Bantaran Bengawan Solo Terendam

Sabtu, 21 Februari 2015 - 10:00 WIB
Bantaran Bengawan Solo Terendam
Bantaran Bengawan Solo Terendam
A A A
SOLO - Hujan deras yang mengguyur di wilayah eks Karesi denan Surakarta sejak Kamis (19/2) hingga kemarin pagi mengakibatkan Sungai Bengawan Solo meluap.

Ribuan warga di Solo, Sukoharjo dan Karanganyar yang tinggal di bantaran sungai terpanjang di Pulau Jawa itu terkena imbasnya. Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Solo, Gatot Sutanto menyebutkan, permukaan Bengawan Solo mulai naik sekitar pukul 23.000 WIB.

Debit air terus bertambah dan merendam ratusan rumah yang berada di sekitar bantaran sungai. Warga yang sebagian besar sedang tidur tak menyangka terjadi banjir. Ketinggian air mulai 30 cm hingga 1 meter lebih. “Banjir akhirnya merendam rumah warga pada Jumat dini hari (kemarin),” ujarnya.

Genangan banjir mengakibatkan sekitar 3.000 warga yang berada di tiga kecamatan, yakni Serengan, Pasar Kliwon, dan Jebres harus mengungsi dan menyelamatkan barang-barang berharga yang dimiliki ke tempat yang lebih aman di luar rumah mereka. “Sampai saat ini yang terdampak luapan Bengawan Solo ada enam kelurahan, yakni Kedunglumbu, Sangkrah, Joyontakan, Semanggi,” papar Gatot.

BPBD telah meminta bantuan logistik kepada Pemprov Jawa Tengah untuk memenuhi kebutuhan pengungsi. “Bantuan apa saja yang dikirimkan, nantinya akan kita terima,” ujarnya. Kusno, warga Semanggi, Pasar Kliwon mengungkapkan, untuk sementara ini dia dan ratusan warga lainnya mengungsi di tanggul Bengawan Solo yang lokasinya dekat dengan rumah mereka yang terendam.

Tempat itu dipilih karena lokasinya lebih tinggi dari rumah warga. Selain itu, karena lokasinya dekat, para warga bisa mengawasi rumah masingmasing setiap waktu. Warga enggan mengungsi ke tempat yang lebih jauh dan lebih aman karena yakin air tersebut segera surut dan warga bisa kembali ke rumah masing-masing.

“Belum saatnya mengungsi ke lokasi yang lebih jauh karena di tanggul masih aman. Na mun kalau di tanggul sudah tidak bisa menampung, kami akan pindah ke lokasi lainnya,” tandasnya.

15 Desa Terendam

Di Sukoharjo, banjir Bengawan Solo membuat 15 desa/ kelurahan terendam. Sekitar 1.200 kepala keluarga (KK) terkena dampaknya. Ratusan warga harus mengungsi ke tempat yang aman. Warga mulai mengungsi sejak kemarin dini hari. Warga mengungsi ke masjid, rumah warga yang tidak terkena banjir, hingga ke kantor kecamatan.

Warga yang mengungsi merupakan warga yang tinggal di bantaran Sungai Bengawan Solo. Sesuai data yang ada, 15 desa/kelurahan yang terkena banjir berada di tiga kecamatan. Masing-masing Kecamatan Grogol di mana ada delapan desa yang kebanjiran, yakni Desa Kadokan, Grogol, Madegondo, Kwarasan, Telukan, Langenharjo, Parangjoro, dan Pandeyan.

Banjir juga terjadi di Kecamatan Sukoharjo Kota dan Kecamatan Mojolaban. Untuk Kecamatan Sukoharjo Kota, banjir terjadi di wilayah Kelurahan Jetis, Joho, dan Sukoharjo Kota. Sementara di Kecamatan Mojolaban banjir melanda Desa Tegalmade, Plumbon, Gadingan, dan Laban.

Camat Grogol Agustinus Setiyono mengatakan banjir terjadi karena luapan Bengawan Solo dan anakannya, seperti Kaliwingko dan Kali Lawu. Total ada sekitar 700 lebih KK yang menjadi korban banjir di wilayah Kecamatan Grogol. Posisi delapan desa di Kecamatan Grogol berada di lintasan Sungai Bengawan Solo dan anakannya. “Ketika Sungai Bengawan Solo sudah penuh, air dari sungai anakan tidak bisa masuk sehingga meluap ke pemukiman warga,” paparnya.

Agus menambahkan, di wilayah Kecamatan Grogol, banjir paling parah terjadi di Dukuh Nusupan, Desa Kadokan karena lokasinya tepat di bantaran sungai. Di Nusupan, Kadokan banjir pertama kali terjadi kemarin pukul 02.00 WIB. Ketinggian air mencapai sepinggang orang dewasa.

Selain perkampungan penduduk banjir di wilayah Kecamatan Grogol juga mengenangi rumah warga di kompleks perumahan dan tempat usaha. Kondisi tersebut menyebabkan aktivitas di lingkungan menjadi terganggu. “Perumahan elit juga kena banjir dan membuat penghuninya keluar dan memindahkan mobil diparkir di pinggir jalan raya,” kata Agus.

Mengenai korban banjir, Kecamatan Grogol sudah memberikan penanganan bantuan baik kebutuhan hidup maupun tempat tinggal sementara. Sebab, dari 700 KK, sebanyak 500 KK di antaranya terpaksa mengungsi seperti di masjid di tanggul, di balai desa, dan kantor Kecamatan Grogol. “Korban banjir sudah kami beri bantuan makanan dengan cara diantar langsung oleh petugas ke rumah. Kami juga mendirikan posko kesehatan bagi warga,” ungkapnya.

Sementara itu, Kabid Ops SAR Sukoharjo Muclis mengatakan banjir kali ini memang sudah diprediksi. Sebab, sebelumnya ada perkiraan puncak hujan yang terjadi mulai Februari hingga Maret mendatang. “Korban yang terdampak diperkirakan lebih dari 1.200 KK di tiga kecamatan,” kata dia.

Terus Waspada

Di Karanganyar, luapan Bengawan Solo merendam Dusun Daleman dan Jomboran di Desa Ngringo, Kecamatan Jaten. Sebanyak 56 kepala keluarga (KK) dengan 196 jiwa diungsikan ke tempat yang lebih aman.

Sekitar pukul 01.30 WIB, warga yang tinggal di bantaran sungai mulai mengungsi karena air sudah mencapai ketinggian sekitar 0,5 meter. “Yang letaknya dekat sungai, tinggi luapan air ada yang mencapai 2 meter. Sedangkan yang agak jauh sekitar 0,5 meter,” ujar Mulani, 54, salah satu warga Dusun Daleman kemarin.

Warga mengungsi ke rumah warga yang aman dari banjir serta tenda- tenda pengungsian yang didirikan tim SAR dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Karanganyar. Sekitar pukul 09.00 WIB, air yang merendam pemukiman mulai surut. Warga secara berangsur angsur kembali ke rumahnya untuk bersih-bersih. Sebab, air yang masuk ke rumah bercampur lumpur.

Ketua RT 7/RW 6 Dusun Daleman, Budi Hari Satoto, mengatakan warga yang menjadi kor ban banjir tetap waspada meski air mulai surut. Sebab, sewaktu-waktu Bengawan Solo bisa kembali meluap. Persoalan yang muncul pascabanjir yang dihadapi biasanya adalah ketersediaan air bersih karena umur milik warga menjadi kotor setelah kemasukan air bercampur lumpur.

“Kalau bantuan logistik sudah ada, tapi untuk persediaan air bersih mohon dibantu,” kata Budi. Keruhnya air biasanya berlangsung hingga dua hari ke depan. Warga di wilayahnya rata-rata masuk kategori kurang mampu. Namun, hingga kini belum ter cover Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) serta tidak mendapat jatah beras miskin (raskin).

Sementara mata pencahariannya sebagian besar sebagai buruh. Hanya dua KK yang sudah terdaftar sebagai keluarga sasaran raskin.

Arief setiadi/Sumarno/ Ary wahyu wibowo
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5160 seconds (0.1#10.140)