Tukar Buku dengan Menu Gratis di Puncak Parangtritis

Rabu, 18 Februari 2015 - 12:29 WIB
Tukar Buku dengan Menu Gratis di Puncak Parangtritis
Tukar Buku dengan Menu Gratis di Puncak Parangtritis
A A A
BANTUL - Semilir angin langsung menerpa wajah ketika menginjakkan pintu masuk Kedai Wedangan Watu Lumbung di Dusun Grogol, Desa Parangtritis, Kecamatan Kretek.

Pemandangan indah dari kedai yang terletak di atas bukit Watu Lumbung ini. Hamparan tanaman hijau dipadu dengan bangunan rumah milik warga yang tampak kerdil membuat suasana semakin syahdu. Pertemuan garis antara hamparan daratan dengan birunya laut selatan ditambah dengan pertemuan antara langit dengan laut nampak jelas tergambar.

Cakrawala nampak semakin indah ketika matahari senja hampir menyentuh titik nadirnya di ufuk barat. Aroma mentari jingga bercampur dengan embusan angin pantai membuat segar di tubuh ini. Di ketinggian kedai ini, selain pengunjung bisa menikmati pemandangan permadani alam dipadu dengan eksotisme biru laut selatan Bantul pengunjung juga bisa menikmati pemandangan matahari terbit (sunrise) yang muncul dari balik Pegunungan Seribu.

Indahnya mentari pagi nampak jelas tergambar dengan tambahan eksotisme empat gunung berapi di sebelah utara. “Di sini bisa melihat empat gunung sekaligus, Gunung Merapi, Merbabu, Sindoro, serta Sumbing,” ujar pengelola Kedai Wedangan Annisa Ramadhani, kemarin.

Berbagai menu tradisional bisa dinikmati oleh pengunjung kedai tersebut. Menu andalan seperti Sup Gurameh dan Tempoyak asli Palembang bisa memanjakan lidah pengunjung. Di tempat ini pengunjung yang suka dengan kopi bisa memilih berbagai jenis kopi seperti kopi Pacitan, kopi Bali ataupun kopi Flores.

Sebagai minuman pembuka atau welcome drink, Kedai Wedangan juga menyuguhkan minuman wedang serai. Sebagai menu camilan lainnya, kedai ini juga menawarkan makanan tradisional yang hanya dijumpai di wilayah Bantul. Makanan seperti gronthol, growol, getuk, gandos, nogosari, dan beberapa jenis lain bisa dinikmati sembari memandangi keindahan alam dari atas bukit.

Semua makanan tersebut dipasok dari warga sekitar tempat kedai tersebut berdiri. “Konsep kami memang memberdayakan masyarakat,” katanya. Salah satu yang unik, atau mungkin satu-satunya yang ada di Yogyakarta adalah, kedai ini sangat bersahabat bagi yang tidak memiliki kantong tebal.

Meskipun tidak memiliki uang, pengunjung tetap menikmati suguhan ala Kedai Wedangan ini. Syaratnya simpel, pengunjung hanya cukup membawa tiga buah buku yang sudah tidak dipakai tetapi layak untuk dibaca. Wanita yang akrab dipanggil Allit ini mengungkapkan, bagi pengunjung yang membawa tiga buah buku layak baca dan isinya mendidik, maka bisa menikmati secangkir kopi, pisang bakar, serta tahu cocol secara cuma-cuma.

Buku-buku tersebut nantinya akan dimasukkan dalam perpustakaan dari bekas kandang sapi yang ada di sudut paling depan kedai. “Kami memang bermimpi menjadi pusat pembelajaran serta galeri seni,” ungkapnya. Desain yang unik dari berbagai macam barang bekas tradisional seperti gubuk dari gerobak sapi, hiasan kepala monyet dari buah kelapa, hingga anjungan dari beberapa bilah daun kelapa membuat suasana di tempat tersebut memang enak untuk belajar dan membaca.

Puluhan anak muda hampir setiap hari memadati area yang luasnya tidak seberapa tersebut. Aksi pengumpulan buku ditukar dengan menu gratis tersebut memang menjadi cara unik kedai yang berdiri sejak 26 Januari 2015 ini. Berawal dari keprihatinan pemilik kedai dengan buku-buku yang dimiliki oleh masyarakat dan terbuang percuma, lantas mereka mencoba memanfaatkannya agar bisa menjadi sumber bacaan atau inspirasi bagi pengunjung kedai tersebut.

Puluhan buku sudah terkumpul di kedai ini menunjukkan minat para pengunjung untuk mengikuti program unik tersebut. Entah sampai kapan program menu gratis ditukar dengan buku tersebut, namun para pengelola akan berusaha terus mempertahankan semangat mencerdaskan masyarakat. “Ini semangat dan bakti kami bagi negeri,” tuturnya.

Memang, program menu gratis ditukar dengan tiga buku ini menjadi magnet tersendiri bagi pengunjung. Seperti yang diungkapkan oleh Suryani, warga Bangunharjo Kecamatan Sewon. Wanita asli Kalimantan ini mengaku tertarik datang ke kedai Wedangan karena ingin menghibahkan buku-buku yang telah dia baca kepada masyarakat. “Selain itu, ternyata tempatnya asyik juga apalagi untuk menikmati matahari terbenam,” ujarnya.

Erfanto Linangkung
(bhr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 2.0963 seconds (0.1#10.140)