Kampung Laut Jadi Model Desa Pesisir

Minggu, 08 Februari 2015 - 12:04 WIB
Kampung Laut Jadi Model...
Kampung Laut Jadi Model Desa Pesisir
A A A
CILACAP - Wilayah Kecamatan Kampung Laut, Cilacap akan dijadikan model desa pesisir di Indonesia. Kawasan ini dinilai cocok karena memiliki hutan mangrove yang masih terjaga. Rencana pembangunan Kampung Laut ini disampaikan Menteri Koordinator Kemaritiman Indroyono Soesilo saat berdialog dengan tokoh masyarakat Kampung Laut di Kantor Kecamatan Kampung Laut, kemarin. Program ini dilaksanakan bersama Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemen PU dan Pera) dan Kementerian Riset dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek dan Dikti). Indroyono mengatakan, Kampung Laut dikenal di seluruh dunia karena kecamatan yang berada di kawasan laguna Segara Anakan itu memiliki hutan mangrove terakhir di Pulau Jawa. Oleh karena itu, nantinya akan banyak tenaga ahli yang datang ke Kampung Laut dan Segara Anakan untuk mempelajari hutan mangrove tersebut, ujarnya. Dia bercerita, Menristek Muhammad Nasir yang memiliki program desa inovasi nelayan mendatangi dirinya untuk mencari model penerapan desa inovasi nelayan itu. Mendengar rencana tersebut, Indroyono langsung teringat dengan Kampung Laut yang nantinya akan menjadi pintu masuk internasional. Sehingga pihaknya menawarkan Kampung Laut sebagai model penerapan program dari Kemenristek dan Dikti tersebut. Tapi siap (atau) tidak ya warga di sini, ucap Indroyono yang disambut teriakan siap! dari warga. Setelah memastikan kesiapan warga, Indroyono menjelaskan, untuk tahap awal pihaknya akan mencoba membuat model rumah instan bertingkat panggung sebanyak satu unit. Jika hasilnya bagus, pihaknya bersama Pemerintah Kabupaten Cilacap akan kembali membuat beberapa unit rumah instan itu. Selain itu, juga akan memasang sistem air minum berkapasitas 1 liter per detik dengan memanfaatkan air payau Segara Anakan. Sehingga bisa memenuhi kebutuhan masyarakat Kampung Laut yang selalu mengalami krisis air bersih. Selain air minum, kami juga akan mencoba sistem sanitasi di sini, ujar dia. Dengan adanya model rumah instan serta sistem air minum dan sanitasi, dia mengharapkan hal itu bisa menjadi dasar untuk kucuran bantuan-bantuan selanjutnya, seperti pembinaan budi daya kepiting dan sebagainya. Di tempat yang sama, Deputi Menristek dan Dikti Bidang Relevansi dan Produktivitas Agus Puji Prasetyono mengatakan, pihaknya memiliki program mewujudkan 1.000 kampung inovasi nelayan dalam waktu 1.000 hari atau tiga tahun. Pada tahun keempat, kampung inovasi nelayan itu diharapkan lebih profesional dan memiliki daya pasar yang meningkat. Dengan demikian, pada akhir masa jabatan Presiden Joko Widodo, kampung inovasi nelayan itu sudah lebih dewasa dan bisa lebih bersaing di area pasar yang bebas. Kita akan buat para petani nelayan memiliki produktivitas yang meningkat. Kita akan bentuk semacam koperasi, kita akan perkuat jaringan pasar, jaringan inovasi, kita akan perkuat juga hubungan antara satu kabupaten dan kabupaten lain untuk membentuk jaringan pasar yang lebih kuat, papar Agus. Hal ini bisa dicapai jika nelayan memiliki kemampuan, salah satunya jiwa kewirausahaan. Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Permukiman Kemen PU dan Pera, Anita Firmanti menuturkan, semula kegiatan penataan permukiman pesisir rencananya akan dilaksanakan di Jakarta. Namun akan kami pindahkan ke Kampung Laut untuk menata kawasan pesisir ini, bebernya. Puslitbang Permukiman telah menghasilkan beberapa teknologi rumah yang bisa dibangun dengan cepat dan bisa diproduksi oleh masyarakat melalui UMKM maupun perusahaan. Nantinya ada pelatihan termasuk juga untuk produksi bahan bangunan sehingga ketika tidak melaut, bisa membuat bahan bangunan, katanya. Sementara itu, nelayan Kampung Laut mengharapkan adanya pengerukan laguna Segara Anakan yang mengalami penyempitan dan pendangkalan akibat penumpukan sedimen dari beberapa sungai. Dari Plawangan( Perbatasan Pulau Nusakambangan dengan Pangandaran, Jawa Barat) sampai Segara Anakan harus dikeruk agar nelayan meningkat lagi usahanya karena sekarang, Plawangan sudah dangkal, kata salah seorang nelayan, Miarto, di Desa Klaces, Kecamatan Kampung Laut. Dulu kedalaman Plawangan mencapai 100 meter namun sekarang hanya sekitar empat meter dalam kondisi air pasang. Terkait dengan harapan nelayan tersebut, Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Citanduy Untung Budi Santoso mengatakan pengerukan Segara Anakan pernah dilakukan pada 2002- 2004. Tetapi, kemampuan pengerukan itu hanya sampai pada kedalaman 1,75 meter dengan luasan sekitar 2.000 hektare. Luas Segara Anakan yang semula 6.460 hektare pada 1903 terus mengalami penyempitan akibat endapan lumpur dari Sungai Citanduy dan Sungai Cimeneng. Bahkan, berdasarkan pemetaan yang dilakukan pada 2012, luas Segara Anakan hanya tersisa sekitar 500 ha.Ant
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9844 seconds (0.1#10.140)