Eksistensi Sunda dalam Balutan Seni

Minggu, 22 Februari 2015 - 11:09 WIB
Eksistensi Sunda dalam Balutan Seni
Eksistensi Sunda dalam Balutan Seni
A A A
BANDUNG - “Bangbung hideung. Bara-bara teuing diri, leuheung bari dianggo ka Suka Galih. Situ pinuh balong jero, bebendon sareung bebendu ung gal ti salira ju…ag... Awiiii teh pangajul buah lantaran ti kitu”

Petikan lirik lagu Bangbung Hideung (kumbang hitam) itu mengalir sempurna dari bibir mungil sinden cantik, Rita Tila. Seperti yang kerap dirasakan banyak orang, lagu ini memang diklaim mampu mem bang kit - kan aroma mistis. Tak pelak, penampilan artis asal Suka bu mi ini pun mengundang antusiasme dan decak kagum para penonton di area panggung terbuka Padepokan Seni Mayang Sunda (PSMS), Jalan Peta, Kota Bandung, kemarin.

Penampilan ciamik dari Rita bukan sekadar hiburan tanpa tema. Setiap 21 Februari bangsa di seluruh dunia memperingati Ha ri Bahasa Ibu dengan berbagai cara. Bertepatan dengan momentum tersebut, sebagai komunitas mu sik yang menggunakan Ba hasa Sunda sebagai bahasa ibu, Panaratas dan Padepokan Seni Ma yang Sunda meng gelar per tun jukan apik berta juk Gelar Seni SundaMieling Poe Basa Indung Sa dunya 2015 di area terbuka Pade pok an Seni Mayang Sunda.

Malam itu rengrengan seniman Sunda yang tergabung dalam Panaratas mem per sembahkan berbagai atraksi seni. Di antara seniman tarik suara, juru kawih dan sejenisnya, pang - gung PSMS juga dimeriahkan dengan ragam seni tradisi buhun (nenek moyang). Mereka yang tampil di antaranya, legenda pop Sunda Nining Meida, Rya Fitria KDI, Rita Tila, Neneng Fitria, Salma Kurnia, dan Dody Mansyur.

Sementara dari pertunjukan seni tradisi, hadir grup reog Go letrak, dan jaipong klasik dari sanggar Fitria. Nining tampil memukau dengan single yang hitsdi era 90- an, Potret Manehna karya almargum Nano S. Di susul lagu Jolciptaan Doel Sum bang. Sedangkan Neneng Fitria menerjemahkan rasa hormatnya terhadap Bahasa Sunda lewat tembang cianjuran yang liriknya menggugah sukma.

Tak kalah memukau, pentolan ajang pencarian bakat KDI, Rya Fitria juga memeriahkan malam pertunjukan dengan satu lagu Bogoh Kasaha. “Acara ini digelar sebagai bukti eksistensi bahasa ibu di tanah Sunda. Mudah-mudahan acara serupa bisa diselenggarakan secara rutin oleh Panaratas dengan Padepok an Seni Mayang Sunda,” kata Ketua Umum Panaratas Dose Hudaya.

Kepala UPT Padepokan Seni Mayang Sunda Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Dis budpar) Kota Bandung Sri Susiagawati mengemukakan, acara Mieling Poe Basa Indung Sadunya 2015 merupakan pagelar an perdana untuk periode t ahun ini.

“Pagelaran seni ini kebetulan bersamaan dengan HBII (Hari Bahasa Ibu Internasional) maka tema pa gelaran ini yaitu Mieling Poe Basa Indung Sadunya. Sudah menjadi kewajiban bagi warga Jabar, untuk melestarikan bahasa Sunda sebagai bahasa ibu,” ungkap Sri Susiagawati.

Kamus Sunda

Sebelumnya, Yayasan Kebudayaan Rancage bekerja sama dengan Universitas Pad ja jaran (Unpad) meluncurkan Kamus Utama Basa Sunda. Kamus tersebut berisi 150.000 kata dalam Bahasa Sunda yang di bukukan setebal 10.000 halaman dan terdiri dari enam jilid.

Launching ditandai dengan penyerahan kamus yang masih berupa prototipe kepada Wakil Gubernur Jabar Deddy Mizwar pada acara Mieling Poe Basa Indung Sadunya 2015 di Ba le Rumawat Unpad, Jalan Dipatiukur, kemarin siang. Rektor Unpad sekaligus Ketua Dewan Kesenian Jabar Ganjar Kurnia mengatakan, penerbitan kamus tersebut didanai oleh Pemprov Jabar. Kamus Utama Basa Sunda itu me rupakan langkah monumental.

“Kelak, jika Bahasa Sunda tidak digunakan lagi, minimal kita mempunyai artefak atau do kumennya bahwa kita pernah menggunakan Bahasa Sunda. Menurut saya, kamus ini dah syat sekali karena di dalamnya ada 150.000 kata dan 10.000 halaman,” kata Ganjar.

Wakil Gubernur Jabar Deddy Mizwar menge muka kan, pemprov akan membantu dari sisi anggaran untuk men cetak kamus Bahasa Sunda tersebut. Ke depan harus ada e-book tentang kamus Bahasa Sunda. Ini untuk memudahkan pembelajaran dan tak hanya digunakan oleh orang Priangan.

“Saya sangat mengapresiasi lauching Kamus Utama Basa Sun da yang dilakukan Unpad dan Yayasan Kebudayaan Rancage ini. Diharapkan karya ini juga menginspirasi untuk meng gali bahasa daerah. Saya ki ra ini sangat penting,” kata Deddy. Wakil pimpinan redaksi penyusunan Kamus Utama Basa Sun da, Dadang Sutisna mengatakan, proses penyusunan kata dalam kamus ini menggunakan teknologi dengan softwarekhusus.

Kata dalam kamus ter sebut diambil dari 2.000 buku berbahasa Sunda dan 5.000 dokuen pembanding, seperti majalah dan makalah. “Kata-kata dari buku dan dokumen pendamping itu se macam di-scan untuk dipilah. Setelah itu, dicari arti dan diberi contoh kalimatnya. Contoh kalimat juga dicari dari 2.000 buku dan 5.000 dokumen pembanding,” kata Dadan.

Kamus tersebut, ujar dia, disusun sejak 2012 dan selesai pada 2014. Kamus yang di-laun ching kemarin masih dalam bentuk draf. Proses selanjutnya adalah sunting dan setelah itu di cetak.

Dini budiman/ anne rufaidah
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3192 seconds (0.1#10.140)