Atau mau langsung ke Subdivre terdekatpun silakan, ada tujuh Subdivre di Jawa Barat. Setelah surat masuk, secepatnya Bulog akan gelar operasi pasar.
Kalau menunggu naik 30 persen, kelamaan,” kata Ferry. Sementara itu, berdasarkan pan tauan KORAN SINDO kenaik an harga beras masih ter ja di di sejumlah pasar tradisional di Jabar. DiKota Bandung misalnya. Kenaikan beras men ca pai 11%. Dari data Dinas Koperasi UKM Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag) Kota Bandung, di enam pasar tradisional harga beras rata mengalami kenaikan lebih dari 10%.
“Hari ini memang dilakukan pe mantauan di enam pasar yakni Pasar Cihaurgeulis, Astana Anyar, Sadang Serang, Ujung Berung, Ciwastra, dan Cijerah. Dari hasil pemantauan itu kami ambil rata rata kenaikan di atas 10%,” kata Kesie Pelindungan Konsumen dan Kemeterologian Diskoperindag Kota Bandung Yusuf D Ramdhani. Untuk beras jenis medium, ujar dia, mengalami kenaikan se besar Rp1.250 atau 13%.
Beras medium semula Rp9.125 per kg, kini naik menjadi Rp10.375. Begitu pula dengan beras premium Pandan Wangi naik sesar Rp1.625 atau 14,1%. Harga semula Rp11.125 per kg, kini menjadi Rp12.750. Beras Setra Ramos semula Rp10.575 kini menjadi Rp11.375 per kg. Selain itu, di Kabupaten Bandung juga terjadi hal yang sama. Harga beras disejumlah pasar tradisional terus naik hing ga kemarin.
Rata-rata kenaik an untuk setiap jenis beras mulai Rp1.000-Rp2.000 perkilogramnya. Pedagang di kawasan Bojong soang Tata, 63, me ngatakan, kenaikan harga beras telah terjadi sejak pertengahan Januari lalu hingga saat ini. Dirinya juga tidak mengetahui secara pasti apa penyebab kenaikan harga tersebut. Bahkan, diCirebon, sulitnya pasokan beras keCipinang membuat para pedagang beras ha rus bersaing dengan para pedagang besar beras dari pasar induk Cipinang.
Berdasarkan informasi, para pedagang besar beras dari pasar induk Cipinang datang ke Cirebon untuk langsung membeli beras ke sentra pabrik beras di Bakung dan Gegesik, Kabupaten Cirebon. “Modal mereka (para pedagang besar beras dari Cipinang) lebih banyak, mereka berani mem beli dengan harga lebih tinggi. Kami repot jadinya,” ungkap pedagang beras diPasar Pagi, Kota Cirebon, Dedi, kemarin.
Persaingan yang timbul akibat kehadiran para pedagang besar beras dari Cipinang ini, menurut dia, menambah rumit situasi yang mereka hadapi ditengah tingginya harga beras saat ini. Saat ini, harga beras kualitas satu untuk grosir seharga Rp11.200/kg, sedangkan kualitas medium Rp10.600/kg. Sementara untuk eceran, harga beras kualitas satu Rp12.200/kg, sedangkan kualitas medium Rp11.600/kg.
Kendati demikian, sejumlah pe merintah daerah akan segera menggelar operasi pasar untuk mengendalikan harga beras tersebut. Wakil Wali Kota Cirebon Nasrudin Azis meyakinkan, akan segera meminta instansi terkait berkoordinasi dengan Bulog Sub Divre untuk gelaran OP. Dia memastikan, meski saat ini Pemkot Cirebon masih berkabung dengan wafatnya Wali Kota Cirebon Ano Sutrisno, urusan rakyat tetap akan diprioritaskan.
“Urusan rakyat tetap kami prioritaskan, sekalipun sekarang masih dalam berkabung. Saya akan minta instansi terkait koordinasi dengan Bulog terkait kemungkinan OP,” kata dia.
Gugum rachmat gumilar/Mochamad solehudin/Dila nashear/Didin jalaludin/Erika lia
Sebab, kata dia, diJabar masih memiliki stok beras sebanyak 98.000 ton yang bisa bertahan hingga tiga bulan kedepan. Selain itu, kebutuhan raskin juga masih mencukupi dengan pasokan 39.000 ton per bulannya. Di daerah lain, beras pun masih menumpuk di sejumlah gudang seperti Cirebon, Indramayu, dan Subang. Selain itu, cadangan beras di Jabar juga dipastikan bertambah dalam waktu dekat, mengingat akan datangnya musim panen.
“Jadi dari sisi stok, Jabar masih aman. Kami juga akan ge ser stok di kota-kota yang punya banyak beras ke daerah yang ti dak panen beras seperti Ban dung, Cianjur, dan Ciamis,” kata Alip. Selain stok mencukupi, distribusi raskin juga lancar. Bahkan Bulog Divre Jabar sudah melakukan beberapa kali ope rasi pasar di sejumlah daerah.
Guna lebih mengendalikan harga beras, dalam waktu dekat pihaknya akan kembali meng gelar operasi pasar di lima kota, yaitu Kota Bandung, Kabupaten Ciamis, Bogor, Depok, dan Bekasi. “Pasokan aman, distribusi raskin jalan, operasi pasar juga sudah. Tapi kalau harga masih seperti ini, distribusi raskin akan kami percepat dan operasi pasar lebih digencarkan,” sebut Alip.
Sementara itu, Kadisperindag Jawa Barat, Ferry Sofwan Arief menduga, naiknya harga beras di sejumlah daerah terjadi karena mengikuti kenaikan harga beras di Jakarta. Dia juga menduga ada sejumlah faktor lain di antaranya terkait mafia, penimbunan, hingga pernyataan Menteri Perdagangan bahwa Indonesia tidak akan impor beras.
Namun Ferry yakin, faktorfaktor tersebut tidak terjadi di Jabar. “Apa karena pedagang tahu diJakarta harga beras naik, jadi di sini juga ikut-ikutan. Padahal kan stok Jawa Barat aman, raskin sudah didistribusikan, operasi pasar sudah, jalur distribusi juga aman, kalau tahun lalu memang ada banjir di pantura. Jabar itu lumbung padi nasional, dan Maret sudah panen lagi, jadi apa alasannya naik kalau bukan spekulasi,” kata Ferry.
Mengantisipasi meluasnya kondisi ini, iamengimbau pemerintah kabupaten dan kota di Jawa Barat segera melapor ke pada bulog saat harga dimasing-masing wilayah mulai menunjukkan kenaikan. Berdasarkan laporan tersebut, Bulog Divre Jawa Barat akan langsung menggelar operasi pasar guna menekan harga. Ferry juga mengungkapkan, operasi pasar tidak perlu menunggu kenaikan harga mencapai 30%.
Apalagi saat ini, prosedur permohonan operasi pasar lebih mudah. Sejak turunnya surat dari Menteri Perdagangan akhir Desember lalu, permohonan operasi pasar tidak harus me lalui Pemerintah Provinsi. “Sejak awal kenaikan harga, si lakan langsung ajukan permohonan operasi pasar keBulog Jawa Barat. Atau mau langsung ke Subdivre terdekatpun silakan, ada tujuh Subdivre di Jawa Barat. Setelah surat masuk, secepatnya Bulog akan gelar operasi pasar.
Kalau menunggu naik 30 persen, kelamaan,” kata Ferry. Sementara itu, berdasarkan pan tauan KORAN SINDO kenaik an harga beras masih ter ja di di sejumlah pasar tradisional di Jabar. DiKota Bandung misalnya. Kenaikan beras men ca pai 11%. Dari data Dinas Koperasi UKM Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag) Kota Bandung, di enam pasar tradisional harga beras rata mengalami kenaikan lebih dari 10%.
“Hari ini memang dilakukan pe mantauan di enam pasar yakni Pasar Cihaurgeulis, Astana Anyar, Sadang Serang, Ujung Berung, Ciwastra, dan Cijerah. Dari hasil pemantauan itu kami ambil rata rata kenaikan di atas 10%,” kata Kesie Pelindungan Konsumen dan Kemeterologian Diskoperindag Kota Bandung Yusuf D Ramdhani. Untuk beras jenis medium, ujar dia, mengalami kenaikan se besar Rp1.250 atau 13%.
Beras medium semula Rp9.125 per kg, kini naik menjadi Rp10.375. Begitu pula dengan beras premium Pandan Wangi naik sesar Rp1.625 atau 14,1%. Harga semula Rp11.125 per kg, kini menjadi Rp12.750. Beras Setra Ramos semula Rp10.575 kini menjadi Rp11.375 per kg. Selain itu, di Kabupaten Bandung juga terjadi hal yang sama. Harga beras disejumlah pasar tradisional terus naik hing ga kemarin.
Rata-rata kenaik an untuk setiap jenis beras mulai Rp1.000-Rp2.000 perkilogramnya. Pedagang di kawasan Bojong soang Tata, 63, me ngatakan, kenaikan harga beras telah terjadi sejak pertengahan Januari lalu hingga saat ini. Dirinya juga tidak mengetahui secara pasti apa penyebab kenaikan harga tersebut. Bahkan, diCirebon, sulitnya pasokan beras keCipinang membuat para pedagang beras ha rus bersaing dengan para pedagang besar beras dari pasar induk Cipinang.
Berdasarkan informasi, para pedagang besar beras dari pasar induk Cipinang datang ke Cirebon untuk langsung membeli beras ke sentra pabrik beras di Bakung dan Gegesik, Kabupaten Cirebon. “Modal mereka (para pedagang besar beras dari Cipinang) lebih banyak, mereka berani mem beli dengan harga lebih tinggi. Kami repot jadinya,” ungkap pedagang beras diPasar Pagi, Kota Cirebon, Dedi, kemarin.
Persaingan yang timbul akibat kehadiran para pedagang besar beras dari Cipinang ini, menurut dia, menambah rumit situasi yang mereka hadapi ditengah tingginya harga beras saat ini. Saat ini, harga beras kualitas satu untuk grosir seharga Rp11.200/kg, sedangkan kualitas medium Rp10.600/kg. Sementara untuk eceran, harga beras kualitas satu Rp12.200/kg, sedangkan kualitas medium Rp11.600/kg.
Kendati demikian, sejumlah pe merintah daerah akan segera menggelar operasi pasar untuk mengendalikan harga beras tersebut. Wakil Wali Kota Cirebon Nasrudin Azis meyakinkan, akan segera meminta instansi terkait berkoordinasi dengan Bulog Sub Divre untuk gelaran OP. Dia memastikan, meski saat ini Pemkot Cirebon masih berkabung dengan wafatnya Wali Kota Cirebon Ano Sutrisno, urusan rakyat tetap akan diprioritaskan.
“Urusan rakyat tetap kami prioritaskan, sekalipun sekarang masih dalam berkabung. Saya akan minta instansi terkait koordinasi dengan Bulog terkait kemungkinan OP,” kata dia.
Gugum rachmat gumilar/Mochamad solehudin/Dila nashear/Didin jalaludin/Erika lia
(bbg)