Wisata Lava Bantal Belum Tergarap Maksimal
A
A
A
SLEMAN - Potensi wisata Geoheritage Lava Bantal di aliran Sungai Opak, Dusun Watuaged, Desa Jogotirto, Kecamatan Berbah, Sleman belum digarap maksimal oleh pemerintah setempat. Terutama sarana dan prasaran penunjang di tempat tersebut.
Hal ini bisa dilihat dari fasilitas yang ada. Misalnya untuk jalan menuju lokasi masih berupa jalan setapak dan tak beraspal. Tempat parkir dan toilet yang ada juga kurang representatif. Lebih parah lagi, jembatan penghubung bukan hanya tua tapi juga sudah keropos. Di samping itu bantalan jembatan banyak yang berlobang, sehingga saat melintas jembatan bergoyang.
Kondisi ini tentunya membahayakan keamanan dan keselamatan pengunjung karena rawan putus. Selain itu, objek wisata minim papan petunjuk menuju ke kawasan tersebut. Hal ini sangat disayangkan mengingat bila dikelola maksimal, bukan tidak mungkin Lava Bantal akan menjadi destinasi wisata baru.
Tidak hanya di Sleman, tapi juga di DIY khususnya wisata pendidikan. Sebab Lava Bantal ini terbentuk dari endapan bantuan Gunung Merapi yang tersusun menyerupai bantal. Dapat dikatakan sebagai batuan merapi purba. “Tempat ini sebenarnya memiliki view (pemandangan) yang bagus, tapi minim fasilitas,” kata seorang pengunjung dari Timoho, Yogyakarta, Endita, 19, saat berkunjung di tempat tersebut kemarin.
Endita mencontohkan, fasilitas yang perlu diperbaiki adalah jembatan penghubung. Selain reyot, juga di bawahnya tidak ada tiang penyangga. Jadi saat melintas pengunjung harus ekstra hati-hati. Apalagi jika banyak orang yang melintas, jembatan akan bergoyang dan melengkung ke bawah.
Kondisi ini tentunya sangat rawan putus. “Yang perlu diperhatikan lagi, papan petunjuk ke lokasi. Saya sampai ke sini tanpa disengaja, yakni pas kebetulan lewat dan penasaran di dekat jembatan ada tulisan Lava Bantal,” ucapnya. Sekretaris Kecamatan (Sekcam) Prambanan Setiharno mengakui untuk potensi Geoheritage Lava Bantal di Berbah belum tergarap optimal.
Namun bukan berarti pihaknya tidak perhatian dengan kondisi tersebut. Untuk masalah ini pihaknya sudah berencana melakukan pengembangan menjadi tempat wisata alam. “Untuk wisata alam ini, nantinya akan mengabungkan beberapa potensi yang ada di tempat tersebut.
Selain Lava Bantal, nantinya juga akan ada embung dan taman di sekitar lokasi,” paparnya. Menurut Setiharno, untuk embung dan taman akan dibuat di atas lokasi Lava Bantal. Embung dibangun di atas ujung Lava Bantal dan taman di sisi timur atas Lava Bantal. Embung sendiri nantinya untuk mengairi lahan pertanian, tempat memancing.
Sedangkan taman, bukan hanya sebagai ruang terbuka hijau (RTH) tapi juga tempat bermain. “Melalui konsep ini, diharapkan nantinya berdampak pada peningkatan perekonomian warga,” katanya. Namun karena untuk kawasan Geoheritage Lava Bantal tersebut menjadi kewenangan provinsi, sehingga untuk penataannya menunggu dari Pemda DIY.
Termasuk perbaikan jembatan serta sarana dan prasarana beserta fasilitas lainnya. “Untuk Lava Bantal diperkirakan memiliki panjang sekitar 500 meter di sepanjang Sungai Opak di wilayah Watuadeg, Jogotirto, dan Sumber Kidul, Kalitirto, Berbah,” tandasnya.
Priyo setyawan
Hal ini bisa dilihat dari fasilitas yang ada. Misalnya untuk jalan menuju lokasi masih berupa jalan setapak dan tak beraspal. Tempat parkir dan toilet yang ada juga kurang representatif. Lebih parah lagi, jembatan penghubung bukan hanya tua tapi juga sudah keropos. Di samping itu bantalan jembatan banyak yang berlobang, sehingga saat melintas jembatan bergoyang.
Kondisi ini tentunya membahayakan keamanan dan keselamatan pengunjung karena rawan putus. Selain itu, objek wisata minim papan petunjuk menuju ke kawasan tersebut. Hal ini sangat disayangkan mengingat bila dikelola maksimal, bukan tidak mungkin Lava Bantal akan menjadi destinasi wisata baru.
Tidak hanya di Sleman, tapi juga di DIY khususnya wisata pendidikan. Sebab Lava Bantal ini terbentuk dari endapan bantuan Gunung Merapi yang tersusun menyerupai bantal. Dapat dikatakan sebagai batuan merapi purba. “Tempat ini sebenarnya memiliki view (pemandangan) yang bagus, tapi minim fasilitas,” kata seorang pengunjung dari Timoho, Yogyakarta, Endita, 19, saat berkunjung di tempat tersebut kemarin.
Endita mencontohkan, fasilitas yang perlu diperbaiki adalah jembatan penghubung. Selain reyot, juga di bawahnya tidak ada tiang penyangga. Jadi saat melintas pengunjung harus ekstra hati-hati. Apalagi jika banyak orang yang melintas, jembatan akan bergoyang dan melengkung ke bawah.
Kondisi ini tentunya sangat rawan putus. “Yang perlu diperhatikan lagi, papan petunjuk ke lokasi. Saya sampai ke sini tanpa disengaja, yakni pas kebetulan lewat dan penasaran di dekat jembatan ada tulisan Lava Bantal,” ucapnya. Sekretaris Kecamatan (Sekcam) Prambanan Setiharno mengakui untuk potensi Geoheritage Lava Bantal di Berbah belum tergarap optimal.
Namun bukan berarti pihaknya tidak perhatian dengan kondisi tersebut. Untuk masalah ini pihaknya sudah berencana melakukan pengembangan menjadi tempat wisata alam. “Untuk wisata alam ini, nantinya akan mengabungkan beberapa potensi yang ada di tempat tersebut.
Selain Lava Bantal, nantinya juga akan ada embung dan taman di sekitar lokasi,” paparnya. Menurut Setiharno, untuk embung dan taman akan dibuat di atas lokasi Lava Bantal. Embung dibangun di atas ujung Lava Bantal dan taman di sisi timur atas Lava Bantal. Embung sendiri nantinya untuk mengairi lahan pertanian, tempat memancing.
Sedangkan taman, bukan hanya sebagai ruang terbuka hijau (RTH) tapi juga tempat bermain. “Melalui konsep ini, diharapkan nantinya berdampak pada peningkatan perekonomian warga,” katanya. Namun karena untuk kawasan Geoheritage Lava Bantal tersebut menjadi kewenangan provinsi, sehingga untuk penataannya menunggu dari Pemda DIY.
Termasuk perbaikan jembatan serta sarana dan prasarana beserta fasilitas lainnya. “Untuk Lava Bantal diperkirakan memiliki panjang sekitar 500 meter di sepanjang Sungai Opak di wilayah Watuadeg, Jogotirto, dan Sumber Kidul, Kalitirto, Berbah,” tandasnya.
Priyo setyawan
(bhr)