Rekam Detak Jantung dengan Sensor
A
A
A
Stroke acap kali menyerang penderitanya secara tibatiba dengan rasa sakit yang luar biasa. Akibatnya, penderita atau keluarga tidak bisa mengantisipasi ketika penyakit itu menyerang.
Atas dasar ini, tiga mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro (Udinus) Semarang kemudian membuat jam tangan pendeteksi penyakit stroke atau disebut stroke watch . Dengan jam ini, orang bisa mendeteksi penyakit berbahaya tersebut secara dini. Para pembuat stroke watch adalah R Rizki Riharja, Filmada Ocky Saputra, dan Agus Hasanudin. Mereka kini duduk di semester V Fakultas Teknik Udinus Semarang.
Menurut Rizki, ide membuat jam pendeteksi stroke pertama kali muncul pertengahan 2014. Waktu itu dia merasa prihatin karena banyak orang yang meninggal disebabkan penyakit yang masuk dalam peringkat tertinggi di dunia ini. “Karena kita adalah mahasiswa Fakultas Teknik, kita ingin menciptakan alat untuk menanggulanginya,” ucapnya.
Pada medio 2014 ada Program Kreativitas Mahasiswa di bidang teknologi (PKM-T). Rizki bersama timnya kemudian membuat proposal dan akhirnya mendapat dana bantuan untuk melaksanakan proyek tersebut. “Kenapa kita memilih jam karena alat itu selalu dipakai orang-orang sehingga akan lebih efektif untuk melakukan pencegahan,” paparnya. Butuh waktu sekitar lima bulan untuk menyelesaikan pembuatan stroke watch.
Mereka harus mempelajari penyakit stroke lantaran latar belakang pendidikan anggota tim dari fakultas teknik. Hal-hal yang dipelajari mulai dari penyebab hingga indikasi stroke. “Selain itu, kami juga harus mencari informasi alat yang cocok sebagai pendeteksi penyakit tersebut,” ujar Rizki. Dalam mengerjakan proyek, tim dibantu dosen pembimbing Sari Ayu Wulandari. Anggaran yang dihabiskan untuk menyelesaikan proyek Rp10 juta. Cara kerja alat stroke watch dengan cara merekam detak jantung penggunanya.
Bila terdeteksi tidak normal atau di bawah ambang batas maka alarm yang telah diatur akan berbunyi. Jika yang terjadi demikian, yang bersangkutan harus segera memeriksakan diri ke dokter. “Karena berbentuk jam tangan, alat ini dapat digunakan kapan saja,” ungkapnya. Meski telah dapat digunakan, Rizki mengatakan alat tersebut masih butuh penyempurnaan karena masih ada kabel di luar yang menghubungkan dengan jari pengguna. Selain itu, tampilan alat juga masih kelihatan besar dan tinggi.
“Kita ingin semua itu diminimalkan,” ucap Rizki. Salah satu kendala yang dihadapi selama ini masih langkanya alat sensor yang digunakan. Untuk mendapatkannya harus melalui pemesanan dari distributor produk luar negeri. Padahal rencana selanjutnya adalah menambah sensor yang dapat mendeteksi berbagai penyakit lainnya.
“Itu adalah satu impian kami, yaitu dapat bermanfaat bagi orang lain,” ujar remaja yang sebelumnya juga pernah membuat robot Warak Ngendok ini. Rizki berharap jam tangan itu bisa dipatenkan sehingga bisa dijual ke publik untuk dimanfaatkannya. “Kami berencana menjual alat tersebut kurang dari Rp1 juta ini,” katanya.
Amin Fauzi
Kota Semarang
Atas dasar ini, tiga mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro (Udinus) Semarang kemudian membuat jam tangan pendeteksi penyakit stroke atau disebut stroke watch . Dengan jam ini, orang bisa mendeteksi penyakit berbahaya tersebut secara dini. Para pembuat stroke watch adalah R Rizki Riharja, Filmada Ocky Saputra, dan Agus Hasanudin. Mereka kini duduk di semester V Fakultas Teknik Udinus Semarang.
Menurut Rizki, ide membuat jam pendeteksi stroke pertama kali muncul pertengahan 2014. Waktu itu dia merasa prihatin karena banyak orang yang meninggal disebabkan penyakit yang masuk dalam peringkat tertinggi di dunia ini. “Karena kita adalah mahasiswa Fakultas Teknik, kita ingin menciptakan alat untuk menanggulanginya,” ucapnya.
Pada medio 2014 ada Program Kreativitas Mahasiswa di bidang teknologi (PKM-T). Rizki bersama timnya kemudian membuat proposal dan akhirnya mendapat dana bantuan untuk melaksanakan proyek tersebut. “Kenapa kita memilih jam karena alat itu selalu dipakai orang-orang sehingga akan lebih efektif untuk melakukan pencegahan,” paparnya. Butuh waktu sekitar lima bulan untuk menyelesaikan pembuatan stroke watch.
Mereka harus mempelajari penyakit stroke lantaran latar belakang pendidikan anggota tim dari fakultas teknik. Hal-hal yang dipelajari mulai dari penyebab hingga indikasi stroke. “Selain itu, kami juga harus mencari informasi alat yang cocok sebagai pendeteksi penyakit tersebut,” ujar Rizki. Dalam mengerjakan proyek, tim dibantu dosen pembimbing Sari Ayu Wulandari. Anggaran yang dihabiskan untuk menyelesaikan proyek Rp10 juta. Cara kerja alat stroke watch dengan cara merekam detak jantung penggunanya.
Bila terdeteksi tidak normal atau di bawah ambang batas maka alarm yang telah diatur akan berbunyi. Jika yang terjadi demikian, yang bersangkutan harus segera memeriksakan diri ke dokter. “Karena berbentuk jam tangan, alat ini dapat digunakan kapan saja,” ungkapnya. Meski telah dapat digunakan, Rizki mengatakan alat tersebut masih butuh penyempurnaan karena masih ada kabel di luar yang menghubungkan dengan jari pengguna. Selain itu, tampilan alat juga masih kelihatan besar dan tinggi.
“Kita ingin semua itu diminimalkan,” ucap Rizki. Salah satu kendala yang dihadapi selama ini masih langkanya alat sensor yang digunakan. Untuk mendapatkannya harus melalui pemesanan dari distributor produk luar negeri. Padahal rencana selanjutnya adalah menambah sensor yang dapat mendeteksi berbagai penyakit lainnya.
“Itu adalah satu impian kami, yaitu dapat bermanfaat bagi orang lain,” ujar remaja yang sebelumnya juga pernah membuat robot Warak Ngendok ini. Rizki berharap jam tangan itu bisa dipatenkan sehingga bisa dijual ke publik untuk dimanfaatkannya. “Kami berencana menjual alat tersebut kurang dari Rp1 juta ini,” katanya.
Amin Fauzi
Kota Semarang
(ars)